Hal pertama yang Belle temukan begitu membuka mata adalah langit-langit kamar yang tak asing di depannya. Langit-langit kamar yang semalam mengurungnya dengan Al, suaminya. Kamar yang tidak dia ketahui keberadaannya sebelum Al membawanya ke sana. Karna selama mereka menikah, dia tidak tahu keberadaan kamar itu yang mungkin saja Al tidak pernah mengijinkan siapa pun masuk ke sana kecuali dirinya sendiri.
Mengedarkan pandangannya ke sekeliling, Belle beranjak bangun sebelum rasa remuk di tubuhnya membuat dia meringis pelan. Rasa-rasanya, tubuhnya sangat kaku juga sakit semua.
Semua itu pasti karna kegiatannya semalam, di mana dia dan Al menghabiskan waktu yang tidak sebentar untuk bercinta. Bercinta? Haruskah dia sebut itu bercinta mengingat bagaimana hubungan mereka saat ini? Tidak. Sepertinya itu bukan bercinta, melainkan seks. Bukankah Al melakukannya hanya untuk menghangatkan ranjang pria itu? Dan, Belle tidak berbohong jika dia pun menikmati semuanya. Jadi anggap saja mereka melakukannya hanya untuk kepentingan satu sama lain dan bersenang-senang.
Menghela nafas berat, Belle pun beranjak turun dari atas ranjang. Melangkah sedikit malas-malasan ke arah pintu kamar, tapi belum kakinya mendekati pintu kamar, pintu kamar sudah terbuka dari luar. Al muncul dari sana dengan pakaian yang terlihat sudah rapi. Hei, memangnya kapan pria itu tidak rapi? Sini Belle dalam hati.
"Kamu sudah bangun?" Sapa Al untuk pertama kalinya. Belle hanya mengangguk, terlalu malas hanya untuk membuka mulut. Kakinya pun terus melangkah ke arah pintu sampai Al menahan sikunya. Begitu pria itu berdiri di sampingnya.
"Mau ke mana?"
"Ke kamar."
Pegangan Al di siku Belle kian mengerat, membuat Belle pun menoleh cepat.
"Ini kamar kita mulai sekarang!"
Belle mendengus, menarik sikunya dari genggaman tangan Al. Tapi Al kembali menarik mendekat, sampai tubuh Belle menabrak dada bidang pria itu.
"Aku sudah meminta pelayan untuk memindahkan barang-barang mu ke sini, Belle. Selama kamar utama belum selesai di renovasi, kita akan tidur di sini." Ucap Al membuat Belle menatapnya tak percaya.
"Kenapa? Bukankah kamu--"
"Aku belum mengatakan setuju untuk tawaran mu, Al? Bagaimana mungkin kamu bisa melakukan semua ini?!" Jerit Belle kehilangan kendali. Hei, siapa yang tidak akan kehilangan kendali jika dia mendapatkan perlakuan sesuka hati dari pria seperti di depannya ini? Yang terus melakukan apa pun sesuka hatinya tanpa peduli dengan perasaan orang di sekelilingnya. Dan harus diingat, Belle sangat benci jika ruang geraknya terus dibatasi.
"Kenapa? Kamu tidak suka dengan keputusan ku?"
Belle tak membalas, dia hanya menarik lengannya kasar hingga pegangan Al di sikunya terlepas. Tangannya bergerak memijid pelipisnya kuat-kuat, lagi-lagi rasa pusing menyerang kepalanya. Ya tuhan, bagaimana mungkin dia bisa berurusan dengan pria seperti Al ini, sih?
"Be?"
"Aku sama sekali tidak mengerti dengan rencana mu, Al? Kau membuang ku layaknya tak berguna kemarin, dan sekarang, kamu tiba-tiba datang dan mengatakan semua ini? Apa kamu kira aku punya alasan harus suka?"
"Membuang mu? Aku tidak membuang mu! Siapa yang---"
"Oke, apa kau kira dengan mengatakan jangan mendekatiku atau ikut campur urusan ku itu bukan membuang ku?" Sela Belle cepat. Tidak memberikan kesempatan Al untuk meneruskan kata-katanya.
"Kau meminta ku untuk tidak perlu melakukan semuanya lagi, dan mengurus Olivia. Apa kau kira itu tidak membuang ku? Kau melukai harga diri ku tahu." Sungut Belle kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Gantung(SELESAI)
RomanceHarap pintar dalam memilih bacaan!! Untuk yang tidak suka sesuatu yang bikin hati ngilu, jauh-jauh!! ***** Belleza kira--dia adalah satu-satunya wanita yang berdiri di samping suaminya--Al selama lima tahun terakhir ini. Menjadi istri sekaligus wani...