GOR UNY hari ini begitu ramai. Yah, hari ini adalah hari pertandingan final badminton tingkat SMU se-Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penonton semakin banyak yang datang, GOR benar-benar penuh sesak.
Wartawan dari berbagai koran dan stasiun televisi lokal juga berdatangan untuk meliput. Begitu juga dengan para wartawan sekolah yang bertebaran di sudut-sudut GOR.
Mega dan Lia bersiap-siap untuk bertanding, namun sedari tadi Mega terlihat aneh. Dia seperti memikirkan sesuatu.
"Mega, kenapa kamu?" tanya Lia.
"Nggak papa," jawab Mega singkat.
Yang merisaukan Mega bukanlah pertandingan final ini, melainkan sosok fotografer yang sedang bekerja mengambil gambar di salah satu sudut lapangan.
Yah, dia adalah Rio. Dia mendapatkan akses sebagai wartawan sekolah. Dia berdiri di pinggir lapangan bersama para wartawan lain. Dan seperti janjinya, ia datang pada pertandingan final ini untuk meliput.
Selly dan beberapa anak tonti lainnya pun juga datang menonton. Mereka tampak bergerombol di tribun.
Mega hanya bisa memandangi Rio, Selly dan kawan-kawannya dengan perasaan gundah dan entah perasaan apa lagi. Perasaan yang sama sekali tidak dia mengerti. Yang jelas sungguh menyesakkan dada.
Babak final untuk ganda pun segera dimulai. Tim putri SMU 19 melawan SMU dari Sleman, sementara Tim putra berhadapan dengan Tim Bantul.
Lia memulai servis yang diarahkan kepada salah satu pemain Sleman. Kok bisa dikembalikan, dan dengan segera, permainan hangat pun berkembang. Kok saling berpindah dari satu sisi lapangan ke sisi lain.
Kedua pasangan masih tampak berhati-hati ingin mengetahui sampai sejauh mana kemampuan lawan.
Lalu satu angka tercetak untuk SMU 19 dari sebuah smash Lia. Supporter SMU 19 segera bersorak meriuhkan suasana. Mereka senang sekali dengan angka pertama itu.Permainan masih hangat-hangat saja. Salah satu pukulan dari Tim Sleman menghujam lapangan Mega dan Lia. "Satu sama!"
Lusi sedang duduk berkumpul dengan anggota tim di kursi atlit. Tiba-tiba pandangannya dikejutkan dengan hadirnya Neni dan teman-teman KIR di salah satu sisi tribun.
Lusi pikir, mereka tidak akan mau untuk datang menonton. Neni melambaikan tangan kepada Lusi dari kejauhan. Lusi pun membalasnya.
Satu spaduk segera dibentangkan oleh Neni dan yang lainnya. Bertuliskan Lia dan Mega. Semula bertuliskan Lia dan Lusi, tapi nama Lusi dicoret dan digantikan dengan Mega.
Lusi sempat kaget dan melongo, tapi tak apalah, toh memang benar, dia tidak jadi bertanding.
Kali ini pemain dari Sleman akan melakukan servis yang diarahkan kepada Mega. Kok melayang cepat dan Mega segera mengembalikannya dengan bagus.
Kok beralih lagi karena mendapat tangkisan dari pemain Sleman. Mega mengembalikan kok cukup keras, tapi bisa ditangkal oleh pemain Sleman.
Lia lalu melakukan pengembalian yang juga cukup keras, tapi lagi-lagi berhasil ditangkal. Dan berikutnya, Mega dan Lia bergantian melakukan serangan. Namun Tim Sleman selalu berhasil mengembalikannya. Lalu, satu smash dari Lia rupanya tidak dapat ditangkal.
Satu angka lagi tercetak untuk Lia dan Mega. "2 – 1!"
Lia berikutnya melakukan servis. Rupanya pada pertandingan kali ini dia terlihat cukup prima dengan kondisi yang terbaik.
Servis dari Lia dikembalikan dengan baik pula oleh Tim Sleman. Lalu terjadi pertarungan yang cukup panjang. Kok tiba-tiba melesat ke pinggir lapangan. Lia pikir akan out, jadi dibiarkannya saja. Tapi ternyata masuk! Dan itu menambah angka bagi Tim Sleman. "2 sama!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Raket Memori
Teen FictionMega dan Lia adalah pelajar SMA sekaligus pemain bulutangkis yang harus menghadapi peliknya pertandingan, cinta dan kehidupan