Dua puluh lima

13.8K 827 26
                                    

Tidur lelap Belle terusik begitu mendengar suara-suara gaduh dari luar. Membuka matanya yang masih terasa berat, Belle berusaha bangun meski dengan sisa-sisa kesadaran yang belum sepenuhnya pulih lantaran terlalu lama tidur.

Melirik ke arah jendela, Belle mendesah begitu sadar jika mungkin saja dia sudah tertidur cukup lama. Pantas saja dia terbangun sendiri tanpa ada Al di sampingnya. Matahari bahkan sudah berubah warna. Pria itu pasti sudah pergi ke kantor seperti ucapan pria itu sebelumnya.

Beranjak turun dari ranjang, Belle melangkah keluar kamar ketika mendengar kegaduhan di luar kian terdengar keras.

"Lebih baik kau pergi dari ini sebelum aku memanggil pihak keamanan! Ini bukan tempat mu, sialan!"

Itu suara Olivia, jelas Belle hapal itu. Tapi dia berteriak dengan siapa? Kenapa suaranya begitu keras penuh amarah?

"Aku akan tinggal di sini mulai sekarang. Dan kau tidak berhak mengusir ku!"

"Oh tentu saja aku berhak mengusir mu. Ini rumah ku."

"Ck, aku ke sini ingin bertemu Al. Katakan, di mana dia?"

Olivia memutar bola matanya jengah. "Aku tidak tahu di mana kakak ku." Jawabnya.

"Bohong. Aku tahu pasti kau berbohong kan?"

Olivia mengedikkan bahunya. "Terserah kau percaya atau tidak. Tapi aku benar-benar tidak tahu di mana keberadaan kakak ku. Kenapa tidak kau datangi saja kantornya."

"Kalau begitu aku akan menunggu di sini." Sahut Tiffany santai.

"Jangan gila, Tiff, jangan membuat masalah yang bisa membuat mu dalam masalah."

"Kenapa? Kau tidak senang dengan keberadaan ku?"

Olivia mendesis. Menatap tak suka pada Tiffany yang melenggang masuk ke dalam rumahnya. Duduk santai di sofa panjang yang berada di ruang tengah, sama sekali tidak terganggu dengan wajah tak bersahabat yang dia tunjukkan padanya.

Padahal jelas-jelas Olivia tidak suka keberadaannya, tapi dia seakan tak peduli.

"Cih, Sejak kapan aku harus senang dengan keberadaan mu? Aku kira kau cukup tahu diri soal itu."

Tiffany terkekeh, mengangguk dengan wajah santai. Sama sekali tidak terpengaruh dengan wajah tak bersahabat Olivia.

Mengambil tempat duduk di sofa ruang tengah, Tiffany menatap Olivia lebih seksama. "Duduk lah, Liv. Aku kira kita butuh mengobrol. Sudah lama kan kita tidak mengobrol? Bagaimana kabar mu sekarang?"

Olivia mendesis. "Setelah apa yang terjadi, kau masih bersikap seolah-olah tidak terjadi apa pun? Apa kau benar-benar sudah tidak memiliki urat malu?"

Wajah santai Tiffany surut, tergantikan dengan wajah malas.

"Ah, aku jadi penasaran dengan apa yang kakak ku janjikan padamu? Hingga kau mau datang jauh-jauh ke sini menemuinya."

"Al tidak menjanjikan apa pun."

"Oh, apa itu artinya dia mulai sadar. Dan bersiap untuk meninggalkan mu?"

Tiffany mendelik tidak suka.

"Kenapa? Aku benar?" Ada senyum keluasan membingkai wajah Olivia. Terutama ketika menemukan tatapan tajam Tiffany.

"Aku kira tebakan ku benar ya?"

"Al sangat mencintai ku! Jelas kita tahu itu, Liv."

Olivia mengangguk dengan wajah malas. Semua itu dia lakukan karena sudah terlalu jengah dengan wanita di depannya ini. Wanita yang selalu berhasil menarik perhatian kakaknya hingga pria itu selalu bersikap bodoh.

Kawin Gantung(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang