[9]°• Partner Hema •°

404 72 4
                                    

"Kei!"

"Keiyona!"

"Hah iya? Gimana?" tanya Keiyona setelah mendapat kesadarannya.

"Kamu mau upacara di sini sampai sore?" tanya Rain.

Kontan Keiyona mengedarkan arah pandangnya. Terlihatlah para siswa yang sudah berbondong-bondong memasuki kelasnya masing-masing. Upacara ternyata telah berakhir. Dan Keiyona tidak menyadari itu. Aneh sekali.

"Kamu kenapa si?" tanya Rain. Mereka melangkah beriringan menuju kelas.

"Aku? Apanya?"

"Tuh, kayak orang ling-lung tau! Kenapa si? Ada apa?" tuntut Rain.

Keiyona mengusap tengkuknya. "Enggak kok."

"Bohong nih!"

"Ape nih yang boong? Ape? Bagi-bagi dong gosipnya!" tiba-tiba saja Hema dan ketiga temannya sudah nimbrung. Sedari tadi mereka masih bermain-main di ambang pintu kelas. Kebiasaan mereka sekali. Seusai upacara pasti selalu duduk-duduk terlebih dahulu di depan kelas. Kurang kerjaan!

"Iiihh apa sih! Nimbrung-nimbrung aja! Kenal?!" celetuk Rain.

Sejurus kemudian ketiga teman Hema terbahak puas. "Mampus lu!"

Hema langsung mendramatisir. Ia mengusap-usap dadanya, kepalanya mengawang ke atas dengan wajah yang memelas. "Rain, tidak kah kau ingat kenangan yang sudah kita habiskan selama satu setengah abad ini?"

"Jangan begini, Rain. Kau menyakiti relung lambungku yang terdalam!"

Enggan menimpali. Rain langsung nyelonong masuk ke dalam kelas. Waktunya terlalu berharga untuk melihat drama tak berbobot Hema. Keiyona pun sama, dia berniat pergi memasuki kelas. Tapi, rencana Keiyona tak semulus Rain karena Hema langsung menghadang jalannya.

"Eitsss! Password-nya!" tagih Hema.

Keiyona menatap Hema cukup lama. Saking bingungnya, Hema melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah Keiyona. "Lah, malah bengong!"

Hema memegang pundak gadis itu. "Kei?"

Keiyona langsung terpekik kaget. Tiba-tiba saja ia memukul lengan Hema tiga kali seraya mengomel. "Iihh ngagetin banget si!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Aw! Aw! Ampun heh, ampun!"

Keiyona menghentikan aksinya. Dia melotot kepada Hema. "Nggak usah ngagetin aku lagi! Aku nggak suka!"

"Lah? Aku kan cuma..."

"Jangan pegang-pegang aku lagi!" ucapnya tajam, yang kemudian langsung masuk ke dalam kelas.

Hema melihat pergerakan gadis garang itu. Kepalanya meneleng heran. Setelah itu ia melihat ke tiga temannya yang juga meneleng, melihat Keiyona. Hingga ke empatnya saling bertukar pandang.

"Kas mu emang numpuk berapa juta, Ma?" tanya Ridho.

Hema mengedikan bahunya. "Kayaknya udah bisa dipakai buat naik haji, si."

Jojo mengangguk-angguk. "Pantes."

"Masih untung lu kagak ditelen sama, Kei!" sahut Reyhan.

Alis Hema bertaut. "Lah? Lu pada juga utang kas-nya sekebon kan?"

"Iya si. Tapi kita bertiga kan kebantu ganteng!" Ridho menaikturunkan alisnya.

"Kampret!"

Elegi & Tawa [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang