Mengadu nasip kesebuah kota

191 6 0
                                    

"semua keperluan kamu sudah tante persiapkan, ingat pesan tante,jaga nama baik keluarga kita! jangan ikut pergaulan yang tidak benar"  kata rika sambil meneteng tas berat yang akan di bawa oleh aswa ponakan dari suaminya.

aswa adalah seorang gadis cantik ,berkulit putih dengan rambut sebahu.

"tante, jam berapa aswa berangkat?" ucap aswa sambil melirik jam

"sebentar lagi" ucap rika

"aswaaaaaa, kamu sudah siap belum?"

dari pintu terdengar suara jeni teriak memangil aswa, jeni adalah teman kecil aswa, ia gadis yang manis sedikit cerewet

"iya jeni ,dia sudah siap" sahut rika sambil teriak

"yauda pergilah nanti kalian terlambat!" ucap tante rika sambil melirik kepintu

"tapi tante aswa belum berpamitan pada paman"

"tak perlu ,nanti tante saja yang  sampaikan ,lagian tadi malam kalian uda ngobrol"

"sebentar saja tante ,aswa mohon" ucap aswa dengan nada sedih

"nanti kalian di tinggal bus"

"aswa ingin bersalaman dengan paman!" ucap aswa kekeh pada pendiriannya.

"mau sampai kapan kamu menunggu?, pamanmu belum pulang kerja, dan ini sudah jam berapa ?kamu bisa-bisa ketingalan bus"  ucap rika balik nada kesal

aswa dan jeni ingin pergi merantau kesebuah perkotaan, mereka berdua ingin mengadu nasip di perantauan, berharap nasib mereka lebih baik dari sebelumnya, aswa di asuh oleh paman dan tantenya karena ibunya sudah meningal ketika masih kecil, sedangkan ayahnya semenjak menikah lagi ia tak kunjung kembali untuk menemui aswa selamanya, beruntung ada paman yang begitu sayang padanya.

"di mana aswa bu?" ucap adi paman aswa

"baru saja pergi, aku takut mereka terlambat aku suruh cepat" ucap rika ketus

mendengar itu adi berlari keluar rumah, ia langsung menyalakan sepeda motor tuannya,  iapun mempercepat laju sepeda motornya agar masih bisa bertemu aswa

15 menit kemudian akhirnya sampai di stasiun bus, ia melihat kekanan kiri , mencari-cari
namun ia tak menemukan aswa , saat bus besar melaju dari hadapannya  ia dan aswa saling melihat satu sama lain .

"paman" ucap aswa teriak melihat pamannya

"aswa" paman adi mencoba mengejar bus itu

"pak tolong ,berhentikan busnya sebentar, saya ingin menemui paman saya"
ucap aswa pada supir bus

"maaf mbak pintu nya sudah di tutup rapat nanti yang lain marah kalau berhenti-henti

"pak tolong pak, berhenti sebentar saja saya mohon" pinta aswa dengan mata yg berkaca-kaca

"aswa tenang" ucap jeni sambil menenangkan aswa

paman adi terus mengejar bus yang di naiki aswa

"pak tolong pak " ucap aswa kembali

"begini saja mba ,kami tak bisa membuka pintu ini lagi, buka saja jendela busnya ,anda bisa berbicara lewat jendela" ucap supir busnya

aswa pun terpaksa mengiyakannya, bus pun berhenti sejenak

"paman, aswa pergi ya ,doain aswa di kota jadi orang sukses" ucap aswa sambil menahan tangis

"iya neng, jaga diri baik-baik ya di sana" ucap paman adi matanya sambil berkaca-kaca

"iya paman " aswa melambaikan tangannya

tak lama kemudian bus pun berjalan, aswa tak dapat membendung air matanya ,begitu juga dengan paman adi, biar bagaimana pun paman adi sangat menyayanginya , memanjakannya seperti anaknya sendiri.

perjalanan dari desa ke kota mereka membutuhkan waktu 1 hari 1 malam ,tibalah mereka sampai pada kota tujuan mereka.
sesampainya di loket bus aswa dan jeni tak henti-henti memandangi sekitar mereka, selama seumur hidup mereka baru ini pertama kali menginjakan kaki ke kota.

"wahh aswa,, as,,, apa aku sedang bermimpi?" ucap jeni begitu bahagia sambil mencubit2 pipinya

"tidak jen, ini tidak mimpi" sahut aswa sambil senyum

"dalam umur 20 tahun baru ini bisa melangkahkan kaki ke sini ,kenapa tidak dari dulu ya kita tamat sekolah heheh" ucap jeni kembali

di kala itu mereka berdua masih berusia 20 tahun.
"oh ya kita harus segera menghubungi buk vivi,paman juga" ucap aswa

bu vivi adalah wanita yg menunjukkan kota di mana aswa dan jeni akan tinggal,
dulunya bu vivi juga seorang gadis desa dan kini ia menjadi wanita karir yang sukses, namanya sangat terkenal di desa tempat tinggal aswa dan jeni , jadi banyak warga yang tergiur merantau ke kota.
bu vivi lebih memilih menetap di kota.
jeni pun mengambil handphonenya ia menelepon bu Vivi dan bu vivi langsung mengangkatnya

"halo bu "
"ya halo" sahut bu vivi
"bu ini jeni ,kami berdua sudah berada di stasiun bus" ucap jeni kembali
"oh ya sayang, tunggu di sana yah! saya akan menjemput kalian. jangan kemana-mana" ucap bu vivi nada senang
"iya bu" ucap jeni sambil menutup teleponnya

mereka berdua pun menunggu bu vivi datang sembari melihat-lihat lokasi stasiun.
kurang lebih 15 menit bu vivi pun datang
"eh neng ,kalian sudah lama menunggu?" ucap bu vivi sambil mendekat

jeni dan aswa saling bersalaman dengan bu vivi
"tidak bu, sekarang kami sudah ketemu dengan ibu jadi kami sedikit legah" ucap aswa tersenyum

"kita makan dulu ya ,pasti kalian lapar kan ?"ucap bu vivi sambil berjalan ke rumah makan sekitaran stasiun

setelah makan mereka pun langsung bergegas kerumah bu vivi.
di perjalanan bu vivi menyetir mobilnya sendiri tanpa supir.

"ibu sudah begitu mahir mengendarai mobil ini" ucap jeni kagum

"iya neng, ibu belajar" jawab bu vivi

"semoga di kota ini kami bisa punya uang banyak hehe" ucap jeni

"Alhamdulillah jeni, ini lah kalau kita mau berusaha! bekerja keras, jaman sekarang kita lebih mudah menghasilkan uang, sehinga saya bisa membeli apapun yang saya mau" ucap bu vivi sambil senyum

"bu, kenapa hanya menjemput kami sendiri, di mana pak lek?" tanya  aswa

AswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang