Enam

14.7K 1K 11
                                    

Belle merasa tubuhnya menggigil, nyaris panas dingin malah. Apalagi ketika kakinya masuk ke dalam ruangan Al. Dan menemukan pria itu yang duduk bersandar di ujung meja kerjanya. Tengah sibuk dengan ponselnya. Perhatian pria itu begitu fokus sebelum menoleh ke arahnya.

"Duduk?" Tawar Al yang hanya di balas Belle dengan bibir terkatup rapat, namun Belle bergerak untuk menurut.

Melangkah ke arah sofa yang berada tidak jauh dari meja kerja Al, dia pun duduk di sana. Sengaja memilih tempat duduk di sana agar bisa menjaga jarak dengan pria yang berstatus suaminya. Juga berjaga-jaga jika Al akan menatapnya mengintimidasi yang berlebihan.

Memperhatikan sekeliling, Belle merasa tidak nyaman di tempat duduknya. Dulu dia pernah masuk ke ruangan ini. Ruangan yang pertama kali melihat bagaimana wajah kaku Al nampak berkali-kali lipat lebih banyak ketimbang biasanya.

Hari itu Belle membuat kesalahan, dia nyaris kehilangan semuanya jika saja tidak ada mertuanya.

Mertua? Mendadak Belle merindukan wanita pemilik senyum hangat itu. Karena hanya wanita itu lah satu-satunya orang yang bisa mengontrol Al, membuat pria itu tak bisa membalas atau bersikap semaunya.

"Saya tidak suka basa-basi, kamu tahu itukan Belle?"

Lamunan Belle buyar, wajahnya bahkan langsung menoleh ke arah Al yang kini duduk tidak jauh darinya. Tatapan pria itu hanya mengarah pada satu titik. Yaitu dirinya.

"Apa?" Gumam Belle serak. Sekuat tenaga ingin bersikap biasa saja. Namun gagal lantaran aura yang di keluarkan Al terlalu kuat.

Pria itu terlalu mengintimidasi juga menyeramkan. Wajahnya nampak tenang, tapi entah mengapa terlihat menyeramkan di mata Belle.

"Apa yang ingin kamu katakan?" Sambung Belle menambahkan, setelah di rasa dia menguasai diri.

"Pernikahan kita."

Jantung Belle berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Bahkan dia tidak bisa lagi untuk tidak meremas ujung dressnya gelisah.

Pernikahan? Selama lima tahun menikah, Al bahkan tidak pernah membahas tentang itu. Dan sekarang dia tiba-tiba membahasnya.

"Ada apa? Kenapa dengan pernikahan kita?"

"Kamu tahu jika selama ini saya hanya menganggap kamu sebatas partner kan?"

Belle diam untuk beberapa menit. Sampai dia memilih menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Al. Meski jujur hatinya mendadak terasa berdebar dua kali lebih kuat dari biasanya.

"Olivia, dia sepertinya sangat menyukai mu."

Kening Belle mengernyit. Tidak paham dengan pembicaraan Al. Bukankah tadi dia membahas tentang pernikahan? Lalu kenapa sekarang Olivia? Ada apa dengan adik iparnya itu?

"Saya harap kamu mulai sekarang akan tinggal di sini. Menemani dia. Dan, kamu tidak perlu bersikap seperti biasa. Kamu bisa berhenti menjadi partner saya."

Wajah Belle tersentak kaku. Apalagi ketika otaknya mulai mencerna semua ucapan Al. Berhenti menjadi partner?

"Kamu tidak perlu ikut saya datang menghadiri pesta, berkumpul dengan kolega-kolega saya. Atau bahkan melakukan sesuatu yang mungkin menurut kamu begitu membosankan. Sebagai gantinya, kamu bisa menjadi teman Olivia. Bagaimana?" Tawar Al. Pandangannya tidak lepas memperhatikan Belle yang hanya diam. Bagaimana ekspresi wajah wanita itu yang terlihat jelas tidak nyaman saat ini.

Ya, siapa pun yang duduk di ruangannya memang akan bersikap sama seperti Belle. Tidak nyaman atau pun takut. Terutama dengan topik yang baru mereka bahas.

Kawin Gantung(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang