PART 5: BONTANG-SAMARINDA

12.2K 649 32
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Huek

Huek

Engh..

Sudut mata Kamila berair, dia sudah menduga ini akan terjadi. Mabuk darat. Daffa menepikan Chevrolet Colorado miliknya dengan raut panik. Gadis di sampingnya sudah dua kali muntah dalam satu setengah jam perjalanan ke Samarinda. Sekarang pukul 04.25 pagi, mobil itu diparkir di halaman masjid. Terpaksa singgah, padahal bisa singgah di masjid waktu azan salat subuh nanti. Banyak masjid yang bisa disinggahi di sepanjang jalan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Ada rasa dongkol yang dipendam Kamila, dia sempat berdebat dengan mama beberapa hari sebelum perjalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada rasa dongkol yang dipendam Kamila, dia sempat berdebat dengan mama beberapa hari sebelum perjalanan. Dia mau naik bis saja, tetapi mama tidak setuju. Untuk apa ada suami yang punya mobil pribadi kalau Kamila sendiri memilih naik bis? Yang artinya mereka berangkat secara terpisah. Bukan soal itu sebenarnya. Kamila bisa menahan diri jika duduk di dalam bis dibanding naik mobil pribadi seperti ini.

Rasanya lemas sekali, Kamila menutup kelopak matanya dan menyenderkan punggung ke jok. Tangannya terkulai lemas, masih memegang plastik berisi muntahannya. Ada noda muntahan pula dijilbabnya. Bahkan menyeka bibirnya sendiri dia tidak sempat. Dia ingat percakapan konyolnya bersama temannya di zaman SMA yang sama-sama tidak kuat jika naik mobil "Siapanpun tampar aku, atau pukul aku sampai pingsan. Kalau sudah sampai tujuan baru dibangunkan." lebih baik tidak sadarkan diri di perjalanan dari pada merasakan perut bergejolak dan kepala pening sampai harus muntah. Kamila juga bukan tipe yang bisa tidur nyaman dalam perjalanan.

Daffa menarik beberapa tisu dan menyapu sudut bibir Kamila yang kotor oleh jejak muntahan itu. Tidak ada rasa jijik sama sekali. Ketika tisu itu menyentuh sudut bibirnya, Kamila sadar, pasti dia kacau sekali sekarang. Malu banget. Mau bergerak dan menghindar supaya Daffa tidak melihat dirinya yang sedang kacau ini pun dia sama sekali tidak punya tenaga. Kamila tidak peduli, dia terlalu lemas.

"Minum dulu La." Botol mineral itu sudah dibuka Daffa.

"Boleh buka jilbabkan?" pandangan Kamila yang sayu membidik Daffa. Jika sudah teler begini, Kamila jadi risih sekali. Apalagi jilbanya kena noda muntahan itu.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang