- Jalang

1K 43 0
                                    

Savina terdiam dikamarnya menunggu kepulangan pria itu. Hampir tengah malam Sans tak kunjung pulang dari pemakaman ibunya. Padahal Savina ingin sekali ikut melihat saat terakhir nyonya Shena beristirahat dengan tenang. Namun, apalah daya pria bajingan itu mengurungnya di rumah yang besar ini.

Wanita itu melihat sekeliling, terlihat sebuah lingerie hitam yang Sans berikan tadi. Persetan dengan lingerie bodoh ini. Sungguh, Savina tak ingin memakainya, dia bukan seorang jalang yang harus memakai pakaian seksi itu.

Kruk!

Tiba-tiba perut wanita itu bergemuruh. Dia lupa tak memakan apapun tadi. Wanita itu memutuskan untuk turun karena merasa sangat lapar.

Rumah mewah itu tampak sepi. Hanya terlihat beberapa pembantu yang ada disana.

"Apa Sans belum pulang?" tanya Savina kepada mereka.

"Belum nyonya."

"Biasanya kemana dia pergi jika selarut ini?"

"Kami tidak tahu nyonya."

Sial! Kenapa Savina merasa penasaran dengan pria itu. Entah kemana dia pergi kenapa Savina harus peduli.

Hampir lima belas menit Savina berada dibawah, dia juga sudah selesai makan dan Sans belum pulang juga.

Wanita itu berniat kembali ke kamarnya. Namun, tiba-tiba pintu rumah itu terbuka. Terlihat Sans masuk bersama seorang wanita muda yang tampak sangat seksi. Penampilannya seperti jalang, buah dada yang besar, lipstik merah menyala dan yang memalukan lagi wanita itu hanya memakai lingerie saja. Sungguh diluar nalar.

Sans terlihat sangat mabuk berat, bahkan dia dibantu berjalan oleh jalang itu.

"Tunjukkan dimana kamarnya!" kata wanita yang bersama Sans.

"Tinggalkan saja dia disini. Aku akan mengurus suamiku!" sahut Savina membalasnya.

"Suami? Hahaha, pantas saja dia mencari diriku. Ternyata begini penampilan istrinya, seperti pengemis."

Plak!

Savina menampar keras jalang dihadapannya. Berani sekali dia merendahkannya.

"Jaga bicaramu itu jalang! Bagaimanapun penampilanku aku istri sahnya!"

"Benarkah?" tanyanya sambil tertawa.

"Sayang.... Ayo, aku sudah membayarmu mahal untuk malam ini," ucap Sans tidak waras karena mabuk.

"Kau dengar itu. Menyingkirlah dari hadapanku!"

Wanita itu mendorong Savina keras sehingga jatuh kelantai. Memang wanita kurang ajar! Berani sekali dia berlagak seperti itu.

Savina tak tinggal diam, dia bangkit kembali dan langsung menjambak rambut wanita jalang itu keras.

"Sial! Lepaskan aku!"

Savina kembali menarik rambut wanita itu keras, hingga terlihat beberapa rambut yang rontok.

"Lepaskan aku! Apa kau gila hah?!"

"Iya, memang aku sudah gila!" Savina menodongkan belati tajam ke leher wanita itu.

"Apa, apa yang kau lakukan?" tanyanya gelagapan.

"Aku tahu, kau hanya mengincar harta pria ini. Tapi apa kau ingin mengandung anak pria ini juga?"

"Hahaha, tentu saja, wanita mana yang tidak tertarik ingin menjadi istri seorang Sans Ravendra," sahut jalang itu membuat Savina semakin geram. 

Savina kembali menjambak rambut wanita itu. "Tapi semasih aku ada disini. Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh suamiku jalang!" tegasnya.

"Dia sudah membayarku dan aku harus melayaninya."

"Begitukah? Ambil saja semua uangnya, dan jangan dekati pria ini lagi!" Savina melemparkan semua uangnya kepada jalang itu.

"Jika kau berani datang lagi, aku akan mengukir wajahmu yang cantik ini!"

"Kau sangat mencintai suamimu. Namun, apa suamimu mencintaimu?"

Savina terdiam mendengar hal itu.

"Terimakasih. Akhirnya aku bisa menikmati gaji buta untuk malam ini."

Wanita jalang itu keluar dari tempat itu. Savina melempar belatinya begitu saja ke lantai. Ya, memang tadi itu tindakan yang sangat gila. Kenapa dia berlagak bak istri posesif, dan suatu perasaan aneh yang terjadi padanya,  Savina tak terima jika Sans dekat dengan wanita lain.

"Kau sangat mencintainya. Tapi apa pria ini mencintaimu?"

Sial! Ucapan itu terus terngiang-ngiang begitu saja di kepala Savina. Dia tidak mungkin menyukai bajingan ini.

Savina membopong tubuh bajingan itu ke dalam kamarnya. Savina bisa mencium bau alkohol yang sangat kuat dan menyengat dari pria itu. Dia menyelimuti Sans agar pria itu tertidur lelap. Namun, Sans menarik tangannya keras.

"Kau mau kemana hah?!" kata pria itu.

"Apa kau memasukan sesuatu kedalam minumanku?"

"Ini sangat gila, aku merasa sangat bergairah, cepat layani aku."

"Sans sadarlah!"

Tanpa basa-basi lagi Sans melepaskan kemeja putih yang melekat ditubuhnya. Sungguh, tubuh pria itu sangat atletis siapapun wanita pasti akan terpesona melihat hal itu. 

"Buka pakaianmu!"

Savina diam tak berkutik. Sans mendekat kearahnya mulai membuka baju tidur yang digunakan Savina. Savina hanya pasrah, lebih baik dia melayani suaminya sendiri daripada Sans bermain dengan wanita jalang itu.

"Sangat cantik."

Savina tersipu malu mendengarnya.

"Apa bisa kita mulai sekarang?" ucap Sans mengecup lembut bibir wanita dihadapannya.

Savina hanya mengangguk malu.

Sans tersenyum senang. Pria itu mulai melumat lembut bibir Savina, tangan kekarnya mulai menarik tubuh wanita itu sehingga tak ada jarak diantara mereka. Ciumannya semakin dalam, Sans sangat suka bermain di gunung kembar kesukaannya.

Sans mendorong wanita itu jatuh keranjangnya. Cumbuan - cumbuan yang membuat semakin wanita itu bergairah, dan akhirnya mereka melakukan yang seharusnya terjadi pada setiap pasangan suami istri.

Hampir sejam sudah mereka melakukan permainan panas itu. Merasa sangat puas dan lelah, kedua insan itu ambruk begitu saja diranjangnya. Sans menarik Savina mendekat kearahnya.

"Aku sangat lelah hari ini, tidurlah disisiku."

Savina hanya terdiam. Dia membiarkan Sans memeluk tubuhnya.

"Istirahatlah, aku akan tidur disofa."

"Kau akan meninggalkanku lagi? Tetaplah disisiku!"  

Sans semakin memeluk istrinya erat sambil memejamkan matanya. Savina tak tahu kenapa pria itu bisa mabuk berat seperti ini.

"Semua wanita yang ku punya pergi meninggalkanku. Jangan sampai kau pergi dariku," ucap pria itu meracau tidak jelas.

"Berjanjilah kau akan selalu bersamaku."

"Hey, jawab aku!"

"Iya aku akan selalu bersamamu."

Sans menghadiahi kecupan lembut di bibir wanita itu. Dia semakin memeluk erat Savina. Tersenyum menutup matanya mulai terlelap ke alam mimpi. Sedangkan Savina pasrah, kini dia harus tidur dalam dekapan pria itu.

Savina memandangi wajah tampan Sans dari jarak dekat. Hidung mancung, bibir tipis, alis yang tebal sangat sempurna. Dia sangat tampan jika tertidur seperti ini. Entah kenapa memandangi pria itu membuat jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Jangan sampai dia yang terlebih dahulu menyukai pria ini.

"Sans," jari lentik Savina menyentuh wajah pria itu.

"Andai saja kita bertemu secara baik - baik. Mungkin aku akan sangat bahagia bisa menjadi istrimu."

Savina menghela napasnya. Dia mulai memejamkan matanya, tertidur dalam dekapan suaminya.

Bersambung...

Thanks udah baca ceritaku.

Next?

SavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang