PART 20: KABUR

3K 183 4
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Tak ada anutan yang dapat Kamila pahami sebagai pelajaran dalam menjalani mahligai rumah tangga. Dia buta, tak ada gambaran peran seorang istri dan suami yang dia dapat dari keluarganya. Dibesarkan oleh mama yang menjadi janda diusia Kamila yang belum mampu memahami keadaan, membuat gadis itu tak memiliki teladan yang bisa dicontoh. Memori keluarga yang utuh ibarat kepingan puzzle acak dalam pikiran Kamila. Mama sekadar menyesaki dirinya dengan banyak omelan dan petuah yang masuk telinga tanpa ada yang bisa Kamila lihat secara nyata dan dia tak memiliki figur pasangan suami istri yang dapat dia bandingkan dengan dirinya dan Daffa.

Kamila mengusap pipinya yang basah oleh air mata, dia mengeluh akan keadaan. Apa ini artinya dia belum siap akan sebuah pernikahan? Dan sekarang semua terlanjur terjadi dan dia terjebak di dalamnya.

Alih-alih ikut menyiapkan makan malam bersama Daffa setelah salat isya, perempuan itu malah menangis tanpa suara di dalam kamar mandi. Kamila kesal dan perasaan tak terima menggerogoti hatinya, semakin dongkol pada Daffa. Kedua mata yang sembap itu ia bilas dengan air dengan harapan menghapus jejak tangisnya.

Cermin wastafel itu memantulkan wajah cemberut Kamila, dia semakin tak elok dipandang jika menangis seperti ini. Kamila kembali membilas wajah, sembari berpikir maksud ucapan Daffa yang memintanya menjauhi Pandu. Apa sang suami cemburu? Bukankah cemburu adalah tanda kasih? Bukti cinta? Namun, secepat itukah nama Kamila bersemi di hati Daffa?

Sementara apapun yang terjadi di antara Daffa dan Kamila bagi perempuan itu terkesan abu-abu, tak melukiskan rasa kasmaran yang membuat hati Kamila meletup terpikat. Rasa suka dan nyaman memang menyelinap menghangatkan lubuk hati Kamila, hadirnya sosok Daffa mengisi ruang kosong di sudut hatinya. Namun, Kamila tak bisa memastikan perasaannya telah bertuan asmara.

Kedua mata Kamila menyipit memandang wajahnya sendiri. Dia merasakan jika hal itu ganjal sebab seharusnya sedari dulu Daffa melarang dirinya berdekatan dengan Pandu. Mengapa baru sekarang? Pandu hanyalah satu lelaki yang tertangkap dalam pandangan Daffa, sedangkan di luar sana, saat dia di kampus dia memiliki banyak teman para pejantan. Ya Kamila tak membedakan cara bergaul antara sesama perempuan dan laki-laki, Kamila nyaman bergerak mengikuti hatinya dengan berteman dengan siapa saja.

Kamila teringat agenda diklat teater yang dia ikuti, duduk berdekatan dengan para mahasiswa laki-laki mereka bersentuhan dalam batas wajar. Kamila paham batasan itu karena dia tahu cara menjaga diri. Begitu juga saat di area kampus, tak ada yang salah dengan cara bergaul Kamila. Semua masih dibatas wajar dan tidak keterlaluan. Seperti hubungannya dengan Pandu, lucu sekali Daffa meminta dirinya menjauhi Pandu. Apa yang salah dari hubungan antara senior dan junior di kampus? Daffa terlalu berlebihan. Pria itu tahu bagaimana gerak-gerik Kamila di luar sana. Bukankah seharusnya sejak dulu dia membatasi Kamila saat tahu pergaulan perempuan itu?

Mengapa baru sekarang? Dan Ada apa dengan kak Daffa?

Kamila berpikir mencari orang terdekat yang bisa dia ajak bicara tentang keluh kesahnya, dia tidak mampu menampung unek-unek tentang Daffa seorang diri. Hendak menyambangi rumah kak Eca, tetapi lumayan jauh dari wisma ini. Kak Eca pasti lebih tahu cara menghadapi situasi yang rumit dan tak nyaman ini.

Setelah meluapkan perasaan dongkolnya di kamar mandi, Kamila yang terlanjur telat datang ke kampus segera mengganti pakaiannya. Tidak peduli dia terlambat, dia harus datang sembari membawa naskah itu. Dia tak mau menunda amanah dari orang lain.

Kamila lekas mengambil celana jogger dan baju kaus polos berlengan panjang. Dia memakainya dengan agak terburu-buru dan memasukkan naskah titipan Pandu ke dalam goodie bag. Raut Kamila menegang saat mendengar samar kesibukan Daffa di dapur, pria itu tak boleh tahu jika dirinya pergi keluar malam ini. Dengan jantung yang bertalu-talu karena perasaan yang tak tenang Kamila mengeluarkan ponsel dari saku, dia menghubungi Dina.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang