PART 49: MEMILIH PERGI

3.3K 211 23
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Kamila tidak bodoh, semalam pria itu pasti kesal sekali padanya. Baguslah, lebih baik Daffa merasa kesal bahkan benci padanya agar mudah membuang dirinya.

Perempuan berbadan dua itu tersenyum getir memandang duffle bag yang berisi pakaiannya. Dia tak mau menunda, hari ini dia benar-benar akan pergi. Tak mau lagi menjadi bayang-bayang sang kakak untuk suaminya. Kamila menghela napas, dia kecewa pada Daffa yang menjadikan figurnya sebatas pelampiasan. Rasa cinta pria itu pada Keisya rupanya belum surut dan cincin yang dia temukan di makam membuktikan betapa tidak berharganya status mereka bagi Daffa. Terikat dihubungan ini hanya membuatnya tersiksa, dia butuh terlepas dari jangkauan Daffa. Urusan hati dia akan coba untuk abai, mencoba pelan-pelan melupakan dan melepaskan nama pria itu dari hatinya.

Perempuan itu mengalah, dia yang harus pergi dan mengorbankan perasaan. Daffa hanya menuntut raganya untuk tetap berada di sisi pria itu dan memandang figurnya sebagai 'Keisya'. Wanita yang telah lama lelaki itu cintai.

Bagaimana dengan bayi dalam perutnya? Kamila tidak tahu, namun dia akan berusaha menghidupi bayi ini.

Kamila menenteng tas itu, tak banyak yang dia bawa. Dia membawa lima pasang pakaian santai, pakaian dalam, jilbab bergo, tiga rok, dan dua sweatpants. Oh ya, dia menyelipkan satu kaos Daffa yang biasa dia gunakan untuk tidur.

Kamila melepas cincin yang ada di jari manisnya dan mengeluarkan cincin Daffa dari tas yang digunakan saat ke makam. Dia letakkan cincin itu di atas kertas. Kertas yang berisi untaian kata singkat tentang perasaan muaknya. Dia tak bisa gamblang berujar di depan pria itu untuk mengakhiri pernikahan ini, jadi biarkan surat itu yang menyampaikan.

Ada rasa tak sanggup harus menjauh dari Daffa karena pria itu telah berhasil memenangkan hatinya. Dia harus belajar, belajar untuk menghadapi keadaan tanpa Daffa di sekelilingnya. Tidak, dia tidak sendiri. Bayi ini akan menjadi temannya. Kamila mengusap perutnya.

"Halo, maaf ya hampir tidak pernah ngobrol sama kamu dek. Ini... aku, mama kamu. Mau ya hidup berdua sama mama? cuma berdua, mama dan kamu. Mama akan usaha supaya kita bisa hidup lebih baik setelah pergi dari sini." Kamila mengerjap, satu tetes air mata merembes di sisi wajahnya. Dia memiliki tabungan, tetapi entah sampai kapan tabungan itu bertahan untuk mencukupi kebutuhannya nanti. Dia akan berusaha mencari pekerjaan agar dapat menambah tabungannya dan memenuhi keperluannya.

Kamila membawa tas itu keluar. Tanpa ada lirikan yang mencurigakan di pagi ini karena suasana begitu hening sejak Daffa pamit keluar. Tante Elena pun jarang berkunjung di bawah jam sembilan pagi. Pak Anwar pasti tengah ikut meladeni pembeli kue di tempat sang istri berjualan.

Tanpa membuang waktu, Kamila segera memesan taksi online lewat ponselnya dengan tujuan 'terminal bus Samarinda-Balikpapan'. Tujuannya bukan rumah mama, Daffa tentu tangkas menemukannya jika dia ke sana. Dia memilih kota yang asing, tanpa seorang pun dia kenal di kota itu.

Kamila pelan-pelan menuruni tangga teras ketika melihat agya kuning terparkir di depan pagar. Supir taksi menurunkan kaca, melirik Kamila, memastikan tak salah menjemput penumpang.

"Kamila Kanika?"

"Ya benar pak." Kamila membuka pintu mobil.

"Kamila." Kamila menoleh dengan mulut yang membisu mendapati Indi yang berjalan cepat ke arahnya.

Isi kepala Kamila seketika kosong. Tubuhnya sedikit bergetar karena merasa tertangkap basah. Indi merentangkan tangan dan menarik Kamila ke dalam dekapan rindu. Wanita itu tersenyum hangat merasakan sang menantu ada dalam pelukan, perubahan fisik Kamila yang berbadan dua begitu terasa. Kamila kehilangan kata-kata. Kedua matanya berkaca-kaca merasakan elusan Indi pada punggungnya.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang