[15] °• Ketakutan Dhika •°

415 59 2
                                    

Instagram : aksaralatte

🌧️

Musim penghujan memang telah tiba. Memayungi bumi dengan kelabu yang mampu mendamaikan pecintanya. Perayaan itu kian ramai, dimana dedaunan hijau bersorak akan air yang membantunya segar. Bunga-bunga pun hadir, menjadikan rerumputan liar tak terlihat membosankan. Banyak warna disepanjang jalan. Tak jarang, harum tanah basah dan serbuk bunga beradu, menuntun senyum si pecandu atas rasa syukur.

Rasa yang memang tak mampu diselami oleh semua orang. Perlu hati terlatih untuk menjadikan diri bahagia dengan berlandaskan syukur. Dan Kei rasa, dia pun patut bersyukur sebab rapat Osis hari ini berlangsung dengan lancar. Sehingga anggota-anggota Osis tidak ada yang pulang terlambat. Karena terkadang, jika rapat terdapat kendala, mereka bisa sampai rumah menjelang maghrib.

Lalu untuk hari ini, kegiatan selesai jam empat sore. Awalnya mereka bertiga memang akan menyelesaikan busana plastik. Tapi, berhubung Hema si anak tengil sudah pulang lebih awal, jadi Kei memutuskan untuk menyelesaikan besok saja.

Kei dan Rama kini tengah berjalan beriringan. Mereka memang tidak menaiki bus, pasalnya di jam-jam seperti ini memang sulit untuk mendapatkan transportasi umum.

Sesekali keduanya memang bercengkrama. Bertukar cerita atau juga menyampaikan pendapat masing-masing.

"Ram, kamu yakin kalo busana yang kita buat bisa menang?" tiba-tiba Keiyona bertanya hal itu.

Rama yang awalnya tengah menghadap ke belakang— mengintip mentari sore yang menyorotkan sinar hangat ke punggungnya. Mendung tapi matahari masih berusaha untuk mengintip dari balik awannya.

"Yakin," jawab Rama.

Keiyona menatap Rama sejenak sebelum dirinya mengangguk-anggukan kepala.

"Kenapa, kamu nggak yakin?" tanya Rama.

"Hah? Em, itu... entahlah, kemarin aku liat punya kelas-kelas lain busananya cakep-cakep banget. Yang jadi model juga ganteng sama cantik." Keiyona berucap sejujurnya. Sebab, belakangan ini Keiyona memang merasa tidak pantas untuk menjadi model perlombaan besok. Keiyona insecure.

"Jadi, masalahnya di busana atau modelnya?" tanya Rama yang reflek membuat Keiyona cengo.

"Dua-duanya."

Rama mengangguk-anggukan kepala. "Busana kelas kita nggak kalah keren kok. Modelnya juga cantik."

Reflek, Keiyona menghentikan langkahnya. Sesuatu seakan menahan langkah kaki Kei dan membuatnya mematung bersama desiran di dalam diri. Rama tadi berucap apa?

Rama yang sempat mengambil tiga langkah mendahului Kei, akhirnya mulai tersadar bahwa gadis itu berhenti melangkah. Dengan begitu saja, Rama melihat ke belakang.

"Kei, ada apa?" tanya Rama.

"H-hah?"

"Kenapa berhenti?" Rama menghampiri Keiyona.

Keiyona menggeleng canggung. "Enggak, anu itu..."

"HUARGHHHHHH EMAKK TOLONGGG!"

Teriakan yang begitu lantang sontak membuat Rama dan Keiyona terkejut.

"Makkkk!"

"TOLONGGG!"

Rama dan Keiyona melihat ke belakang. Mentari yang sorotnya menyilaukan mata sedikit membuat Rama dan Kei kesulitan melihat. Hingga lambat laun bias cahaya itu mulai menampakkan bayang manusia. Ini mungkin sedikit mirip dengan seorang penyanyi di atas panggung yang perlahan mulai terlihat dari balik sorot cahaya menyilaukan.

Elegi & Tawa [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang