- Kasar

1.4K 47 0
                                    

Tepat pukul lima pagi, Savina masih terbaring di tempat tidurnya. Kemarin mereka melakukannya sampai beberapa ronde hingga kewalahan. Sans merasa sangat puas menikmati tubuhnya.

Byur!

Guyuran air dari atas membuat tubuhnya basah kuyup.

"Sampai kapan kau akan tidur jalang!" bentak Sans kasar.

"Bagun! Jangan harap statusmu berubah setelah menjadi istriku!"

Wanita itu hanya terdiam. Sungguh sangat muak menghadapi bajingan kasar dihadapannya ini.

"Hari ini aku pergi bekerja. Siapkan pakaian dan sarapan untukku."

"Bukankah kau memiliki pembantu? Suruh mereka saja!" sahut Savina memberanikan diri.

"Jika kau mau hidupmu tenang. Maka lakukan perintahku!"

"Mulai sekarang kau pembantu dirumah ini!"

"Jangan berharap statusmu akan menjadi ratu disini!" ucap pria itu keluar dari kamar Savina.

***

Kini Savina sudah berada di dapur, membuat sarapan untuk pria itu. Ya, memang, semua pelayan disini sudah tahu jika dia adalah istrinya Sans sekarang.

"Nyonya, anda tidak perlu memasak, biar kami saja."

"Aku ingin membuat sesuatu untuk suamiku. Kalian istirahatlah," bohong Savina. Sungguh, dia sangat muak dengan semua ini.

"Tapi nyonya."

"Sans tidak akan memotong gaji kalian. Istirahatlah."

"Tuan Sans sangat beruntung memiliki istri baik seperti anda. Semoga pernikahan kalian langgeng hingga maut memisahkan."

Savina hanya tersenyum getir mendengarnya. Dia selalu berdoa agar dirinya bisa cepat pergi dari sini.

"Baik, kami permisi nyonya."

Pelayan itu meninggalkannya sendiri di dapur. Dia harus memikirkan rencananya agar bisa menghancurkan pria itu juga. Savina tak mau diperlakukan terus- terus seperti ini.

Lima belas menit sarapan sudah tersaji di meja makan.
Savina bergegas menuju kamar Sans menyiapkan pakaian dan dasi untuk pria itu.

Terlihat pria itu baru keluar dari kamar mandi, dengan handuk melilit di pinggangnya.

"Aku sudah menyiapkan semuanya. Ini pakaiannya," ucap wanita itu bergegas keluar.

Namun, Sans menariknya keras, sehingga wanita itu terjatuh kedalam pelukannya.

"Kenapa buru - buru hmm?"

Savina menelan ludahnya, melihat sesuatu yang menonjol di balik handuk itu. Sesuatu yang ingin dipuaskan.

"Kau harus terlihat cantik jika ingin bertemu denganku."

"Mau mandi bersama?"

Savina menjauhkan tubuhnya, namun Sans kembali menariknya keras.

"Kau tidak bisa mengelaknya istriku. Kita akan mandi bersama."

"Lepaskan! Lepaskan aku!"

"Semakin kau memberontak, semakin aku ingin menerkammu."

"Lepaskan aku!"

Savina tak bisa melawannya, tenaga pria itu sangat kuat. Dengan hasrat yang menggebu gebu Sans menggendong wanita itu ala bridal style memasuki kamar mandi. Sans mengunci pintunya, mereka berdua berdiri di bawah shower.

"Apa yang akan kau lakukan hah?! Lepaskan aku!"

"Morning sex."

"Kau gila!"

"Lepaskan aku!"

"Kenapa kau terus memberontak? Sudah kewajibanmu memuaskan suamimu."

"Suami? Bajingan kasar sepertimu tidak pantas untuk jadi suamiku!"

"Benarkah? Aku akan membuatmu terus mendesah menyebut namaku."

"Menurutlah maka hidupmu akan baik - baik saja!"

"Kau..."

Tanpa aba-aba, pria itu melumat lembut bibir Savina. Sans mulai menyalakan showernya, sehingga mereka berdua mulai basah kuyup. Tangan kekarnya menyelusup meremas remas kedua bukit kembar kesukaannya. Sungguh, milik wanita itu sangat pas digenggamnya.  Ciumannya semakin dalam, Sans Mulai membuka pakaian Savina sehingga tak tersisa sehelai benangpun. Begitupula Sans, terlihat milik pria itu sangat bersiap memasuki wanita itu lagi.

Savina memejamkan matanya, merasa sesuatu memasuki intinya. Sans mulai bergerak dengan tempo yang cepat maupun lambat. 

"Ahh! Tubuhmu sangat candu jalang!"

"Kita harus melakukannya setiap hari."

"Ahh, ini sangat nikmat!"

Savina mengalungkan tangannya dileher Sans. Dia menatap pria yang sangat bergairah menikmati tubuhnya.

Pria itu tersenyum, sesekali mengecup kening Savina lembut.  Sans memeluknya erat. Dia mengeluarkan semuanya didalam.

Savina hanya pasrah dengan hal itu. Pria ini memanfaatkannya untuk sebagai pemuas nafsunya.

Mereka menyudahi permainan panasnya itu. Sans mulai memandikan Savina bak anak kecil. Dia tersenyum melihat tanda ciumannya di tubuh wanita itu.

Sans mengelus serta mencium perut Savina yang rata.

"Aku harap kau cepat tumbuh anakku. Orang tuamu sangat menginginkan kehadiran dirimu."

"Bukankah begitu istriku?"

Savina tersenyum getir, "Tentu, kau harus hadir secepatnya sayang. Agar ibumu bisa cepat pergi dari sini!"

***

Setelah kejadian tadi, Savina kini
menyiapkan sarapan dimeja makan, tiba - tiba tangan kekar memeluknya dari belakang.

"Kau sengaja memakai pakaian ini?" ucap pria itu dengan nada baritonnya.

Savina hanya tersenyum, dia harus berhasil membuat Sans tergoda dengan dirinya. Ya, rencana Savina adalah membuat pria itu jatuh cinta kepadanya.

"Aku hanya mencoba dress yang ada di lemari itu. Apa itu salah?"

"Salah, sangat salah. Pakaian ini adalah milik Sunny, orang yang kau bunuh!"

Savina terkejut mendengarnya. Sunny? Siapa Sunny? Apa kekasih Sans?

"Aku tidak berselera makan melihatmu lagi."

Savina terdiam melihat Sans pergi begitu saja. Banyak hal yang tidak dia ketahui disini.

"Mulai sekarang jangan pernah ada yang membawanya keluar selain aku. Jika kalian melanggarnya aku akan memenggal kepala kalian!"

Sunny? Siapa sunny sebenarnya?

Savina kini bertanya kepada para maid yang ada disana. Namun, mereka menggeleng seolah-olah tidak mau memberitahunya.

"Apa dia kekasih Sans?"

Bersambung...

SavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang