Di sebuah ruangan yang temaram, seorang pria berdiri dengan sebelah tangan berada di saku celana, sedang sebelah tangannya yang lain memegang ponsel yang menempel di telinga. Dia ... Terlihat begitu serius mendengarkan suara seseorang di sebrang telpon.
"Kamu yakin semua baik-baik saja?"
"Hmm," gummamnya pelan. Nyaris tak terdengar jika suasana di sana tidak begitu sunyi.
"Aku merindukanmu, sudah lama kita tidak bertemu."
Cukup lama tidak ada balasan. Hingga beberapa menit, terdengar helaan nafas kasar keluar dari mulutnya disusul jawaban yang tegas. "Bersabarlah, tunggu sebentar lagi."
"Sebentar lagi aku ulang tahun, kamu tidak lupa kan, sayang?"
"Hmm,"
"Aku berharap, kamu akan membawakan ku kabar baik."
"Aku juga berharap begitu."
Terdengar kekehan di seberang telepon, membuat genggaman di ponsel pria itu pun mengerat.
"Apa itu artinya kamu sudah merencakannya? Dan kamu menuruti keinginan ku?"
"Kita lihat saja nanti."
"Ck, aku tidak suka jawaban itu. Terlalu misterius."
"Istirahat lah, Tiff. Di sana pasti sudah larut kan?"
"Menghindar 'eh?"
"Aku akan menghubungi mu lagi nanti, istirahatlah." Tanpa menunggu jawaban dari sebrang telpon, panggilan pun di putuskan secara sepihak.
Kedua matanya terpejam seiring dengan helaan nafas berat terdengar. "Aku harap, aku tidak salah kali ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Tanyanya bergerak memijid pelipisnya kuat-kuat. Berusaha mereda rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang.
*•••*
Belle menatap langit malam di depannya dengan pandangan nerawang. Keindahan langit malam di atas sana bahkan tidak bisa membuat suasana hatinya baik-baik saja. Hatinya masih terasa gundah lantaran apa yang tengah dia pikirkan saat ini.
Terlalu banyak hal yang membuat dia tak mengerti. Tapi bertanya dan mencari tahu pun tidak akan baik untuk hidupnya.
Sejak lama, sejak penyakit ayahnya kambuh. Sejak dia harus menikah dengan Al, hidupnya seakan berubah tidak baik-baik saja.
Banyak hal yang harus dia hadapi. Cercaan orang-orang tentang dirinya, kehidupannya, memaksa dia untuk berdiri tegak di atas kakinya sendiri. Tapi semua bisa dia lewati dengan statusnya yang tak biasa, dia membuktikan jika dirinya bisa berdiri di samping Al lima tahun ini. Semua cemooh orang-orang luntur dengan sendirinya seiring dengan dia yang membuktikan jika dia layak berada di samping Al. Mengikuti semua permainan pria itu hingga saat ini.
Jika dulu dia lelah, dia memiliki ibu mertua yang akan mengulurkan tangannya untuk berada di samping Belle. Dia memiliki ayah yang akan dengan suka rela memberikan pelukan juga kebahagiaan di sela-sela masalah yang mendera. Kali ini berbeda, dia sendiri. Tidak ada siapa pun yang bisa dia jadikan sandaran juga tempat berkeluh-kesah. Tidak ada yang akan menghiburnya disaat hidupnya terasa dipermainkan takdir. Dia sendiri benar-benar sendiri.
Lima tahun lamanya dia hanya menjadi istri pajangan, yang dipamerkan ke sana-sini. Berlagak memiliki hubungan harmonis hingga membuat siapa pun yang melihatnya begitu iri. Dan kini, ketika dia sudah berada di ambang batas, dia lelah dan ingin istirahat. Masalah lain datang menghantamnya. Membuat dia rasa-rasanya tak lagi mampu berdiri dengan tegak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Gantung(SELESAI)
RomansaHarap pintar dalam memilih bacaan!! Untuk yang tidak suka sesuatu yang bikin hati ngilu, jauh-jauh!! ***** Belleza kira--dia adalah satu-satunya wanita yang berdiri di samping suaminya--Al selama lima tahun terakhir ini. Menjadi istri sekaligus wani...