Seorang wanita muda dengan menggunakan baju mantel korea serta kacamata hitam terlihat sudah berada di bandara bersama ajudan ayahnya. Dia tersenyum senang karena akhirnya bisa terbebas dari kekangan pria bajingan itu. Savina tidak merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa Sans, karena itu bukan kesalahannya. Mulai sekarang dia akan menikmati hidupnya dan melupakan bajingan sialan itu.
Savina melirik jam yang ada di tangannya. Terlihat sudah dua jam dia menunggu ayahnya di bandara bersama ajudannya. Hari ini mereka berencana langsung pulang ke Indonesia. Sungguh, Savina tidak ingin berlama-lama di tempat ini.
Akhirnya penantian lamanya itu terbayarkan sudah, terlihat seorang pria paruh baya kesayangannya sudah sampai disana.
"Ayo ayah kita pulang. Aku sudah memesan tiketnya," kata Savina antusias.
"Tentu sayang. Kita akan kembali hari ini."
"Apa ayah sudah mengurus semuanya? termasuk perceraiannya?"
Adhinata hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan putrinya itu.
"Ayah, tolong rahasiakan semua ini dari Sania. Apa ayah tahu? Sans adalah saudara kembarnya Sunny, sahabat Sania dulu, aku tidak ingin dia syok nanti jika mengetahui ini."
"Apa?! Jadi..."
"Aku mohon tolong rahasiakan ini."
"Baiklah sayang. Sania sedang hamil muda, jadi sebaiknya kita rahasiakan," sahut pria paruh baya itu tersenyum.
"Benarkah? Aku sangat senang. Aku akan segera mempunyai keponakan."
"Apa hubunganmu dengan Sans cukup dekat nak?" tanya ayahnya tiba -tiba.
"Apa maksud ayah?"
"Kalian sudah menikah, dan hubungan suami istri itu.."
"Aku tidak ingin membahasnya lagi ayah. Tolong hentikan menyebut nama bajingan itu lagi!"
"Aku akan memulai hidup baruku sekarang."
Savina langsung berjalan meninggalkan ayahnya.
"Ini keputusan yang sulit. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya dengan putriku."
***
Setelah melewati belasan jam perjalanan. Kini mereka sudah sampai di Indonesia. Savina jemput oleh saudarinya yaitu Sania.
"Savina, akhirnya kau kembali."
Terlihat Sania langsung menangis melihat saudarinya lagi.
"Aku sangat takut terjadi apa apa denganmu," ucapnya langsung memeluk Savina erat.
"Aku tidak papa Sania. Ayah membawaku dengan selamat," sahut Savina tersenyum.
"Siapa yang berani menculikmu hah? Katakan padaku! Aku akan menghabisinya. Sebagai kakakmu aku akan melindungimu!"
Savina terkekeh mendengarnya "Lupakan saja itu sudah berlalu. Ayo kita pulang."
"Semudah itu kau melupakannya Savina?! Ayo katakan siapa orangnya!" pekik Sania.
"Ayah sudah mengurusnya Sania. Ayo kita pulang saja, aku lelah," sahut Savina langsung memasuki mobil itu, sungguh dia tidak ingin Sania tahu siapa pria yang menculiknya.
"Tapi.."
"Sania, pria itu sudah di berikan ganjarannya. Ayah sudah mengurusnya," ucap ayahnya menenangkan putrinya itu.
"Syukurlah. Aku tidak ingin siapapun yang menyakiti Savina."
"Ayah tahu, kau sangat menyayangi adikmu. Jadi lupakan saja ya, ayo kita pulang sekarang."
Sania mengangguk memasuki mobil itu, dan duduk di samping Savina. Sedangkan ayahnya yang menyetir.
"Savina.."
"Apa kau benar hamil Sania?" tanya Savina mengalihkan pembicaraan.
Sania hanya mengangguk terlihat malu.
"Wahh, selamat. Akhirnya aku akan segera memiliki keponakan."
"Aku juga tidak menyangka tuhan mempercayai kami secepat ini untuk memiliki seorang anak."
Savina tersenyum, jujur dia merasa sedikit iri dengan kehidupan saudarinya. Menikah dengan pria yang mencintainya, dan kini dia tengah hamil mengandung anak pertamanya.
"Aku harap kau segera menemukan jodohmu Savina. Bukankah impian kita mempunyai anak yang seumuran?"
"Hah, itu?.."
"Aku rasa itu tidak akan terjadi, lupakan saja," sahut Savina canggung.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya Savina."
"Tapi aku tidak ingin menikah lagi untuk beberapa tahun kedepan."
Savina langsung menutup mulutnya. Sial! Kenapa dia bisa keceplosan seperti ini?
"Menikah lagi?"
"Hah, itu, maksudku aku belum ada rencana menikah untuk beberapa tahun kedepan," sahut Savina meluruskan. "Jadi lupakan saja mimpi kita itu."
Terlihat Adhinata hanya diam mendengar apa yang dikatakan oleh Savina. Sedangkan Savina kembali fokus pada pandangan ke arah jalanan.
***
Hari mulai berganti malam, Savina merendam tubuhnya di bathtub yang berisikan air hangat. Dia sangat senang bisa terbebas dari Sans."Mari kita rayakan dulu kebebasan ini," ucapnya tersenyum kepada dirinya sendiri, sambil meneguk segelas wine.
Namun, tiba-tiba perutnya bergejolak setelah meminum minuman itu. Dia segera berlari memuntahkan semuanya.
"Huek!"
Berkali-kali Savina memuntahkan semua yang ada diperutnya.
"Argh sial!" keluhnya kesal.
Savina melempar gelas itu dilantai melampiaskan kemarahannya.
"Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku tidak bisa mengontrol emosiku."
Savina menarik napas panjang. "Sudahlah Savina, jangan biarkan minuman itu merusak kebebasanmu," ucapnya kepada dirinya sendiri.
Savina kembali merendam tubuhnya di bathtub itu sambil menikmati sensasi hangat memejamkan matanya, dia akan menikmati kebebasannya malam ini, dan memulai kehidupan barunya.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Savina
RomanceBermula dari penculikan dan kesalahpahaman yang menyebabkan hidupnya berantakan. Pria itu menyiksanya, menjadikannya jalang sebagai pemuas nafsunya. Sampai suatu hari semuanya terbongkar sampai tak mampu berkata-kata, dan menyadari jika benih- benih...