[16] °• Srintil dan Kenzo •°

396 67 2
                                    

Instagram : aksaralatte

🌧️

Bumi memilih dingin untuk mendekap jiwa yang dilanda pilu. Alih-alih memberi kehangatan pada birunya luka, semesta justru menjadikan biru luka semakin membiru, semakin tak berdaya dan semakin terasa hidup tanpa nyawa.

Rama berjalan. Tentu saja setelan seragamnya sudah melekat lengkap di tubuhnya. Ia memilih untuk berhenti di halte bus. Hanya berhenti, tidak ada niatan untuk menaiki bus yang baru saja berhenti di sana. Dia berdiri dengan tatapan yang masih sama, datar dan ekspresi yang tidak terbaca.

Sekelebat kalimat Hema menyapa isi kepalanya.

"Lo nggak bosen hidup jadi anak yang dikendalikan terus? Lo nggak iri sama orang-orang yang tau caranya menikmati hidup?"

Begitu kalimat tersebut berputar-putar dibawah alam sadarnya, Rama lantas tersenyum tipis. Ia menunduk, melihat biru di pergelangan tangannya. Rama mengusap perlahan, beberapa lebam pada lengan yang cukup besar. Lebam itu tak sempat menghilang, sebab kala lukanya memudar, mereka akan hadir lagi. Menghiasi tangan Rama.

"Gimana si caranya menikmati hidup dengan baik?" gumam Rama.

Setelah mengatakan itu pada keheningan, Rama memakai jas osis nya. Jas osis berlengan panjang. Jas yang selalu membuat Rama di cap sebagai siswa teladan dan berjiwa osis kental. Rama tersenyum kecut. Bahkan bukan ini yang Rama inginkan. Rama memakainya hanya agar dia bisa hidup tanpa mendapatkan banyak pertanyaan. Rama ingin tenang. Sebab itu dia rajin sekali memakai jas tersebut.

Seusai memakai jasnya dengan rapi, Rama pun menaiki bus yang berhenti di depannya. Dan ketika ia mulai melangkah ke badan bus, bola mata Rama terkunci pada presensi gadis yang tengah menahan kantuk mati-matian. Dia Keiyona. Duduk di kursi barisan ke empat.

Rama awalnya hendak duduk di kursi paling belakang. Namun begitu ia melihat Keiyona yang mati-matian mempertahankan keseimbangan akibat kantuk yang melanda, Rama pun mengurungkan niatnya dan duduk di samping Keiyona. Hingga ketika Rama baru saja mendudukan diri, tangan Rama terulur guna mengarahkan kepala Keiyona ke pundaknya.

Rama tersenyum kecil. Sepertinya gadis itu mengantuk berat, sampai-sampai tidak sadar bahwa ada Rama di sampingnya. Bahkan dia tidak terkejut ketika Rama memegang kepala Keiyona dan mengarahkannya pada bahu Rama agar ia bisa tidur dengan cukup nyaman.

"Masih pagi banget ini loh, Kei. Kamu udah tidur aja," gumam Rama seraya menggeleng-gelengkan kepala.

Setelah mengatakan itu, Rama meletakan tangannya ke puncak kepala Kei. Ia menahan kepala Kei agar tetap nyaman pada posisinya. Sebab Rama tau, beberapa detik setelah ini, bus akan melewati jalanan yang berlubang. Rama hafal betul tiap rute jalan yang selalu mengantarkannya menuju sekolah.

Dan benar saja. Jalanan berlubang itu membuat penumpang bus sedikit kewalahan. Bahkan ada siswa laki-laki yang duduk di bagian belakang langsung terjatuh, nyungsep sampai ke samping Rama.

Jalanan di sekitar sini memang benar-benar rusak. Entah kapan akan diperbaiki.

Setelah beberapa saat bus terguncang oleh jalanan rusak dan penuh lubang. Akhirnya bus berhasil mengantarkan mereka ke gerbang sekolah dengan selamat. Enggan berlama-lama, Rama pun langsung menatap Kei. Ketika ia hendak membangunkan gadis itu, Rama justru terkesima untuk sesaat. Kenapa melihat wajah Keiyona justru membuat Rama gemas dan tidak tega untuk membangunkannya?

Aih, tapi bagaimana pun Rama harus tetap membangunkan Keiyona.

"Kei, bangun kita udah sampai sekolah," ucap Rama yang langsung disambut hangat oleh telinga Kei. Sebab gadis itu langsung mencoba menyesuaikan netranya dengan cahaya yang menyambar. Sesekali menguap sebelum akhirnya ia terkejut hebat kala mengetahui Rama duduk disampingnya.

Elegi & Tawa [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang