(i) • SPESIAL PART • Elegi & Tawa

154 22 0
                                    

"Jo, tolong buat gue sebagai orang yang jahat. Buat gue jadi orang yang nggak layak untuk dia tunggu."

Sisa hujan hari itu ternyata mengurung Jojo ke dalam labirin hitam. Di antara gema air yang mengalir, Jojo menatap segalanya sayu. Mungkin daun-daun kemuning yang berserakan sama halnya dengan kenangan tiga tahun lalu. Dimana untuk pertama kalinya ia menyaksikan sahabatnya tidak berdaya. Dengan tatapan putus asa, Jojo berani bertaruh bahwa saat itu Hema masih menggenggam sedikit harapan. Harapan untuk tetap hidup.

Tapi, Tuhan berkehendak lain.

Tiga tahun lalu...

Jam sudah menunjukan pukul 22.36 WIB, ketika Hema mengetuk pintu rumah Jojo. Tentu saja Jojo terkejut dengan kedatangan Hema, setelah lama tidak berjumpa akhirnya sahabatnya itu kembali. Tapi penampilannya malam itu benar-benar tidak sesuai harapan Jojo. Dimana seluruh tubuhnya basah kuyup, wajahnya pucat menahan dingin— terlihat dari bibirnya yang gemetaran, serta telapak tangan yang keriput dan pucat.

Namun bagaimana pun, Hema tetap lah Hema. Alih-alih berpelukan atau menanyakan kabar satu sama lainnya, yang Hema katakan pertama kali adalah, "numpang ngecharger dong, hp gue lowbat ini, nggak bisa ngabarin siapa-siapa."

Ketika itu Jojo sungguh ingin menendang Hema sampai kembali ke Singapore. Tapi ketika dia menatap wajah lelah Hema, terutama saat anak itu sudah terkapar di sofa panjang rumahnya, minat Jojo untuk mendzolimi Hema seketika raib. Yang ada hanyalah perasaan rindu juga... kasian?

Ya, dia mulai menceritakan kejadian-kejadian yang baru saja di alami.

"Lo tau, Jo. Gue jalan kaki dari bandara, nggak ada kendaraan yang mau bawa gue. Niatnya gue mau pesen ojek online, tapi hp gue mati total dan gue nggak bawa powerbank. Untung tadi ada kang ojek di pangkalan, ya meskipun gue diturunin dadakan katanya dia harus pulang nganterin anaknya yang sakit. Sebenernya gue bisa aja pinjem hp kang ojek bentar buat ngehubungi lo atau yang lainnya, tapi gue nggak hafal kontak-kontak lo pada, hehe. Jadi, setelah itu gue terpaksa jalan kaki lagi, kendaraan-kendaraan pun nggak ada yang mau berhenti ngasih gue tumpangan. Emang, muka gue keliatan kayak orang punya riwayat kriminal, ya, Jo?" ujarnya heran.

"Enggak padahal,"

"Kan!"

"Jauh lah, muka lo lebih mirip orang dongo soalnya."

"Oasu!" Hema langsung melempar wajah Jojo dengan kaos kaki yang baru saja ia lepas.

"Jorok banget lo!"

"Lah? Gue kira tadi tong sampah."

Dengan begitu saja, hasrat Jojo kembali menggebu untuk mendzolimi Hema. Dia langsung melempar tubuhnya sendiri ke badan Hema yang sedang setengah tertidur di sofa. Membekap wajah Hema dan keduanya pun mulai bergulat. Persis seperti orang bodoh. Saling mengigit lalu berteriak kesakitan setelahnya.

"Woeee udahannn woeee!"

"Lo juga jangan gigit tangan gue mulu nyet! Di kira ayam goreng?!"

Setelah itu Jojo melepas gigitannya, begitu pun Hema yang sudah tidak menjambak rambut Jojo. Keduanya sudah sama-sama terkapar di atas karpet depan sofa. Menatap langit-langit ruangan yang penuh akan cahaya.

"Emang, tadi lo sampai bandara jam berapa?"

"Jam 9 pagi."

Jojo langsung menatap Hema terkejut, "kok jam segini baru sampe rumah gue? lo ngapain aja bego?" tanyanya, mengingat perjalanan yang dilakukan Hema (dengan drama yang ia lalui) pasti kurang lebihnya 3 jam ia sudah mampu menginjakan kaki di rumah ini.

Elegi & Tawa [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang