[21] °• Untuk Hati Yang Lain •°

592 73 22
                                    

Banyak sekali rasa yang mampu meresap pada dinding hati. Perasaan yang konon sudah kodratnya manusia—merasakan kecewa, takut, sedih, senang, bahagia dan cinta. Hema menyadari bahwa semua yang ia rasakan selalu berkolerasi pada peristiwa yang terjadi di hidupnya.

Sesederhana hujan yang mengguyur tanah gersang, sesederhana melihat Kenzo tersenyum riang di lapangan ketika layangannya berhasil terbang, sesederhana menemukan satu batang lilin di tengah malam ketika terjadi pemadaman listrik. Atau mungkin... sesederhana menatap punggung gadis yang entah bagaimana pastinya, Hema mulai menyukai punggung tersebut.

Bunyi bising dari pakaian yang ia kenakan ternyata masih gagal menepikan bising di dalam dada Hema. Begitu bola matanya disuguhkan pemandangan paling sempurna, Keiyona dengan gaun buatan yang telah mereka rancang jauh-jauh hari.

"Kedip, Ma, kedip! Keiyona pake baju dari kresek aja kagak kedip-kedip apalagi pake gaun pengantin!" celetuk Ridho seusai merauk wajah Hema dengan sekali usapan.

Hema mendengus sebal.

"Tapi Keiyona pake baju kek rongsokan aja tetep keliatan anggun, lo pake rongsokan malah makin keliatan gembel." Reyhan berucap tanpa ragu, sesekali ia mengambil satu persatu kacang bawang digenggaman Jojo.

"Kampret! Ngaca nyet! Lo pake baju bener aja tetep keliatan gembel!" balas Hema.

Reflek Reyhan melempar kacang ke kening Hema. "Sensi banget lu!"

"Iya kan didikan lo!"

"Gue nggak pernah ngedidik anak yang kelakuannya kek setan ya?!" sarkas Reyhan.

"Dih nggak sadar kelakuannya sendiri kek setan!"

Jojo memutar bola mata malas. "Lapangan aja lo berdua, gelud mulu heran gue!"

"Males bener ngeladenin saos rentengan! Tempeleng dikit entar sobek, JHA HUA HUA! Mending nyamperin Keiyona, lo lo pada jangan lupa nonton gue pesyen sow!" setelah mengatakan itu, Hema berlalu. Tak lupa tangannya ia sempatkan untuk menggeplak kepala Reyhan.

"Asu!" desis Reyhan.

Lalu mereka bertiga menatap interaksi Hema dan Keiyona dari kejauhan, seperti biasa Hema tampak mengusili Keiyona. Terlihat dari raut wajah kesal Keiyona. "Hema udah sadar belum si kalo dia selama ini naksir Keiyona?" tanya Ridho.

"Udah sadar kayaknya si," jawab Jojo.

"Udah, cuma sekarang lagi sadar diri aja dianya." Reyhan berucap sedikit ketus.

"Hahahaaaa! Emang harus sadar diri si saingannya dia bocah-bocah jenius. Lah Hema modal Srintil sama peliharaan tuyul di rumah bisa apa?" ledek Ridho.

"Ada lagi kan, itu bensin-bensin di rumah yang baru aja dibikinin tasyakuran!" celetuk Jojo.

"Lah iyaa bener. Paling bener sadar diri aja itu anak."

Lalu ketiganya tergelak sangat keras. Sampai-sampai Hema menatap sengit dari kejauhan. "Kuping gue panas bener!"

***

Dalam perjalanan pulang, kehangatan menyelimuti hati Hema. Otot-otot wajahnya seakan tak akan terasa kebas sekalipun sudah tertarik cukup lebar. Bayangan beberapa jam lalu kian mengisi penuh memori di dalam kepala.

Keiyona menggandeng tangannya saat lomba fashion show.

Astaga, ini bukanlah hal yang patut sekali ia jadikan alasan untuk tersenyum di sepanjang jalan. Tapi, plak! Hema menampar wajahnya sendiri, tapi yang ia temui justru senyumannya yang jauh lebih lebar. Ini gila! Hema gila!

Plak!

Tamparan kali ini nyatanya mampu membuat Hema meringis kesakitan. Diberhentikannya si Srintil untuk kemudian ia menatap sengit bocah tengil di boncengan belakang. "Kenzo ngapain nampar abang?!"

Elegi & Tawa [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang