Di part ini ketemu gak nih? 😬👀🙊
▪️▪️▪️
Hargai tulisan ini dengan vote dan komen
🌸Terima kasih🌸
"Kakak sih! Lemparnya tinggi banget, itu nggak bisa diambil." Bocah perempuan dengan rambut dikuncir tinggi itu mendengus kesal.
"Bukan karena aku! Karena angin tau! Aku cuma lempar, malah nyangkut di situ." Kata anak lelaki di sebelahnya yang tak mau disalahkan.
"Ambil! Aku mana sampai, pokok nya kakak ambil! Itu aku buat bareng ayah, susah loh! Pokoknya ambilin." Bocah perempuan itu menepuk bahu saudara kembarnya sambil tak berhenti melotot kesal.
"Aku juga tidak sampai, kalau sampai udah dari tadi aku ambilin buat kamu."
"Is! Gara gara kakak! Kakak juga punya sendiri, kenapa mainin pesawatku?!"
Suara pertengkaran antarsaudara itu menyulut rasa penasaran seorang perempuan yang bersantai di teras. Perempuan yang mengenakan pakaian terusan panjang sampai di atas mata kaki itu meneleng ke sumber suara. Kamila menyipitkan matanya, memandang penasaran pada dua bocah yang bercekcok itu.
Tampak bocah lelaki sedang berusaha berjinjit mencapai pucuk pohon kerai payung. Di pucuk pohon itu bertengger pesawat kecil yang dibuat dari kertas origami. Kamila menoleh ke kanan kiri, tak seorang pun yang berlalu-lalang dan memperhatikan dua bocah itu. Keadaan sekitar vila biasanya memang tenang dan sepi. Alhasil suara gaduh dari dua bocah itu cukup menarik atensi Kamila.
Kamila bangkit dari kursi dan berjalan ke pekarangan yang ditumbuhi rumput hijau. Letak vila yang dihuni Kamila berada di paling ujung, di antara deretan vila di sana. Di sisi kanan vila Kamila tampak banyak pohon yang menjulang tinggi, sedangkan di sisi kiri ada vila dengan desain rumah kayu yang persis seperti yang dia tinggali. Pekarangan hijau yang ditumbuhi beragam tanaman itu cukup luas sehingga ada jarak yang agak jauh yang memisahkan antarvila.
Dua bocah itu saling bergantian melompat untuk mencapai pucuk pohon kerai payung. Namun, hasilnya nihil. Mereka langsung mengerling ke arah Kamila saat perempuan itu tampak berjalan mendekat.
"Ini." Ucap Kamila yang sudah menjumput pesawat kertas itu dengan mudahnya. Dua bocah usia lima tahun itu memandang berbinar saat tangan Kamila menjulur, memberikan pesawat kertas yang sejak tadi sulit mereka ambil di pucuk pohon.
"Terima kasih tante." Sahut mereka bersamaan dengan hati yang senang sambil mendongak.
"Sama-sam-" Kamila terhenti saat bocah perempuan itu membuka mulut dan terfokus pada perutnya.
"Tante juga mau punya adek bayi ya?" Celetuk bocah perempuan itu.
"Perut tante besar kayak perut mama, kata mama perutnya berat. Perut tante juga berat?" Sambung bocah lelaki itu. Kamila terdiam sesaat, memandang wajah dua bocah itu bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)
ChickLitKamila tak pernah menyangka harus membagi waktunya sebagai seorang istri dari Daffa Alhusayn. Dirinya masih aktif menjadi mahasiswa, sedangkan pria yang berusia 31 tahun itu adalah pengusaha kafe. Awalnya kehidupan pernikahan mereka terasa normal-no...