PART 32: YANG DISEMBUNYIKAN

2.9K 152 7
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Perjalanan keluarga Hasan menuju Lembang dalam rangka liburan tak disangka berbuntut celaka. Mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan tunggal. Hasan tak dapat mengendalikan kemudi karena kondisi jalan yang licin, menurun dan berbelok hingga terjadi tumbukan keras dengan pohon di pinggir jalan. Lelaki dewasa itu merutuki dirinya yang memang tidak sepenuhnya dalam kondisi prima untuk berkendara di pagi itu. Masalah di kantor membuat siklus tidurnya menjadi tidak teratur dan sering lembur dalam beberapa minggu kemarin. Indi sudah menyarankan untuk menunda liburan mereka yang membawa Rasya, Daffa, Ibu dan perawat yang menjaga Ibu. Namun, Hasan tak ingin rasa kecewa kembali berlabuh di hati anak-anaknya jika liburan lagi-lagi diundur karena dirinya. Cukup kemarin dia menunda karena pekerjaan. Setelah urusan kantor kembali stabil, malah fisiknya yang menjadi lemah.

Hasan berkeras akan melakukan perjalanan akhir pekan, dia menolak saran Indi dan meyakinkan istrinya jika kondisi dirinya baik-baik saja. Nahasnya, musibah terjadi di tengah perjalanan mereka. Indi kehilangan kesadaran dan Hasan mendapat luka ringan di kepala begitu juga dengan Indi. Darah mengucur dari kepala perempuan itu dan membuat Hasan panik. Tak butuh waktu lama mobil Hasan dikelilingi oleh masyarakat sekitar yang datang membantu dan mendekat karena penasaran. Risna dan nini masih dalam keadaan sadar. Wanita lanjut usia yang renta itu menyentuh dadanya yang berdetak cepat karena terkejut. Napas Risna memburu karena tak percaya kejadian yang baru saja terjadi. Tangan perempuan muda itu bergetar di pangkuan. Rasya dan Daffa menengok ke luar dengan perasaan bingung dan masih mencerna keadaan pelik itu.

Perlu menunggu hingga 15 menit sampai ambulans datang. Hasan ikut naik ke ambulans mendampingi istrinya yang terbaring tak sadarkan diri. Risna, Rasya, Daffa, dan nini turut di bawa ke rumah sakit dengan mobil pribadi salah seorang masyarakat yang berbaik hati mau membantu. Untungnya mereka baik-baik saja tanpa luka ringan ataupun luka berat, tetapi mereka masih disergap oleh rasa terkejut.

Tiba di rumah sakit, Indi dan Hasan lekas ditangani. Risna, Rasya, Daffa, dan nini turut sampai. Risna mendorong kursi roda wanita renta itu perlahan melewati koridor rumah sakit yang lengang. Risna ingin sekali menabrakkan wanita tua itu ke dinding karena sejak tadi menghardik Daffa yang sama sekali tak bersalah. Bibir yang sudah mengendur ke bawah itu mengucapkan hal yang tajam dengan terang-terangan, tetapi tidak berani berucap demikian jika berada di sekitar Indi dan Hasan.

"Berhenti." Perintah nini dingin. Perempuan tua itu memutar kursi rodanya menghadap Daffa dan Rasya yang berjalan pelan di belakang. Daffa dan Rasya saling memandang dan mengerutkan kening mereka ketika nini mendekat.

"Ini gara-gara sia!* Anak pembawa sial! Saya sudah bilang untuk tidak usah membawa kamu! Kamu membawa celaka, seharusnya kamu tidak ikut!" Pekik wanita tua itu yang wajahnya memerah marah sambil memukul keras lengan Daffa. Anak itu tersungkur di lantai yang dingin.

(Sia: kamu*)

"Nini!" teriak Rasya dan Risna bersamaan. Risna berlari dengan air mata yang menetes, tak tega melihat anak itu kembali diperlakukan kasar. Risna berlutut dan membantu Daffa berdiri. Rasya berdiri di belakang Risna, tak berani melihat nini yang kini menampakkan taringnya itu. Belum pernah ia melihat nini semarah itu hingga bertindak kasar. Risna meremang, ia berdiri gemetar karena baru kali ini si perempuan tua itu terang-terangan bertindak gila di dekatnya. Dia pernah beberapa kali mendapati nini berlaku kasar pada Daffa, tetapi diam-diam dari jarak yang jauh.

Daffa menahan isakannya dan dadanya terasa sangat berat menahan tangis. Dia meremas tangan Risna dan terus tertunduk takut. Dia tak tahu kesalahan apa yang dia pernah perbuat pada nini sampai nini sebegitu benci padanya. Risna menguatkan dirinya sebagai tameng Rasya dan Daffa yang dirundung oleh rasa takut karena nenek sihir di depan mereka. Nini memandang tak suka saat Risna segera menolong Daffa. Perempuan tua itu kembali mendekat dan menjulurkan telunjuknya, menunjuk tajam wajah polos itu.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang