Sepuluh

15.5K 918 22
                                    

"Minum?"

Belle hanya diam begitu Al menawarkan minuman di depannya. Kini mereka sudah berada di sebuah kantin. Dengan pria yang berstatus suaminya itu duduk di depannya. Tepat di depannya dengan tatapan mata khas miliknya. Tenang, dingin, juga datar tapi terasa menenggelamkan untuk Belle.

Tidak ada suara yang keluar dari bibir Belle. Bahkan semenjak mereka menginjakkan kaki di sana. Belle belum membuka suara. Dia hanya diam dengan pandangan gelisah.

Tadi ... Setelah Al datang ke ruangannya. Yang dia tahu karena ulah kakaknya, Belle benar-benar bingung harus bersikap bagaimana.

Terutama dengan keadaan mereka saat ini. Yang mana mereka bahkan belum bertegur sapa setelah kejadian itu. Dan sekarang mereka harus dipertemukan dengan situasi seperti sekarang.

Apa yang harus Belle lakukan kalau tidak bersikap canggung?

"Kamu terlihat berantakan, Belle." Seru Al lagi. Membuat Belle mau tidak mau mendongak ke arahnya.

Belle hanya mengangguk sekenanya. Masih enggan membuka suara. Entahlah, dia sendiri tidak mengerti. Hanya saja--dia merasa tidak ingin berlama-lama dengan pria ini. Dia ingin bersama papanya saat ini. Dia takut ketika dia pergi, maka papanya akan pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Tapi melihat dia yang sudah datang jauh-jauh ke rumah sakit. Dengan jadwal waktu yang bahkan sangat padat, Belle tidak bisa tidak menghargainya.

Setidaknya duduk sebentar--sebagai basa-basi tidak lah buruk, mungkin.

"Terima kasih sudah berkunjung. Tapi--" Belle mendesah berat.

"Aku pikir kamu tidak perlu melakukan ini, Al."

Kening Al berkerut samar. Antara heran juga bingung dengan respon Belle. Tumben sekali dia nampak tidak senang dengan kunjungan Al. Padahal keluarga wanita itu bahkan terlihat bersorak senang layaknya mereka memenangkan lotre.

"Saya melakukan itu karena permintaan kakak kamu, Belle."

"Ya, tapi seharusnya kamu bisa menolak itu. Dia .."

"Saya tidak mau dalam masalah, di cap suami tak berkompeten karena tidak datang berkunjung di saat mertua saya m--sakit."

Al nyaris mengatakan kritis, kalau saja tatapan Belle yang mengarah padanya terasa berbeda dari biasanya, dan semua itu terasa mengusiknya.

"Ah ya, aku lupa jika kamu adalah sosok sempurna di mata umum." Sindir Belle. Membuat lipatan di kening Al bertambah.

Ada yang berbeda dari Belle, cara berbicara wanita itu. Tatapannya, juga respon tubuhnya.

Al-seperti berbicara dengan wanita lain. Wanita yang ... Lebih berani, mungkin.

"Kamu terlihat tidak senang dengan kedatangan saya?"

Belle tidak merespon, dia hanya meraih minuman di atas meja dan mulai menegaknya. Semua itu tidak luput dari perhatian Al.

"Kamu sudah mengunjungi kami, sekarang kamu tidak ingin pergi?"

"Kamu mengusir saya Belle?"

"Ya."

Al mendengus. Memalingkan wajah ke arah lain. Al penasaran, sebenarnya ada apa dengan wanita di depannya? Kenapa berbeda?

Cukup lama Belle dan Al membiarkan suasana di antara mereka dalam keadaan hening. Mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing.

Sampai sesuatu terlintas di pikiran Belle, membuat dia menatap Al lebih serius dari biasanya.

"Apa?" Tanya Al begitu menemukan tatapan intens Belle.

"Kamu pasti memiliki kenalan dokter hebat kan?"

Kawin Gantung(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang