Perpisahan

27 5 2
                                    

Barang-barang di rumah Mega sudah banyak yang dipindah. Hanya tersisa kasur lipat dan peralatan seadanya.

Malam ini adalah malam terakhir Mega sekeluarga berada di rumah ini. Besok pagi mereka akan berangkat ke Solo.

Mega sedang tidur-tiduran di kamar sambil memainkan game di ponselnya. Karena bosan, dia segera menuju ke kamar kakaknya.

Ternyata Nisa sedang melihat video band Ari di laptop. Tumben, pikir Mega. Dia lalu duduk mendekat disamping kakaknya.

“Hayo, lihat apa Kak?” tanya Mega ikut menonton di samping Nisa.

“Hem? Nggak kok. Nggak liat apa-apa.” jawab Nisa tanpa beralih ke layar laptop.

“Kenapa kamu liat video Kak Ari?”

“Ah, enggak kok. Nggak sengaja kebuka!” jawab Nisa salah tingkah sambil berusaha mematikan laptop.

“Kamu masih suka Kak Ari?” tanya Mega penuh selidik.

“Jangan ngawur!”

Mega tersenyum kecil menggoda kakaknya, “Cinta lama bersemi kembali. Haha.”

“Mega!” Nisa berusaha berkata tegas meskipun masih tampak adanya keraguan, “Bentar lagi aku nikah sama Ditya. Jangan pernah ungkit-ungkit Kak Ari lagi. Jangan pernah.”

“Kak Ari ganteng juga ya?” kata Mega tak peduli dengan kata-kata kakaknya.

“Ganteng, ganteng! Sana kalau suka!”

“Oke, dengan senang hati! Aku akan jadi pacarnya,” jawab Mega tersenyum dan segera meninggalkan kamar Nisa.

“Mega!” seru Nisa sedikit terbata, “Kamu akan pindah ke Solo tahu! Nggak akan bisa pacaran dengan Kak Ari. Dia kan kerja di Kalimantan. Kalian terpisah jauh!”

“Lalu kenapa kamu khawatir, Kak?” jawab Mega tersenyum.

*

Esok harinya adalah hari terakhir Mega masuk ke sekolah. Sepulang sekolah dia akan segera berangkat ke Solo.

Dia sudah menemui kepala sekolah dan berkata akan berangkat ke Solo hari ini. Tapi kepala sekolah tetap tidak mau menandatangani surat perpindahan Mega.

Kata kepala sekolah, terserah kalau Mega mau pindah tanpa surat perpindahan. Itu berarti Mega harus mengulang dari kelas satu lagi pada tahun ajaran berikutnya di Solo.

Mega tidak ambil pusing. Dia tetap akan pindah, dengan, ataupun tanpa surat perpindahan.

Bu Sri menemui Mega di selasar kelas pada jam istirahat kedua.

“Jadi hari ini kamu mau berangkat ke Solo?” tanya Bu Sri.

“Iya Bu.”

“Iya deh, nanti aku urusin surat perpindahan dan rapor kamu!” tangan Bu Sri memegang pundak Mega, “Aku nanti akan paksa kepala sekolah untuk menandatangani surat itu.”

“Hah? Mau ibu paksa?”

“Iya, tenang aja! Pokoknya akan aku paksa kepala sekolah sampai mau menandatangani! Bagaimanapun caranya!” Bu Sri tersenyum lebar, “Sukses di sana ya, Mega!”

Mega hanya mengangguk, “Terimakasih Bu.”

Sepulang sekolah, Mega menunggu Lia di gerbang depan. Dia berdiri bersandar di gerbang menunggu sahabatnya keluar. Beberapa lama kemudian, Lia keluar gerbang.

Mega segera mencegatnya. Lia kaget dan menghentikan langkah. Dia keheranan memandangi Mega.

“Hei, Lia,” sapa Mega.

Raket MemoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang