- Tak Mungkin

409 23 4
                                    

Tiga bulan kemudian.

Hampir tiga bulan sudah, Savina terbebas dan memulai hidupnya kembali seperti biasanya. Hari ini dia ikut mengantarkan saudari kembarnya USG mengecek keadaan bayinya. Sungguh Savina sangat antusias untuk hal itu.

Kini mereka sudah sampai di ruangan pemeriksaan.

"Lihat dia bergerak."

"Sehat sehat disana sayangku," ucap Sania tersenyum.

"Pasti sangat senang ya rasanya jika menjadi seorang ibu," kata Savina tersenyum.

"Tentu saja nyonya, hamil dan melahirkan adalah kodrat seorang wanita. Sangat beruntung bisa menjadi seorang ibu, mengandung dan membesarkan buah hati kita dengan sepenuh hati," ucap dokter itu.

"Hmm, aku iri dengan Sania. Aku juga ingin menjadi seorang ibu."

"Savina jangan bersedih. Aku harap kau bisa menemukan pria yang tepat, mencintaimu dan selalu berada di sisimu," kata Sania.

"Tentu, semoga saja."

Ponsel Savina berdering ada satu panggilan dari asistennya. Memang, akhir- akhir ini wanita itu sangatlah sibuk, kini profesi Savina beralih menjadi seorang fashion designer. Banyak klien yang suka dengan model fashion yang Savina rancang. Bahkan, sekarang wanita itu sudah memiliki butik sendiri.

"Aku keluar sebentar menerima telepon," ucap Savina beranjak keluar.

Saat berjalan keluar dari ruangan itu.
Tiba-tiba Savina merasa kepalanya pusing. Sial! Apa yang terjadi dengannya, tanpa dia sadari tubuhnya lemas jatuh kelantai, wanita itu tak sadarkan diri.

"Savina!" teriak Sania terkejut melihat saudarinya pingsan.

"Tolong, tolong bantu saudariku!"

***

Hampir lima belas menit Savina masih tak sadarkan diri. Kini tangan wanita itu terpasang infus.

"Apa yang terjadi dengan saudariku dok?" tanya Sania khawatir.

"Dia sangat kelelahan. Ini tidak baik untuk ibu hamil."

"Hah? Apa maksud dokter?"

"Saudari anda hamil. Usia kehamilannya hampir memasuki usia 3 bulan."

"Tidak! Itu tidak mungkin. Dokter bercanda kan? Tidak mungkin Savina hamil?" tanya Sania tak percaya.

"Jika anda tidak percaya, setelah pasien sadar kami akan melakukan USG."

Sania hanya terdiam, masih tak percaya akan hal itu.

***

Savina mengerjapkan matanya mulai tersadar, kini tubuhnya terbaring di bankar, tangannya terpasang infus. Apa yang terjadi dengannya?
Dia melihat Sania dengan muka datarnya menatap dirinya.

"Sania, kenapa aku disini? Apa yang terjadi denganku?" tanya Savina.

"Apa kau hamil Savina?"

"Apa yang kau katakan hah?! Itu tidak mungkin. Mana mungkin aku hamil!"

Terlihat seorang dokter memasuki ruangan itu.

"Dokter, tolong lakukan USG kepada Savina," pinta Sania.

"Baik nyonya."

"Sania ini berlebihan. Aku tidak mungkin..."

Savina langsung terdiam melihat dilayar hasil USG itu, jika dirinya benar-benar hamil.

"Kau mengelaknya? Savina katakan padaku siapa pria itu! Dia harus bertanggung jawab untuk hal ini!"

"Tidak! Aku harus mengugurkan anak ini! Aku tidak mau mengandung anak bajingan itu!" teriak Savina.

SavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang