Anggota tim bersorak menyalami Mega dan Lia saat mereka berkumpul di ruang atlit. Silvia dan Riri memeluk Mega dan Lia.
Ucapan selamat berdatangan dari tim, termasuk Lusi. Berikutnya, giliran Yogi dan Vita yang akan bertanding.
Selesai mengelap keringat dan beristirahat sebentar, Mega dan Lia melongok ke tribun dari ruang atlit.
Mereka memberi kode kepada Ari untuk turun dari tribun dan datang ke ruang atlit. Ari pun segera beranjak dari tempat duduknya menemui Mega dan Lia.
“Terimakasih Kak, sudah datang!” sambut Lia pada Ari.
“Yah, benar-benar kejutan deh, Mega ikut bertanding!” jawab Ari tersenyum.
“Aku juga terkejut!” sahut Lia.
Mega hanya tersenyum.
“Untung masih kebagian nonton satu set."
“Salah sendiri terlambat!” jawab Lia, "Nggak bisa nonton full! Haha!"
“Iya, aku tadi mengemas barang-barang dulu. Tapi puas deh, akhirnya bisa melihat kalian bertanding. Hebat kalian! Keren sekali mainnya!”
“Terimakasih, Kak,” jawab Lia.
“Bagus, Mega. Kamu kembali ke sini.” lanjut Ari pada Mega.
“Kamu mau kemana Kak, kok mengemas barang-barang?” tanya Mega balik.
“Besok aku harus kembali ke Kalimantan. Diklat sudah selesai.”
“Secepat itu?”
Ari mengangguk, “Ini sudah dua minggu. Untung sebelum kembali, aku sempat menonton kalian bertanding.”
“Kamu harus menemui Kak Nisa, Kak!” kata Mega tiba-tiba, “Dia sudah putus dengan Ditya!”
“Hah? Apa? Putus?”
“Iya, nggak jadi nikah! Kak Ari harus menemuinya!”
“Kenapa putus? Tapi kayaknya aku nggak bisa Mega. Aku harus kembali ke Kalimantan besok pagi.”
“Makanya, sebelum Kakak kembali, Kakak harus menemui Kak Nisa. Sekarang ayo kita Ke Solo! Solo itu dekat Kak!”
“Iya, iya, tapi bukan itu masalahnya Mega.”
“64 kilometer dan 45 menit naik kereta, Kak!”
“Eh, tunggu dulu Mega, dengarkan aku.”
“Kak Nisa akhir-akhir ini sering nonton video musik kamu lho, Kak. Dan dia juga bilang…” kata-kata Mega tidak diteruskannya.
“Bilang apa?” tanya Ari penasaran.
“Dia bilang, dulu sebenarnya dia suka kamu Kak. Dia cuma tidak berani dan malu saja.”
Ari terdiam sejenak memandang Mega seakan tak percaya, “Oh ya? Tapi sekarang kan sudah lain. Aku, kayaknya aku nggak bisa menemuinya.”
“Apa kamu sudah nggak suka Kak Nisa?” tanya Mega lagi.
“Bukan begitu Mega, aku hanya…”
“Sekarang, atau tidak sama sekali, Kak. Jangan sampai kamu kehilangan kesempatan ini. Apa aku harus menantangmu bertanding lagi Kak, untuk membujukmu?”
Ari terdiam.
“Kak, Mega sudah kembali kesini. Apa lagi yang kita harapkan dari Mega?” Lia ikut bicara.
Ari tersenyum menggeleng pelan, “Aku nggak tahu harus gimana.”
Mega dan Lia menatap dalam mata Ari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raket Memori
Teen FictionMega dan Lia adalah pelajar SMA sekaligus pemain bulutangkis yang harus menghadapi peliknya pertandingan, cinta dan kehidupan