GOR Senopati, hampir jam empat sore. Yogi dan Lia sudah sedari tadi menunggu Mega. GOR Senopati terletak di pinggir kota dan sering digunakan masyarakat umum untuk berolahraga.
Lia terlihat gelisah dan mondar-mandir di tengah lapangan. Yogi duduk di pinggir lapangan sambil meminum soda.
“Kamu tegang sekali Lia. Biasanya dalam pertandingan kamu santai-santai aja,” komentar Yogi.
Lia hanya memandang Yogi sekilas, lalu melakukan pemanasan, “Masa?”“Iya, kelihatan banget.”
“Mungkin karena lawanku Mega.”
“Memangnya kenapa?”
“Karena dia lebih hebat dari aku.”
“Ha ha ha. Menurutku bukan karena itu. Dia tidak lebih hebat daripada kamu. Kamu tegang karena harus melawan sahabat sendiri.”
“Sok tahu kamu!”
“Kakak sepupuku pernah bilang, melawan musuh itu mudah, tapi melawan teman itu lebih sulit.”
“Kakak sepupumu yang masuk pelatnas itu?”
“Iya.”
Lia terdiam. Dia pikir, benar juga apa kata sepupu Yogi.
“Menurutku, kamu dan Mega sama kok hebatnya, tidak ada yang lebih unggul.”
“Huh, Itu menurutmu!”
“Mega datang tuh.” kata Yogi sambil berdiri saat melihat Mega datang.
Mega melangkah mendekat dan hanya diam saja melihat mereka berdua. Dia segera menaruh tasnya di pinggir lapangan, meminum air mineral dan mengeluarkan tas raketnya. Lia dan Yogi hanya terdiam memandangi Mega.
Mega mengeluarkan raket kesayangannya. Terlihat dengan jelas tulisan ‘Mega & Lia’ pada tas raket Mega, sama persis dengan milik Lia. Yogi yang semula berdiri di samping Lia segera berjalan mendekati Mega.
“Apa kamu yakin mau bertanding, Mega?” tanya Yogi saat mendekati Mega.
“Kalian yang minta,” jawab Mega singkat.
“Apa tidak bisa kamu pikirkan saja, Mega? Jadi kita nggak perlu bertanding,” tanya Yogi lagi.
“Sudah sana, pastikan saja kamu adil saat mewasiti!”
“Hmm, oke lah,” jawab Yogi mengangkat bahu. Dia segera pergi ke kursi wasit.
Lia dan Mega hanya saling diam dan saling tatap. Tak sepatah katapun terucap dari mereka berdua.
Pertandingan antara dua sahabat itu pun segera dimulai. Tidak seperti pertandingan-pertandingan yang diikuti Mega dan Lia sebelumnya, raut wajah mereka tampak tegang.
Raket-raket pun mulai saling memukul kok. Pertandingan baru saja dimulai, tapi sudah terasa panas.
Masing-masing pemain saling terdiam. Seolah dua orang sahabat itu tidak saling kenal lagi. Nilai mereka pun seimbang dan saling mengejar. Baik Mega maupun Lia berusaha mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
“Wah, ini lebih menarik pertandingan daripada kejuaraan nasional.” gumam Yogi.
Permainan dahsyat kedua sahabat itu mengundang perhatian orang-orang di sekitar lapangan. Banyak diantara mereka yang mendekat untuk menonton.
“Wah, keren mainnya. Siapa mereka?” tanya salah seorang berbisik.
“Nggak tahu, bagus mainnya!” jawab yang lain.
Ari datang terlambat karena ada beberapa urusan diklat yang harus diselesaikannya. Dia segera mendatangi lapangan tempat Mega dan Lia bertanding. Dan apa yang dilihatnya sungguh membuatnya terpana. Hebat sekali mereka berdua, pikirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/318839597-288-k15303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raket Memori
Teen FictionMega dan Lia adalah pelajar SMA sekaligus pemain bulutangkis yang harus menghadapi peliknya pertandingan, cinta dan kehidupan