20. Pelangi Suram

5.1K 869 114
                                    


Cecep berusaha merandengi langkah cepat Sastra menuju Kampung Warna-warni yang berada di bawah bukit desa daun. Lelaki itu memperlihatkan ekspresi cemas serta takut

"Jadi pelakunya adalah Pak Athala? Orang yang membeli tanah secara masal di desa daun, orang yang terus menggagalkan proyek warna-warni dan juga penyiraman cat? Semua itu adalah rencana Pak Athala?" tanya Cecep.

"Benar. Dia adalah pelakunya, dia bekerjasama dengan lurah sebelumnya, Pak Broto." Sastra menanggapi dengan datar.

"Dan Pak Lurah mendatangi rumah Pak Athala seorang diri lalu menantangnya? Tapi tunggu! bagaimana Pak Lurah tau kalau Pak Athala adalah orang yang di balik ini semua?" tanya Cecep ingin tau.

Sastra menghentikan langkah kakinya sejenak. Mungkin dia harus berterima kasih pada Satrio, karena dialah Sastra akhirnya tahu tentang pembangunan villa heaven, proyek Athala untuk mengubah desa daun jadi hunian para orang kaya.

Satrio juga bantu menemukan keberadaan Broto dan mereka langsung mendatangi rumahnya beberapa hari lalu. Broto tentu saja terkejut dengan kedatangan mereka, dia tidak punya pilihan selain mengaku.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Nyawa saya menjadi taruhannya," beritahu Broto pada Sastra dan Satrio. "Saya tidak punya pilihan selain tunduk pada perintah Pak Athala. Dan lagipula warga menjual tanah mereka dengan sukarela, karena keinginan mereka sendiri."

"Mereka menjual tanah karena tidak mengerti. Bapak sudah tau betapa polosnya warga desa daun, seharusnya anda mencegahnya. Mereka tidak paham kalau menjual tanah dalam kondisi sekarang akan berdampak buruk pada kehidupan mereka," balas Sastra, berusaha keras menahan emosi.

"Dan sekarang nasib mereka menyedihkan Pak Broto, mereka hidup menggelandang di ibu kota tanpa rumah. Apa Bapak sama sekali tidak merasa bersalah?" lanjut Sastra.

"Lalu saya harus bagaimana Pak Lurah?" balas Broto dengan ekspresi lelah. Lelaki paruh baya itu tanpa mengenakan seragam PNS terlihat sangat tua.

"Saya berada di posisi yang sulit juga. Dan asal Pak Lurah Sastra tau, alasan saya mencegat Angi dengan proyek kampung warna-warni adalah untuk melindunginya. Apa anda pikir saya tidak punya hati?" ujar Broto.

"Saya melihat mereka sejak kecil. Saya melihat mereka tumbuh dewasa. Walaupun saya memiliki citra buruk di mata warga. Tapi saya memiliki cara saya sendiri untuk melindungi mereka..."

"Tapi Pak Broto membiarkan Pak Athala terus melanjutkan proyek Villa heaven..." ujar Sastra, menyudutkan.

"Dan saya berusaha memperlambatnya sebisa mungkin sampai saya pensiun dan anda datang. Karena saya percaya..." Broto menatap Sastra lekat. "Bahwa lurah baru pasti akan membuat perlawanan dibandingkan saya yang pengecut."

Lalu Broto tersenyum untuk pertama kalinya. "Dan itu terbuktikan hari ini, kan? anda mendatangi dan menemukan saya."

"Jadi berjuanglah pak Lurah," pinta Broto. "Tolong lindungi warga desa daun di waktu saya tidak bisa melakukannya. Untuk seorang bapak tua seperti saya, saya sudah melakukan yang saya bisa. Selebihnya saya serahkan desa daun pada anda. Jangan khawatir. Saya tidak melarikan diri. Saya siap bersaksi di pengadilan jika anda memerlukan saya nanti." Broto meyakinkan Sastra.
.

.

.

.

.

Sastra Untuk Pelangi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang