PART 36: ADA KABAR BAHAGIA

3K 168 3
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Sudah dua jam setelah Rasya pamit kembali ke Jakarta. Dia memang tidak dapat berlama-lama di Samarinda dan dia tentunya ingin menghindari Daffa setelah mengungkapkan rahasia itu pada Indi. Elena tidak dapat membaca raut wajah Indi yang tidak banyak bicara. Mereka duduk di pinggir kolam sore ini ditemani teh hangat dan gurandil yang diselimuti kelapa parut.

"Biasanya kamu langsung ke sebelah dan tidak berlama-lama di sini. Apa Daffa dan Kamila belum pulang?" Indi menoleh pada Elena.

"Aku belum tau, aku nanti ke sana." Indi mengerjap.

"Kamu... ada masalah dengan Daffa?" tanya Elena penasaran. Indi tersenyum tipis.

"Teu aya." (Tidak ada)

Elena mengembuskan napas lega melihat senyum Indi muncul. Mereka berbincang ringan, Elena banyak bercerita tentang Kamila. Indi mendengar seolah Elena menceritakan anak kandungnya sendiri. Sudah lama Elena jauh dari anak-anaknya dan dia sangat senang atas kehadiran Kamila.

"Mereka apa belum berencana memiliki anak?" Mendengar pertanyaan itu membuat Indi tersadar kalau pernikahan Daffa dan Kamila sudah lewat beberapa bulan. Namun, kabar tentang adanya buah cinta belum terdengar.

"Aku tidak tau, mungkin... karena usia Kamila masih muda. Mereka mungkin saja menunda."

"Kamu membolehkan mereka menunda?"

"Itu bukan urusanku Lena. Itu terserah mereka, lagi pula Kamila belum menyelesaikan kuliahnya. Apa tidak repot harus mengandung bayi disaat-saat seperti itu?" Elena menganggukkan kepalanya. Dulu juga ia menikah diusia muda. Elena mengandung anak pertama saat ia masih semester lima. Elena terdiam sembari mengingat kenangan sewaktu hamil anak pertama. Bisa jadi Daffa tak ingin membuat istrinya mendapatkan resiko saat mengandung diposisi masih menjadi seorang mahasiswa.

"Biasanya kamu menelponku jika mau datang. Tidak biasanya kamu mendadak?" Elena kembali berujar sembari mengambil kue mungil berwarna merah muda itu.

Semua memang terasa tiba-tiba, bahkan Indi datang tanpa membawa buah tangan untuk saudara perempuannya. Dia juga tidak membawa makanan kesukaan Daffa. Ada jeda cukup lama sampai Indi membalas perkataan Elena karena dia seperti kehabisan jawaban untuk mengindari alasan yang sebenarnya, jangan sampai terucap.

"Aku benar-benar lupa Lena dan ya ini mendadak. Aku merasa, aku sangat merindukan anak sulungku. Kamu tau kan, setelah menikah tidak mungkin Daffa harus sesering itu bertemu denganku. Dia sudah memiliki keluarga sendiri dan istri yang harus dia jaga. Jadi lebih baik aku saja yang datang berkunjung ke rumah mereka." Sebagian dari ujaran Indi adalah kebohongan, dia berusaha sealami mungkin mengungkapkan rentetan kalimat itu.

***

Kamila tidak sanggup berdiam diri menunggu Daffa menjemputnya. Padahal perempuan muda itu bahkan belum menghubungi suaminya, tetapi Kamila tahu butuh waktu cukup lama menunggu Daffa yang mengendarai mobil untuk sampai. Dia memilih untuk segera memesan ojek online dan mengirim pesan pada Daffa agar tidak perlu datang menjemput.

Aku pulang sendiri aja, aku udah pesan ojek online.

Kamila berkali-kali menelan liurnya kala bayangan sambal mangga yang dimakan bersama kapurung tadi kembali melintasi kepalanya. Dia ingin segera pulang dan memanjat sendiri pohon mangga yang ada di halaman belakang, kalau perlu dia bisa meminta tolong pada Anwar. Perempuan yang duduk menyamping di belakang tukang ojek itu sejenak melupakan riuh pedas bisikan tetangga di rumah sepupuhnya tadi. Kamila takut memutar ulang ucapan-ucapan itu, tetapi bisikan itu lepas tanpa dapat dikendalikan. Bukankah rata-rata dugaan dan gossip itu tidak nyata? Hanya rekayasa mulut manusia untuk memenuhi ego mereka. Seharusnya Kamila tidak perlu takut sampai dia sendiri yang membuka tabir kebenaran di balik semua omongan tetangga tadi. Siapkah dia mencari tahu?

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang