- Berakhir?

987 50 3
                                    

Dimalam yang sunyi nan sepi, terlihat Sans terus berusaha menyadarkan wanita itu. Sungguh, dia tidak mau istrinya mati sia - sia begitu saja disini.

"Savina bangunlah!" ucap Sans sembari memompa dada wanita itu agar airnya keluar.

Sans semakin khawatir, dari segala cara yang dia lakukan, wanita itu belum tersadar juga.

"Savina ayo bangun!"

"Kau akan meninggalkanku begitu saja hah?!"

"Aku berjanji akan membebaskanmu setelah ini!"

"Savina ayo bangun!" teriak Sans khawatir.

Tak ada perubahan sedikitpun pada wanita itu, terlihat Sans sudah sangat pasrah dengan apa yang telah dia lakukan.

"Aku mencintaimu Savina!"

"Jantungku selalu berdegup kencang saat bersamamu."

"Jujur kau sangat cantik."

"Uhuk..uhuk..uhuk.."

Terlihat wanita itu tersadar, langsung memuntahkan air dari mulutnya . Sans sangat senang wanita itu masih hidup.

"Savina akhirnya kau tersadar juga," ucap Sans lega.

Wanita itu menepuk dadanya merasa sangat sesak dan tidak nyaman, kembali memuntahkan air lagi.

Sans menyentuh wajah wanita itu yang begitu putih pucat. Terlihat Savina menggigil kedinginan.

"Kita harus mencari bantuan sekarang. Ayo naik ke punggungku."

Tak ada jawaban, wanita itu masih terdiam.

"Ayo naik Savina."

'Savina?'- batin wanita itu. Biasanya Sans selalu memanggilnya Sania. Tapi kenapa sekarang berbeda?

"Apa kau mau mati kedinginan disini hah?! Ayo cepat naik!" tegas Sans.

Savina hanya mengangguk naik ke punggung Sans, membiarkan pria itu menggendongnya. Entah kemana mereka akan pergi ditempat terpencil ini.

"Dompet dan ponselku tertinggal di mobil. Jadi kita tidak bisa mendapatkan bantuan saat ini."

"Untung saja bukan aku yang menyetirnya. Ajudanku yang mengalami kecelakaan itu. Aku hanya mengalami luka sedikit."

Wanita itu tak merespon apapun.
Savina hanya terdiam, entah kenapa Sans jadi banyak bicara dengannya.

Hampir sepuluh menit menyusuri tepian sungai itu. Akhirnya mereka menemukan pemukiman penduduk disana.

"Disana ada rumah, ayo kita kesana."

Sans tetap menggendong istrinya menuju rumah itu, lagipula Savina tidak terlalu berat. Mereka langsung menghampiri pemilik rumah yang ada disana.

"Maaf tuan, apa boleh kami menginap semalam disini?" tanya Sans hati - hati.

"Den Sans? Apa ini anda?" tanya pria paruh baya itu tampak mengenal Sans.

"Pak Arvin? Bapak tinggal disini?"

"Iya den, bapak tinggal disini? Silahkan masuk den."

Pak Arvin adalah pengasuh Sans dari sejak kecil sampai remaja. Jadi mereka saling mengenal.

"Bagaimana kabar nona Sunny?"

"Sunny sudah tenang disana pak, dia meninggal karena kecelakaan."

"Maaf den, bapak bertanya soal hal itu. Semoga den Sans dan keluarga diberikan ketabahan."

SavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang