1. Paris

2.1K 269 39
                                    

"Waktu ya waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waktu ya waktu. Luka ya luka. Tidak ada yang berubah. Hanya perasaan saja yang berubah."


0,7 dasawarsa, berlalu.

Waktu yang tidak sebentar, sebab hampir menghabiskan tiga ratus enam puluh lima minggu. Ya sekitar tujuh tahunan. Mustahil jika tidak ada yang berubah di kehidupan manusia. Termasuk pelarian, ada yang berhasil dan adapun yang masih terjebak di lingkaran setan tentang masa lalu. Ada yang menyesal, ada juga yang terlalu berperasaan. Si paling memorial.

Begitupun dengan gadis cantik yang kini terlihat lebih dewasa dari awal kita bertemu di prolog. Sorot matanya terlihat hangat, namun jelas memperlihatkan betapa tersiksa dan menyedihkan nya Ia. Dirinya kebingungan, apa dia harus bahagia karena masih waras setelah semua kejadian mengerikan itu.

Setiap ucapan dan tindakan itu kembali terulang di memori kepalanya, Haelin hanya bisa memejamkan matanya dan meremas tangannya. Sakit sekali. Meski sudah tujuh tahun yang lalu, namun rasanya seperti baru saja tadi malam.

"Ternyata kau di sini? sepuluh menit lagi giliranmu, kenapa malah melamun di balkon ini?" seseorang yang dari dalam terlihat seperti orang yang kebingungan mencari sesuatu. Akhirnya berubah ekspresi setelah menemukan apa yang sedang ia cari.

Laki-laki dengan setelan kemeja yang sedikit ketat, membuat tubuh berototnya terbentuk dengan sempurna. Malah ketika berjalan dengan pinggang sempurna, sudah percis seperti model yang sedang catwalk. Padahal hanya menghampiri Haelin di balkon. Laki-laki itu berjalan bersamaan dengan dirinya yang mengancingkan kerah tangan dan berhenti tepat di samping tubuh body goals yang terkadang selalu membuat dirinya hampir kehilangan kendali.

"Jangan-jangan kau lupa jika hari ini karyamu akan tampil di Paris Fashion Week?" Ujar Jimin mengingatkan Haelin kembali.

Haelin terlihat sedikit beraksi, sepertinya ia lupa akan hari ini. Padahal selama ini dia berusaha sampai titik penghabisan agar bisa menembus ajang bergengsi dunia. Namun hanya karena memori mengerikan itu kembali teringat tanpa diminta. Membuat Haelin melamun dan terlarut dengan pikirannya sendiri.

Ya, malam ini menjadi malam yang tidak akan pernah Haelin lupakan. Sebab mimpinya sebagai fashion desainer akhirnya terwujud. Sejak malam itu, dan kemurahan Tuhan yang masih memberikannya kewarasan padanya untuk tetap melanjutkan hidup yang sejujurnya sudah hancur lebur. Ia menghabiskan waktunya untuk berkembang di dunia fashion dunia. Dulu menjadi desainer terasa mustahil. Sebab ia tidak memiliki biaya untuk sekolah di Paris.

Namun sekarang lihatlah dia. Brand fashion miliknya akan menggelar runaway di acara paling bergengsi dunia. Ia melirik Jimin yang kini membalikkan badannya, untuk menyandar pada pembatas balkon. Pria itu tersenyum manis padanya. Haelin tidak tahu harus berterima kasih seperti apa pada pria yang menjadi penyambung tangga kehidupannya.

Dèclassè [kt.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang