Sore hari berikutnya, Mega sedang duduk-duduk di teras rumah sambil membaca majalah. Tiba-tiba datang seorang gadis yang seumuran dengannya.
“Permisi!” sapa gadis itu.
Mega segera beranjak menuju pagar dan hendak membukanya, tapi gadis itu malah sudah membuka pagar sendiri.
“Cari siapa ya?” tanya Mega curiga.
“Eh, kamu pasti Mega ya?” kata gadis itu tersenyum, “Kamu masih ingat aku nggak?”
“Siapa ya?” Mega berusaha mengingat-ingat.
“Ini aku, Puput. Sepupu Mbok Mar. Dulu kita sering main bersama waktu kecil.”
“Oh, Puput! Yang rumahnya dekat sungai itu?!”
“Iya, ini aku! Wah, udah lama sekali ya nggak ketemu.”
“Iya nih, apa kabar Put?” sambut Mega senang sambil memeluk Puput yang sudah masuk ke halaman rumah.
“Yah lumayan. Kamu sendiri gimana kabarnya?”
“Yah, lumayan juga,” jawab Mega melepaskan pelukan.
“Kok lumayan?”
“Lha kamu kok juga lumayan?”
“Semua baik-baik saja di Jogja?”
“Yah, lumayan, tapi sekarang aku tinggal disini.”
“Kamu tinggal disini? Di Solo?”
“Iya. Aku pindah kesini.”
“Wah, asik nih, kita bisa kayak dulu lagi.”
Mega tersenyum senang. Ia ingat dulu sering bermain dengan Puput ketika masih kecil.
“Oh iya, Aku kesini cari Mbok Mar, ada?”
“Oh, ada di belakang.”
“Eh, Puput.” sapa nenek yang tiba-tiba sedang melintas keluar rumah, “Mbok Mar di dapur tuh, masuk saja sana.”
“Makasih Nek,” jawab Puput.
“Eh, udah ketemu Mega, ya?” tanya nenek, “Kalian dulu sering main bareng kan.”
“Iya Nek. Sampai akhirnya Mega pindah ke Jogja. Kita nggak pernah ketemu lagi sejak itu, ya kan Mega?”
Mega mengangguk tersenyum.
“He he he, aku ketemu Mbok Mar dulu ya, nanti kita ngobrol lagi.l,” kata Puput yang segera berjalan tergesa masuk ke dalam rumah setelah melepas sepatunya.
Mega memandangi Puput masuk ke dalam rumah. Ia lalu celingukan melihat keluar halaman, “Puput tadi naik apa ya, ke sini?” gumamnya.
“Dia berlari.” jawab Nenek sambil merapikan bunga-bunga di halaman.
“Lari Nek? Kan jauh rumahnya.”
“Dia ingin jadi pelari.”
Saat Mega masuk ke dalam rumah, ia tidak sengaja mendengar percakapan Puput dengan Mbok Mar.
“Suruh bapakmu jangan kecapekan!” kata Mbok Mar.
“Iya-iya. Tiap hari juga sudah kubilang,” jawab Puput.
“Uangnya jangan sampai jatuh lho, Put.”
“Iya-iya. Aku masukin saku kok.”
Mega dan Puput kembali mengobrol setelah Puput selesai berbincang dengan Mbok Mar.
“Kamu banyak berubah Put, aku sampai nggak ingat lagi.”
“Kita kan masih kecil banget waktu sering main bareng.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Raket Memori
Teen FictionMega dan Lia adalah pelajar SMA sekaligus pemain bulutangkis yang harus menghadapi peliknya pertandingan, cinta dan kehidupan