Mapel olahraga hanya tersisa 20 menit lagi, namun anak-anak sudah dibubarkan sekitar 5 menit yang lalu. Sedangkan Hema dan deretan manusia-manusia yang gagal dalam game, kini harus berada di lapangan utama guna menjalankan hukuman. Totalnya ada 13 anak yang sedang menjalankan hukuman dari Bu Ratna. Kalo kata Bu Ratna, berhubung dirinya pengampu mapel Olahraga, jadi hukumannya lari lima putaran untuk siswa putri sedangkan untuk siswa putra sejumlah tujuh putaran. Sedangkan Hema, dia diberi hukuman tambahan yaitu membereskan peralatan olahraga seusai menuntaskan hukuman larinya.
Berhubung ada urusan mendesak, Bu Ratna menugaskan Rama— selaku ketua kelas untuk mengawasi ke tiga belas anak tersebut agar tidak ada yang curang dalam menjalankan hukuman. Terutama Hema.
"Dho, Dho! Cupang darat yang tadi, Dho!" heboh Hema begitu bola matanya menangkap sosok kucing yang melintas.
"Kejar, Ma!" Ridho tak kalah heboh. Tapi ada yang aneh dari mata Ridho, dia mengedipkan mata kanannya kepada Hema yang kemudian dibalas oleh Hema dengan menaikturunkan alisnya.
"Nggak usah coba-coba lari ke kantin!" sindir Rama yang ternyata menyaksikan kode-kode di antara mereka.
Hema dan Ridho secara bersamaan menghembuskan nafas panjang. Mereka berdua kembali berlari. Tapi bukan Hema namanya jika tiba-tiba dia kalem dan diam ditengah-tengah aktivitasnya. Karena nyatanya, dia berlari kencang untuk mensejajarkan dirinya bersama Keiyona.
"Kei, Kei! Kenapa kamu bisa kalah? Jurus Pattimura-mu habis kah?" tanya Hema.
Keiyona melirik Hema sekilas. "Diem, Ma. Nggak capek apa? Aku aja baru tiga puteran udah ngos-ngosan! Ini kamu malah pecicilan terus!"
"Lah? Baru puteran ke tiga? Dikit amat, Kei!" ejek Hema.
"Emang kamu udah berapa puteran?" tanya Keiyona, ia penasaran seberapa banyak jumlah putaran Hema, kenapa ia bisa sampai se-angkuh itu.
"Ma, jangan mainan terus! Kamu masih kurang enam putaran!" teriak Rama dari kejauhan.
"Tuh dijawab sama Rama!" santai Hema.
"Baru satu putaran dari tadi?!" kaget Keiyona.
"Iya, kenapa? Nggak boleh?" tanya Hema dengan mimik wajah yang menjengkelkan.
Keiyona mendengus. "Bodoamat! Capek sama kamu!"
"Tinnn tinnnn! Misi, Kang! Misi, Mbak!" Ridho menirukan suara klakson motor, kemudian ia mendahului Hema dan Keiyona.
"Sana sama Ridho, bestfriend-mu!" usir Keiyona yang sudah risih dengan keberadaan Hema.
Hema menggeleng. "Nggak ah, bosen mainnya sama Ridho mulu! Sekali-kali aku mau ngerasain main sama pembantai duit Pattimura."
"Aku yang nggak mau!" jawab Keiyona sadis.
Tidak mengindahkan tolakan Keiyona, Hema justru membuka percakapan lagi. "Eh, Kei, Kei! Gosip yuk!"
"Hema! Dibilangin diem ih! Entar capek-nya dua kali lipat kalo ngomong mulu!" kesal Keiyona.
Lagi-lagi Hema tak menghiraukan ucapan Keiyona. Baginya sekali ngajak gosip ya berarti harus gosip. "Tau nggak, Kei. Si Ridho sekarang lagi bisulan! Di pantat bagian kiri tapi agak nyerong dikit si ke bawah. Bisulnya segede cimol tau, Kei!" Hema membisikan info unfaedah ke telinga Keiyona dengan bangga.
"Rumor-rumornya dia dapet bisulnya si gara-gara dudukin bantal neneknya!"
Lalu entah bagaimana, Keiyona sedikit tertarik dengan topik yang dibawakan Hema. Bukannya apa, tapi cara Hema membisikan kalimat itu terdengar lucu baginya. Apalagi dia sedang membicarakan tentang bisul dari sahabat karibnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi & Tawa [Selesai]✓
Teen FictionElegi dan Tawa. Sebuah cerita klasik. Penuh kesederhanaan dengan warna berbeda-beda yang dibawa oleh setiap karakternya. Berlatar waktu beberapa tahun lalu kontan semakin membuat cerita ini menarik di setiap chapternya. Tiga anak yang memiliki kara...