Instagram : aksaralatte
🌧️
Embun tak terlalu menjerat. Sisa hujan pun ditepis habis oleh sinar mentari pagi. Walau desiran dingin masih kental sekali. Tapi dinginnya belum mampu membekukan semangat para siswa-siswi yang akan melaksanakan lomba. Hari ini, stand bazar masih terus dijalankan, tentu dengan tambahan-tambahan lomba baru. Final lomba sepak bola daster, estafet biskuit dan juga lomba tarik tambang. Dan untuk lomba kostum baru akan dilaksanakan besok sebagai penutup.
Setiap anak sudah mendapatkan bagiannya masing-masing, mengingat kelas sudah merundingkan dari jauh-jauh hari.
Kelas-kelas sudah sunyi, sebab ramainya ditarik kuat oleh rerumputan hijau yang membentang luas di halaman sekolah. Sorak-sorak penuh semangat kian menghidupkan pagi, bahkan deru kendaraan pada kemacetan jalanan tidak bisa membisukan keadaan sekolah. Tapi pada tiap sorakan yang melenyapkan bisu, ada kebisuan yang Keiyona pertahankan. Bisu, sebab ia biarkan kepalanya sendiri yang ramai. Pikirannya ramai karena Hema. Akhir-akhir ini, Hema betulan lebih aneh. Ya, Keiyona akui dia sering bercanda, tapi bercandaan Hema kemarin-kemarin cukup membuat Keiyona gusar.
Keiyona kini berada di dalam kelas. Dengan ditemani Teta dan Rain, dia sedang mengurus administrasi konsumsi untuk hari ini. Keiyona menamai satu persatu kotak konsumsi yang berisi makanan ringan itu. Dimana Teta dan Rain menghitung jumlah kotak dan mencatatnya untuk menghitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan.
"Ini kok lebih satu, Kei?" Teta bangkit dan menjulurkannya pada Keiyona.
"Ooh, ini aku sengaja lebihin satu, udah aku bayar pake uangku sendiri kok. Kemarin aku masukin ke amplop khusus transaksi konsumsi," Keiyona meletakan kotak konsumsi tadi ke barisan yang hendak di namai.
"Buat kamu?" tanya Rain.
Keiyona diam sejenak seraya menatap kotak tersebut. "Emm... iya. Laper, jadi aku lebihin," jawabnya seraya tertawa sumbang.
Rain dan Teta lantas tertawa seraya menggeleng. "Tumbenan banget kamu makannya banyak," celetuk Teta.
"Iya, mungkin karena energinya kebuang banyak akhir-akhir ini," jawab Keiyona sekenanya. Lalu hening menjadi jawaban bahwa keheranan Rain dan Teta telah tuntas. Tak perlu ada topik untuk menyambung pembahasan lapar milik Keiyona.
"Kei, aku sama Teta ke kantin ya? Kita mau bayar ke Bu Leni, ini udah aku cek dan total semuanya." ijin Rain dengan sesekali membolak-balikan catatan digenggaman, mungkin mencoba mencari cela dari catatan yang ia buat, mumpung masih ditempat jadi nantinya ia bisa membetulkannya. Namun pada langkah tegasnya, Rain tau bahwa kesalahan itu tidak ditemukan di catatan yang ia buat.
Keiyona mengangguk. Tanpa mengulur waktu, Rain dan Teta berderap melangkah keluar. Menyisakan Keiyona dengan keterdiamannya. Bola mata Keiyona menatap kosong dua kotak konsumsi yang belum ia beri nama. Lalu di dalam sebuah detik yang membentang diantara angin dan bising, Keiyona menatap jendela kelas yang terbuka. Angin sukses menjatuhkan teriakan-teriakan bising yang telah dipungut dari lapangan, membiarkan kelas yang senyap turut memantulkan sorakan ramai.
"GOLLLLL!"
"YEYYY! GOLLLL!"
"LOH... LOH"
PRIIIITTTTT!!!
"WOI HEMA KUNYUK, LO MALAH BUNUH DIRI JANDJOK!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi & Tawa [Selesai]✓
JugendliteraturElegi dan Tawa. Sebuah cerita klasik. Penuh kesederhanaan dengan warna berbeda-beda yang dibawa oleh setiap karakternya. Berlatar waktu beberapa tahun lalu kontan semakin membuat cerita ini menarik di setiap chapternya. Tiga anak yang memiliki kara...