Sans terlihat duduk di balkon meneguk beberapa gelas wine. Jujur, dia tidak terima dengan keputusan ayahnya itu. Gara- gara ayahnya dia harus menikahi wanita sialan yang sangat dia benci.
"Kenapa kau masih disini? Pengantin baru seharusnya melakukan malam pertama sekarang," ucap Rave yang menghampiri putranya.
"Cih, aku tidak sudi tidur dengannya lagi!" sahut Sans acuh.
Rave mendengus napasnya pasrah. Lihatlah, putranya ini sangat munafik. Jelas - jelas Sans sangat menikmati tubuh wanita itu.
"Bagaimana kau akan mendapatkan seorang anak jika begini Sans?"
"Bukankah aku sudah menidurinya waktu itu?"
"Meniduri wanita hanya sekali kemungkinan kecil untuk hamil. Lakukanlah secara rutin."
"Aku akan memberikan ayah seorang cucu. Tenang saja."
"Ayah harap kabar baik itu datang secepatnya."
Sans kembali meneguk winenya, menikmati minumannya.
***
Disisi lain, Savina termenung meratapi nasibnya. Kini statusnya telah resmi menjadi seorang istri Sans Ravendra. Iya sekarang dia menjadi istri dari bajingan itu. Seharusnya Savina bisa menikah dengan pria idamannya. Sans bukanlah tipenya. Dia sangat benci dengan bajingan itu.
Entah kenapa takdir harus membawanya kesini? Sungguh, dia tidak menyangka akan menikah dengan bajingan kasar yang merusak hidupnya.
Savina termenung, memikirkan semuanya. Apa kira- kira rencana pria itu selanjutnya? Savina harus memikirkan cara untuk bisa keluar dari kekangan pria itu.
Savina terkejut pintu itu terbuka, terlihat Sans memasuki kamarnya. Padahal, saat di gereja tadi, Sans mengatakan jika mereka akan tidur di kamar yang terpisah.
'Kenapa dia disini?' batin Savina menatap pria itu.
Dia tahu Sans sangat membencinya, tak mungkin jika pria itu akan tidur bersama dengannya malam ini.
Sans berjalan mendekat kearah wanita itu. Wanita yang masih setia menggunakan gaun pengantin putihnya.
"Apa kau menungguku?" ucapnya tersenyum.
"Kenapa kau disini? Bukankah kita akan tidur terpisah?" tanya Savina memberanikan diri.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh tidur bersama istriku sendiri?"
"Tadi kau mengatakan..."
"Aku berubah pikiran," sela pria itu cepat.
"Apa sebenarnya rencanamu hah?!"
"Kau tidak perlu tahu Sania."
Ya, lagi - lagi pria itu mengira dirinya adalah Sania. Entah apa yang membuat Sans terobsesi kepada Sania.
"Sania, Sania dan Sania. Bisakah kau memanggilku Savina sekali saja? Aku bukan Sania. Aku Savina!" pekik wanita itu.
"Kenapa? Kau tidak mau mengakui namamu Sania?"
"Karena aku bukan Sania. Sania adalah saudara kembarku. Aku berbeda dengan Sania."
"Benarkah? Kau ingin membodohiku hah?!"
"Kau..!"
"Entah siapapun namamu aku tidak peduli." Dimata Sans wanita itu tetap Sania, wanita yang membunuh adiknya.
Savina menghela napasnya kesal. Sungguh, sangat susah menasehati pria keras kepala ini.
"Apa kau tidak ingin melayani suamimu?"
"Apa? Apa maksudmu?!" tanya Savina gelagapan.
"Malam panas," sahut Sans tersenyum.
Kini Sans mulai membuka bajunya dihadapan wanita itu. Jujur, Savina terpesona melihat tubuh pria dihadapannya. Pria berahang tegas, hidung mancung, dada bidang dan kekar. Siapapun wanita pasti akan beruntung menjadi istri pria ini.
"Kau ingin menggunakan pakaian itu semalaman?" tanya pria itu.
"Iya, aku akan menggunakan ini."
Sans melempar sebuah lingerie kearah wanita itu.
"Ganti bajumu. Gunakan itu malam ini."
"Aku tidak mau!"
"Jangan menolaknya jalang! Atau aku akan menyiksamu di ruangan bawah tanah itu lagi!"
"Menurutlah dan lakukan perintahku!"
Tanpa basa-basi Savina mencoba membuka dress gaun pengantin yang simpel itu. Namun entah kenapa sangat sulit dibuka, tangan wanita itu tidak kesampaian.
"Sial! Susah sekali!"
Tiba-tiba tangan kekar pria itu membuka resleting gaun itu. Gaun pengantin itu terjatuh begitu saja, kini menyisakan bra dan hotpants. Savina langsung berbalik sambil menutupi kedua aset berharganya. Wanita itu berlari ke kamar mandi, namun Sans menariknya keras.
"Aku rasa kita bisa memulainya sekarang."
Savina membelakangi pria itu, tampak punggung putih wanita itu yang masih tersisa bekas cambukan dari Sans. Tato dua bintang yang tampak nyata dipunggung wanita itu. Tato permanen yang tidak bisa dihilangkan.
"Tato yang kau miliki sangat menarik."
"Suatu hari nanti, aku akan mengukir sesuatu dipunggungmu ini."
Sans mendekati wanita itu, mulai memeluknya dari belakang. Savina hanya diam mematung membiarkan pria itu memeluknya. Sedangkan tangan Savina masih menutupi kedua aset berharganya.
"Kenapa ditutupi seperti itu? Aku suamimu sekarang, berbaliklah!" perintah Sans.
"Sania.," panggil Sans lembut.
Savina tak menggubrisnya. Jujur, kenapa dia tidak terima jika Sans terus menyebut nama Sania. Wanita itu tetap membelakangi Sans.
"Berbaliklah Sania!"
"Savina istriku.."
Tiba-tiba jantung Savina berdebar kencang saat memanggil namanya. Sans menyentuh wanita itu agar berbalik menghadap kearahnya. Pria itu tersenyum, menyentuh dagu Savina agar mendongak kearahnya.
"Mulai sekarang aku akan memanggilmu Savina," ucap Sans lembut. Entah kenapa pipi Savina memerah seketika setelah mendengarnya.
"Kau sangat cantik," ucap Sans menyibakkan anak rambut yang menutupi wajah wanita itu.
"Apa jantungmu berdebar kencang?"
"Dasar jalang!" Sans menjambak rambut wanita itu keras.
"Arghh sakit!" rintih Savina kesakitan.
"Jangan berharap aku akan bersikap manis kepadamu jalang! Aku membencimu Sania!"
Pria itu mendorong Savina kasar kelantai. Terlihat sudut dahi wanita itu berdarah. Tanpa disadari air matanya lolos begitu saja, menahan rasa sakit yang dialaminya saat ini.
"Apa ini sakit?!" tanya Sans berjongkok dihadapan wanita itu. Dia kembali menjambak rambut Savina menyiksa wanita itu kembali.
"Ini baru permulaan. Aku akan membuat hidupmu di neraka setiap harinya!"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Savina
RomanceBermula dari penculikan dan kesalahpahaman yang menyebabkan hidupnya berantakan. Pria itu menyiksanya, menjadikannya jalang sebagai pemuas nafsunya. Sampai suatu hari semuanya terbongkar sampai tak mampu berkata-kata, dan menyadari jika benih- benih...