Delapan

14K 942 7
                                    

Belleza

*•••*

Belle menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan perasaan campur aduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Belle menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan perasaan campur aduk. Antara marah, kesal, benci juga miris.

Selama lima tahun dia menemani pria itu, berlagak layaknya seorang istri yang baik hati di depan semua orang. Mati-matian menekan rasa sakit, malu juga semua iri dalam hatinya. Dan semua itu, semua yang dia lakukan hanya dianggap sebagai seorang wanita penghibur. Wanita yang bahkan tidak ada harganya di mata Al.

Memikirkan semua itu, bayangan di mana kegiatan mereka semalam berputar. Pun bersamaan dengan kata-kata pria itu di ruang kerjanya yang seolah mengejeknya.

Mengolok-oloknya dirinya jika dia tidak lebih berharga dari apa pun. Yang bisa saja pria itu ganti kapan pun dia mau.

Dia layaknya sampah yang bisa kapan pun di buang jika sudah tidak di butuhkan.

Belle memejamkan matanya erat. Dia lelah berada di posisi ini. Dia ingin berbalik dan pergi.

Tapi mengingat bagaimana kondisi papanya saat ini, di tambah adiknya yang sedang kuliah. Dia hanya bisa tergugu.

Apa yang akan terjadi jika Belle pergi? Meninggalkan Al dan keluar dari kehidupan pria itu? Hancur kah? Berantakan kah? Atau dia akan bahagia? Menemukan pria yang bisa menghujaninya cinta dan kebahagiaan tanpa perlu berpura-pura? Tapi jika mengingat papanya lagi.

Belle hanya bisa menggeleng lemah. Papanya pasti akan semakin parah kondisinya jika tahu hubungan yang sudah terjalin lima tahun berantakan begitu saja. Atau lebih parahnya papanya akan pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Tidak. Belle tidak siap jika papanya harus pergi meninggalkannya. Karna hanya papanya lah alasan Belle tetap bertahan hingga detik ini. Tetap menekan semua rasa sakitnya dan bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja.

Menekuk kakinya. Belle hanya bisa memeluk lututnya setelah di rasa dia tak lagi mampu berdiri. Menenggelamkan wajahnya di sela-sela lututnya. Membiarkan matanya basah lantaran perasaannya yang mulai lelah.

Dia butuh istirahat. Dia butuh pegangan juga kekuatan. Bertahan di rumah ini, bahkan jauh menyakitkan di bandingkan dia harus menghabiskan sisa hidupannya di jalanan. Lebih menyedihkan di bandingkan dia harus menjajakan tubuhnya layaknya wanita malam.

*•••*

Sudah tiga hari semenjak kejadian itu berlalu. Belle tidak lagi pernah mendapati Al di rumah besar mertuanya.

Pria itu seakan hilang ditelan bumi seiring dengan perasaan Belle yang mulai berangsur-angsur lebih baik. Berusaha melupakan semua kata-kata pria itu dan memilih tinggal.

Bukankah dia hanya perlu menemani adik iparnya? Menjadi teman sekaligus orang terdekatnya. Sisanya, Belle bisa mendapatkan apa pun dari Al seperti yang pria itu janjikan. Termaksud uang, kebebasan juga semua yang dia butuhkan.

Kawin Gantung(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang