- Palsu

604 34 0
                                    

Savina tersenyum palsu saat Sans memeluknya. Akhirnya dia bisa membuat pria ini mencintainya. Jangan lupakan Sans pernah menyiksanya dengan sangat keji waktu itu. Savina juga hampir mati kelaparan karena dikurung di ruangan bawah tanah, pria itu memperkosanya dan bertindak semaunya. Sungguh, Savina tidak akan bisa melupakan itu!

Savina mengedarkan pandangannya,
melihat seorang pria paruh baya yang sangat dia kenali menatapnya dari kejauhan. Pria paruh baya itu masih berada di mobilnya dengan kaca yang sedikit terbuka, itu adalah ayahnya Savina. Akhirnya ayahnya sudah sampai disini. Savina melirik pria paruh baya itu mengisyaratkan jika dirinya baik-baik saja. Lalu mobil itu melaju ke arah jalanan.

Memang, saat itu Savina diam- diam menghubungi ayahnya menggunakan ponsel milik pegawai salon saat dirinya tidak bersama Sans. Savina tidak mau terus terusan hidup bersama Sans sepanjang hidupnya. Setelah balas dendamnya terpenuhi, dia akan mengakhiri semua ini.

Flashback on.

Beberapa hari yang lalu.

Savina ditemani seorang ajudan ke sebuah salon kecantikan. Memang, nanti malam akan ada acara pertemuan keluarga, jadi ayahnya Sans menyuruh Savina untuk berdandan agar tampak lebih cantik dan rapi. 

Savina memasuki salon itu sendirian,  dan ajudan itu menunggunya di depan. Jadi hanya ada dirinya dan beberapa pegawai salon wanita yang ada disana.

"Apa boleh aku meminjam ponsel kalian? Aku ingin menelpon ayahku."

Savina tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya sekarang. Sans tidak akan tahu hal ini.

"Tentu nona."

Kini benda pipih itu sudah berada ditangannya. Savina segera memasuki toilet, dan menelpon ayahnya. Untung saja dia mengingat nomor ponsel pria paruh baya itu. Semoga saja panggilan ini tersambung, batinnya penuh harap.

Beberapa menit menunggu, akhirnya panggilan itu tersambung.

"Halo,"

"Ayah. aku Savina," ucapnya berkaca - kaca karena sangat merindukan ayahnya.

"Savina, kau dimana nak? Ayah terus mencarimu selama beberapa minggu ini," kata ayahnya sangat khawatir.

"Ayah, aku, aku diculik," ucap Savina sambil menangis terisak.

Savina mulai menjelaskan semuanya yang dialaminya disini. Dia menceritakan bajingan itu menculiknya dan memaksanya untuk mempunyai seorang anak.

"Kau harus mengakhirinya Savina. Kirimkan alamatnya ayah akan segera kesana."

"Tentu kau harus menjemputku, permainan ini akan segera berakhir. Tapi, aku ingin menambahkan bumbu romansa diakhir cerita ini."

"Tapi sayang, ayah takut.."

"Ayah, aku harus membalas apa yang bajingan itu lakukan kepadaku! Aku tidak mau direndahkan seperti ini!"

"Jaga dirimu baik-baik sayang. Ayah akan segera menjemputmu."

Savina mengakhiri panggilannya. Dia tersenyum melihat bayangannya di cermin.

"Tunggu saja pembalasanku Sans. Aku akan menghancurkan hidupmu juga!"

Flashback end.

Savina pura pura tersenyum memeluk pria itu erat. Sedangkan, terlihat dari mata pria itu sangat tulus mencintainya. Sungguh, Savina tak akan luluh akan hal itu. Dia bukan tipe wanita murahan yang tiba-tiba mencintai pria yang tidak dikenalnya. Apalagi dia sangat tahu bagaimana sifat pria ini. Savina sangat membencinya!

"Selamat tuan Sans Ravendra," ucap Savina melepaskan pelukannya.

"Selamat?" tanya Sans bingung.

Tanpa basa-basi Savina mengecup lembut bibir pria dihadapannya, sambil tersenyum manis menatap pria itu. Benar, ini hanya sandiwaranya. Dia ingin Sans terbuai dengan permainannya.

"Itu tanda cintaku padamu," ucap Savina tersenyum.

Sans hanya tersenyum melihat kelakuan wanita itu.

"Benarkah kau mencintaiku?" tanya Sans terlihat ragu.

"Sudahlah, kalau kau tidak percaya tidak papa. Lebih baik kita bercerai saja kalau begitu," sahut Savina merajuk.

Namun, Sans kembali memeluknya. "Maafkan aku sayang, aku hanya bercanda tadi. Aku tidak ingin kehilangan wanita yang kucintai ini," ucap Sans manis sembari mengecup lembut pipi istrinya.

"Benarkah? Tapi kau sangat tega membiarkan istrimu ini kelaparan. Kita belum makan dari siang? Apa kau tahu pukul berapa sekarang hah?!"

Sans melirik arloji ditangannya. Tepat pukul delapan malam.

"Maafkan aku istriku. Katakan kau ingin makan apa? Akan aku turuti . Pasti kau sangat kelaparan sayang."

"Hmm, aku sangat ingin makan pizza sekarang."

Sans tersenyum."Tentu saja, aku akan menuruti kemauan istriku." 

Tanpa basa-basi, Sans menggendong wanita itu ala bridal style memasuki mobilnya. Savina terkejut akan hal itu.

"Sans, bagaimana jika orang melihatnya. Turunkan aku!"

Sans hanya tersenyum tanpa menghiraukan perkataan istrinya. Tetap mengendong wanita itu sampai ke mobilnya. Sungguh, mereka terlihat bak pasangan romantis. Bahkan Sans tak tahu bagaimana rencana ke depan wanita itu.

***

Savina mendapatkan ponsel baru dari Sans. Sebelum mereka membeli pizza, Savina merengek terus terusan meminta ponsel, dan Sans menuruti kemauannya. Memang, saat ini pria itu dibutakan oleh cintanya kepada Savina. Tapi sayangnya, cinta itu tak terbalaskan, Savina hanya berpura-pura saat ini demi keberhasilan rencananya.

"Ayo kita berfoto Sans. Kita harus mengabadikan moment ini." 

Savina mengabadikan beberapa foto mereka di ponsel baru itu.

"Astaga suamiku sangat tampan. Aku takut banyak jalang yang tergoda dengan ketampananmu ini."

"Jangan khawatir sayang. Aku bukan pria seperti itu. Bahkan kau adalah wanita pertama yang aku tiduri."

"Jangan munafik Sans. Mana mungkin kau menolak jalang yang menawarkan tubuh seksi mereka."

"Tapi aku tidak tertarik, aku hanya tertarik dengan wanita yang ada dihadapanku saja."

"Dasar pembohong!" kata Savina ketus.

"Jangan merajuk sayang. Ayo makan pizzanya."

"Suapi aku," rengek Savina manja.

Sans menyuapi wanita itu pizza, tak menyangka jika istrinya ini sangat manja. Savina pura - pura tersenyum seolah-olah menyukai hal itu.

"Apa ada tanda-tanda kehamilan dari dirimu?" ucap Sans tiba-tiba.

"Uhuk..uhukk..uhukk.." Savina langsung tersedak mendengarnya.

"Ayo minum dulu sayang," ucap Sans khawatir segera mengambilkan minumnya.

"Maaf Sans, aku rasa aku belum hamil," ucap wanita itu pura-pura terlihat sedih. Sungguh, Savina tidak mengharapkan hal itu terjadi. Savina tidak mau mengandung benih bajingan itu.

"Apa kau akan menceraikanku jika aku tidak hamil?" tanya Savina menatap pria dihadapannya.

Sans mengengam tangan wanita itu. "Tidak akan, aku tidak akan melakukan hal itu apapun yang terjadi."

"Meskipun suatu hari nanti jika kau menghianatiku. Aku tidak akan menceraikanmu Savina."

"Benarkah?" tanya Savina tak percaya.

"Aku serius dengan ucapanku ini," ucap pria itu terdengar serius.

Savina hanya tersenyum palsu. "Tentu tuan Sans Ravendra. Aku harap kau bisa menepati ucapanmu itu."

Bersambung...

Finally, aku comeback setelah berbulan bulan ga up wkwk
Makasih banget kalian masih stay di ceritaku ini :')
Jujur pengen banget cepet - cepet namatin cerita ini
Semoga aku bisa konsisten up hehe

SavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang