Angi keluar dari kamar mandi dengan wajah cemberut, butuh setengah jam lebih untuk membersihkan cat dari tubuhnya. Seraya menggulung rambut panjang yang basah dengan handuk, dia menangkap tatapan seorang gadis yang berbaring tengkurap di atas tempat tidur, bibirnya membentuk cengiran penuh arti.
"Jadi hari ini Syam jadi superhero lo?" tanya Marisa. Sahabat Angi yang biasa dipanggil Caca.
Angi mengerang frustasi. Dia menghempaskan tubuhnya di kasur. Berbaring terlentang. "Iya, padahal gue malas berurusan sama Syam dan sekarang gue jadi berhutang budi."
Pandangan Angi mengarah pada jendela kamar Caca yang terbuka, menghadap halaman belakang di mana jaket Syam tergantung di jemuran. Jaket hitam itu bergoyang mengikuti arah angin senja di Desa Daun.
"Jujur deh Ngi, elo benaran nggak ada perasaan suka ke Syam?" tanya Caca. Dia penasaran. "Kalau kita menyampingkan kelakuannya yang astagfirullah, tapi dari penglihatan gue Syam itu ganteng banget loh Ngi."
Angi mendengus. "Kalau lo suka Syam, kenapa nggak lo aja yang ungkapin? Kalau aja lo bisa jadi nyonya Syam."
"Gue sih mau, tapi Syam yang nggak mungkin mau. Selama ini dia kan cuma suka sama lo. Dekatnya sama elo. Apalagi kalian punya masa lalu indah waktu kecil." Caca berbaring di samping Angi.
Mereka berdua menatap langit kamar Caca yang penerangan gelap. Mati lampu melanda kampung daun.
"Maksud gue, kalau aja elo mau sama dia. Syam mungkin saja berubah. Mungkin saja dia kembali menjadi Syam yang kita kenal dulu," sambung Caca.
Angi menghela napas berat.
"Nggak tau. Nggak ngerti gue."
"Kok nggak ngerti sih. Tanyain ke hati elo. Pernah nggak berpikir untuk menerima perasaan Syam?" seru Caca. "Atau jangan-jangan lo suka sama Lurah baru itu? Lurah Sastra, ya, kan?"
Angi memberikan tatapan lelah pada Caca. "Kayaknya kisah percintaan gue lebih seru dibandingkan drakor yang lo tonton tiap hari. Judul! 'Angi si pengangguran ditaksir ketua geng motor'. 'Angi si beban keluarga ditaksir Lurah tampan'. Lo pikir ini webseries, FTV!?"
"Emang hidup lo penuh drama," sahut Caca, tertawa. "Dan lo lupa menambahkan satu judul lagi."
"Apa?"
"Cinta terhalang oleh saudara persusuan, 'Mang Cecep I love you full," ujar Caca, dia tertawa keras.
Angi memukul lengan atas Caca. "Nyebut Ca. Istigfar! Kesambet tau rasa lo. Udah mau magrib."
"Habisnya hidup lo seru banget buat dijulidin." Perhatian Caca teralih, terdengar notifikasi pesan masuk di ponsel. "Panjang umur mang Cecep, baru aja diomongin, dia wa gue. Mang Cecep tanyain lo, dia nanya, apakah Angi saya yang tercinta ada di tempat Neng Caca? Tolong jaga dia. Jangan biarkan dia menangis sendirian, berikan pelukan yang hangat."
"Apaan sih lo! Ngarang aja. Mang Cecep cuma mastiin gue tidur di tempat elo atau enggak," sangkal Angi, dia merebut ponsel Caca. "Sini gue balas." Jari-jemarinya mengetik dengan cepat di keyboard. Sedangkan cengiran jahil terbentuk di bibir Angi.
Caca langsung curiga.
"Lo bales apa?"
"Baca sendiri!"
Caca mengambil ponselnya lagi.
"DEMI KOLOR ENGKONG GUE! ANGI LO APAAN SIH! MANA UDAH DIREAD LAGI! NGGAK BISA DIHAPUS." Dia histeris. Mengacak-acak rambutnya.
Tangan Angi menggapai udara, dia membaca pesan yang dia kirim ke Cecep dengan ekspresi melonkolis.
"Iya mang Cecep tersayang, Angi nginap di rumah Caca. Nanti malam Mang Cecep bisa kan ke rumah? Sekalian belikan martabak buat mama sama papah. Supaya cinta kita direstui oleh mereka. Dari penganggum rahasiamu, Caca."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sastra Untuk Pelangi [End]
SpiritualTentang gadis bernama Angi yang mempunyai mimpi mengubah kampung halamannya menjadi desa wisata yaitu Kampung Warna-warni. Dia dipertemukan dengan Lurah muda yang baru dilantik bernama Sastra Lurah Sastra mengejutkan Angi dengan klaim sepihak yang m...