Instagram : aksaralatte
🌧️
Dulu setelah kepergian Bapak, semua jelas terpuruk. Hema, Abang Dhika dan Bunda. Mereka selayaknya perahu yang terombang-ambing di tengah lautan. Cukup lama mereka semua berada di pusaran badai kegelapan dan tak berdaya untuk berenang ke tepian. Tapi di sisa hujan sore itu, Hema ingat sekali petuah dari Bunda yang tak ubahnya seperti embun pagi. Kata Bunda,
"Setiap orang itu punya indahnya sendiri dalam memandang dunia. Meskipun sebagian dari mereka memilih senyap supaya dalam memaknai tidak ada kekeliruan. Terkadang sebuah makna tidak akan pernah sampai jika di sini... di hatimu belum merasakan sesak dan sakit. Ibarat tetap membaca halaman buku yang sudah kamu ludahi. Karena dari sana kamu mengerti bahwa memaknai sesuatu yang hilang dari hidupmu atau menerima hal yang tidak berjalan sesuai rencana itu tidak pernah menyempitkan jalan pikiran, dia lebih luas dari sabar dan lebih dalam dari ikhlas."
"Jadi bukan terlukalah sampai kamu sembuh, tapi terlukalah agar kamu mengerti alasan kenapa kamu harus mendapatkan itu."
Degup jantung yang seakan berkolerasi dengan suara menyejukkan itu Hema biarkan mengaliri panasnya isi kepala perlahan. Suara yang ia simpan dalam-dalam di kepala dan selalu berembus di setiap deru nafas. Hema tau banyak hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Banyak hal yang tidak bisa ia kendalikan sekalipun ia menginginkannya. Semesta lebih sering bekerja ketimbang rencana yang telah tersusun rapi. Bahkan langkah diambil matang-matang terkadang harus berhenti secara paksa karena keadaan, atau bahkan langkah itu perlu mengambil arah yang berbeda.
Di teras rumahnya seorang diri, Hema masih betah memandangi kepulan asap kopi yang dirundung bisu. Pikirannya berkelana jauh, menebak sedikit demi sedikit potongan puzzle yang ia susun di memori. Bagaimana dan harus seperti apa Hema meminta maaf kepada Keiyona, sebab Keiyona langsung menghilang entah kemana. Bahkan bubble-bubble chat yang ia kirimkan tak kunjung mendapat balasan sekalipun di bawah namanya tertera online. Keiyona sangat marah.
Hema mengacak rambutnya frustasi, ini bukanlah hal yang disengaja. Harusnya Keiyona mengerti itu, kan? Tapi...
Tapi kenapa juga Hema harus sepusing ini? Toh, ini adalah kecelakaan kecil yang seharusnya tak terlalu ia pikirkan akan bagaimana nantinya sikap Keiyona. Karena Hema hanya perlu menemui Keiyona besok untuk meminta maaf, itu pun jika Keiyona sudah mau berbicara dengannya. Kalo tidak, mungkin Hema bisa menunggu amarah Keiyona mereda dulu sebelum ia menemui Keiyona. Iya kan? Hema tidak perlu sepusing ini sampai-sampai ia menyiapkan ruang bisu seorang diri lalu membiarkan kepulan kopi menghilang di telan senja, sebab kopi yang panas telah mendingin bersamaan dengan malam yang mulai melambaikan rona keabuan.
Dengan begitu saja, Hema terkekeh seorang diri. "Lo nggak beneran suka sama Keiyona kan?" monolog Hema.
"Jangan, Ma. Saingan lo bocah bener semua." Hema menjawabnya sendiri.
Angin membaur begitu Hema memutuskan untuk meraih secangkir kopi, menelan sedikit demi sedikit dingin dari air keruh di cekungan. Lantas pada ampas-ampas kopi yang tak sengaja tertelan, sudut-sudut bibir Hema melengkung ke atas. Haruskah dia menjadi anak senja sekarang? Memandang semburat jingga dengan secangkir kopi digenggaman. Lalu kala resahnya diilhami, suara-suara lirih pun menggenang pekat di dalam kepala, menjadikan sisa-sisa senyuman simpul sebagai prolog termanis sebelum menyampaikan pesan sendu berisi diksi mesra.
"Halah senja-senja tai kucing. Hidup isinya remidian." Begitulah sekiranya sepotong pesan yang berhasil Hema dapat dari ampas-ampas kopi yang tertelan. Ampas kopi yang merasuk ke kerongkongan, lalu melahirkan sebuah makna yang tak mampu mengendap lama di saluran pita suara. Sehingga kalimat ramah itu Hema biarkan menyapa angin-angin yang masih memainkan senja.
![](https://img.wattpad.com/cover/273657554-288-k182311.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi & Tawa [Selesai]✓
Novela JuvenilElegi dan Tawa. Sebuah cerita klasik. Penuh kesederhanaan dengan warna berbeda-beda yang dibawa oleh setiap karakternya. Berlatar waktu beberapa tahun lalu kontan semakin membuat cerita ini menarik di setiap chapternya. Tiga anak yang memiliki kara...