Tujuh belas

11.7K 753 18
                                    

Rasa frustasi, marah, kesal juga emosi
yang Belle rasakan kini kian besar menggulung hatinya. Dia layaknya tahanan yang tak bisa ke mana pun tanpa Al.

Pria itu, benar-benar membuat Belle dalam masalah dalam sekejap. Dia tidak lagi memiliki kebebasan seperti dulu. Semua yang dia lakukan, yang dia inginkan harus mendapatkan ijin dari pria itu jika Belle tidak mau dalam masalah.

Mungkin dulu ketika Olivia mengadu padanya tentang apa yang wanita itu rasakan, dengan semua sikap menyebalkan juga otoriter Al, Belle hanya bisa mengatakan semua yang Al lakukan karna pria itu menyayangi Olivia. Hingga dia bisa bersikap seperti itu. Begitu mengkhawatirkan adiknya hingga tak ingin terjadi apa pun yang bisa membuat dia dalam masalah dan menyakitnya.

Tapi ketika Belle sendiri yang merasakannya, dia tahu kata-kata itu adalah sebuah lelucon yang tidak harus dia katakan. Selain itu, terdengar menjengkelkan juga Belle seakan menganggap apa yang Al lakukan itu benar. Masih dalam batas wajar.

Sekarang Belle bahkan menyesal pernah mengatakan semua itu. Ketika dia benar-benar merasakan apa yang dulu Al lakukan pada Olivia.

Mengusap wajahnya frustasi, Belle pun menatap penuh keki Al yang kini sibuk dengan ponselnya di sudut ruangan. Terlihat sibuk berbicara dengan lawan bicaranya tanpa terganggu dengan tatapan atau gerak-gerik Belle yang terlihat sekali tengah bosan.

Argggghhh.

Entah mau sampai kapan Al mengurung Belle di kamar pria itu. Belle benar-benar sudah merasa bosan. Nyaris mati bosan malah. Dan dengan santainya Al malah terlihat tak peduli, dia masih asik bekerja dan melakukan apa pun yang membuat dia seolah lupa keberadaan Belle.

"Kenapa?"

Belle berjengit begitu mendengar suara Al yang tiba-tiba berada di depannya. Begitu mendongak, Belle bisa melihat wajah Al yang menatapnya penasaran.

"Kenapa?" Tanya Al, mengulang pertanyaannya begitu menemukan wajah tak bersahabat Belle.

Wanita itu sering kali menatap Al marah, lalu beberapa menit kemudian akan mendesah panjang yang terdengar sangat berlebihan di telinganya.

"Mau sampai kapan aku akan berada di sini?" Tanya Belle dengan tatapan sebal yang begitu ketara. Tidak tahan untuk tidak menanyakan segala sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Hei, dia sudah hampir tiga hari dikurung oleh Al di kamar itu. Dengan pria itu yang sibuk sendiri tanpa mempedulikan Belle nyaman atau tidak.

Belle diijinkan keluar kamar hanya ketika wanita itu akan makan, mengambil cemilan atau ke ruangan Al yang berada tepat di samping kamar yang saat ini Belle tempati. Sisanya, Belle hanya akan menghabiskan waktu di dalam kamar.

Membaca buku, menonton, berbelanja lewat ponsel. Atau mengemil dengan semua gerutuan-gerutuan penuh kekesalannya. Setelah dia merasa bosan atau lelah, dia akan tertidur. Dan begitu terbangun, dia akan mendapati dirinya berada dalam pelukan Al yang sudah bergabung dengannya di atas ranjang. Dengan posisi pria itu yang memeluk tubuhnya sangat erat.

Sialan! Jika mengingat itu semua, Belle benar-benar terlihat begitu bodoh. Bagaimana mungkin siang hari dia akan menyumpah-serapahi Al, lalu malam harinya dia akan pasrah saja di peluk?

"Kenapa?"

Lamunan Belle buyar, kesadarannya kembali seiring Al yang mengambil tempat duduk di sampingnya.

"Kenapa?" Ulang Belle sinis. "Tentu saja aku bosan, Al. Apa kamu kira aku tidak bosan sepanjang hari hanya berdiam diri di sini? Di kamar kecil ini?"

Al manggut-manggut, seakan percaya dengan apa yang Belle katakan. Namun, yang menjadi kekesalan Belle adalah pria itu hanya mengangguk tanpa melakukan apa pun. Bukankah itu terlihat mengejek-ejeknya? Sialan, Al. Sialan, sialan, sialan!

Kawin Gantung(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang