- Tak disangka

1K 35 0
                                    

Sans menatap wanita dihadapannya yang belum tersadar dari beberapa hari yang lalu. Wanita cantik yang sangat dia benci yang membunuh saudarinya.

Pria itu mulai menyentuh lembut tangan wanita dihadapannya yang terpasang infus itu.

"Apa tanganmu ini membunuh saudariku?" ucapnya tak percaya.

"Seharusnya kau ikut mati saja bersama Sunny. Mungkin aku tidak akan menyakitimu Sania."

Sunny adalah saudari Sans, mereka adalah anak kembar yang tak seiras. Sunny sangat ceria menjalani hidupnya, dia memiliki banyak teman dan orang-orang sangat menyukainya. Namun, tak disangka, kecelakaan naas menewaskan saudarinya itu.

Sunny mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu bersama temannya saat di Indonesia. Dia adalah Sania, wanita itulah yang membunuh adiknya, lalu merebut kekasih Sunny, berencana menikah bersama Renald. Sans tak akan membiarkan itu terjadi. Dia menculik Sania untuk menghancurkan pernikahan itu, dan membalaskan dendam atas kematian adiknya.

Terlihat sedikit pergerakan dari tangan wanita itu. Dia mulai tersadar.

"Kau sadar?" tanya Sans dengan nada datar.

"Kenapa aku masih hidup? Bunuh saja aku!" teriak Savina. Padahal dia berharap dirinya mati setelah kejadian itu.

"Jangan gila! Aku tidak akan membiarkanmu mati secepat itu."

"Kau harus melahirkan seorang penerus untukku," kata Sans kepada wanita itu.

"Apa? Kenapa harus aku? Bukankah banyak wanita lain di luar sana? Kenapa tidak mereka saja?"

Tangan kekar pria itu menyentuh perut Savina yang rata. Wanita itu merinding seketika Sans menyentuhnya.

"Aku hanya ingin anak itu lahir dari rahimmu. Itu saja."

"Aku tidak sudi melahirkan anak dari bajingan sepertimu!"

"Jaga ucapanmu itu! Atau aku akan membunuhmu sekarang juga!"

"Bunuh saja aku sekarang! Cepat bunuh aku!"

"Cukup! Lahirkan saja seorang anak untukku. Setelah itu aku akan membunuhmu."

"Maksudku, membebaskanmu."

Jujur, seorang Sans Ravendra tak pernah mengemis meminta seorang wanita untuk melahirkan anaknya. Dia terlanjur menyentuh wanita itu, lalu kenapa tidak meneruskannya bukan? Sans bukan pria yang suka tidur dengan wanita jalang. Dia sangat benci dengan wanita karena mereka selalu mengincar hartanya.

"Aku akan membebaskanmu, jika kau berhasil memberikanku seorang anak."

"Jangan harap itu akan terjadi."

Savina berniat mengambil pisau yang ada disana. Dengan cepat Sans merebutnya melemparkannya kelantai.

"Turuti perintahku maka hidupmu akan baik- baik saja. Atau..."

Savina mendorong pria itu, melepas infusnya berlari berniat mengambil pisau yang ada disana. Namun, Sans memeluknya dari belakang.

"Lepaskan! Lepaskan aku!" berontak Savina.

"Aku tidak mau kau mati secepat itu jalang!"

Perawat berlari memasuki ruangan itu, langsung menyuntikkan obat penenang pada tubuh Savina. Wanita itu langsung jatuh lemas tak sadarkan diri. Dia membopong tubuh wanita itu kembali keranjangnya.

"Bisa tinggalkan kami berdua?"

"Baik tuan."

Sans mendekat kearah wanita itu. Mengusap lembut wajah wanita dihadapannya. Dia selalu terpana melihat kecantikan wanita ini.

"Jika kau tidak membunuh adikku, mungkin aku tidak akan menyiksamu seperti ini Sania."

•••

Savina menyadari jika sekarang dirinya berada di dalam mobil. Terlihat Sans duduk disampingnya memakai jas hitam yang sangat pas melekat ditubuhnya. Savina terdiam, tak membuka percakapan sedikitpun. Akankah Sans memperlakukannya bagaikan anjing lagi? Pria itu pasti akan menyekapnya lalu menyiksanya di ruangan bawah tanah. Ya, itu pasti terjadi.

Mobil itu berhenti di sebuah tempat. Bukan rumah, melainkan gereja. Savina bertanya - tanya apa yang akan mereka lakukan disini. Jujur, dia tidak ingin menanyakannya kepada Sans. Melihat wajah bajingan itu saja sangat membuatnya muak.

"Silahkan turun tuan, nyonya. Tuan Rave sudah menunggu kalian."

"Cepat turun!" bentak Sans.

Tanpa basa-basi, Savina turun dari mobil itu. Terlihat Ayah Sans menyambut mereka dengan gembira.

"Hari ini kau akan menikah dengan Sans."

"Apa?!" ucap Savina tak percaya.

"Tapi..."

"Kau tidak bisa menolaknya. Ini hanyalah untuk status demi anakmu nanti. Setelah melahirkannya, kalian akan bercerai."

"Tapi aku belum hamil, mengapa harus menikah?"

"Kau pasti akan hamil. Aku akan mewujudkan itu. Anggap saja ini permainan, kau hanya perlu bersandiwara menjadi istriku," ucap Sans santai.

Savina tak habis pikir dengan hal ini. Baginya pernikahan adalah janji suci pasangan seumur hidup. Sedangkan pria itu mengira pernikahan hanya permainan? Sungguh, sangat berbeda persepsi.

"Tidak ada waktu lagi. Nikahkan mereka sekarang!" perintah Rave ayahnya Sans.

"Tapi.."

"Jangan menolaknya, atau kau akan membusuk diruang bawah tanah itu lagi!" tegas Sans.

Savina terdiam, tak habis pikir jika mereka akan bertindak seperti ini.

Pendeta itu memulai acara pernikahan itu. Menuntun mereka mengucapkan janji suci seperti pasangan pada umumnya. Dan yang terakhir, Sans mengeluarkan kotak beludru berwarna merah dari sakunya. Terlihat dua cincin berlian yang menandakan pernikahan mereka.

"Silahkan pakaikan cincin untuk istrimu."

Sans menyentuh tangan wanita itu, mulai memakaikan cincin berlian di tangan Savina, pertanda jika sekarang wanita itu adalah miliknya. Dan begitupula Savina, dia sangat terpaksa memasangkan cincin di tangan pria itu. Kini mereka resmi menjadi suami istri.

Pernikahan itu berlangsung hikmat. Hanya ayahnya Sans, pendeta dan beberapa ajudannya yang menjadi saksi dari pernikahan itu.

"Pernikahan ini harus dirahasiakan. Jika salah satu yang membocorkannya, maka ingatlah keluarga kalian dirumah. Aku tak segan akan membunuhnya!" perintah Sans.

Mereka semua mengangguk. Savina tak percaya kini dia telah menjadi istri dari bajingan itu. Sungguh, dia tidak tahu bagaimana hidupnya kedepannya.

"Bersiaplah untuk hidup di neraka istriku," ucap Sans tersenyum.

Bersambung...

SavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang