Prolog

216K 10.7K 450
                                    

Warning⚠️

[Pembaca ulang : Dilarang spoiler]

Pembaca bebas berkomentar apapun asal masih dalam ranah cerita, tidak menyinggung pihak lain, dan tidak membawa cerita lain di lapak ini.

Apabila ada unsur kesamaan tokoh, latar, atau bahkan scane dalam cerita, itu murni ketidaksengajaan.

*****

Aura seksi nan panas itu, terpancar dari seorang pria gagah yang tengah terduduk pongah di kursi tunggal bak seorang raja. Sebatang rokok yang diapit diantara jari-jarinya, membuatnya terlihat semakin gila dan memabukan.

Memakai tuxedo hitam dengan pantofel senada, jangan lupakan jam tangan keluaran Italia dengan sentuhan warna gold menyala yang kabarnya hanya ada dua di dunia itu, melingkar indah di pergelangan tangan kekarnya. Dengan elegan, pria itu duduk sembari menyilangkan kedua kakinya. Bahunya bersandar pada badan kursi, menatap lekat penuh minat dan ambisi tak tereda pada gadis cantik di depannya.

"Mau melawanku dengan tangan kecilmu itu, hm?"

Tertawa pelan pria itu, pandangannya naik menatap penuh ejekan pada gadis remaja yang terduduk di ranjang sambil menatapnya penuh permusuhan.

"Mimpi!" Ucapnya tanpa suara, sarkas dan mengejek. Namun mampu terbaca oleh Launa, gadis malang yang kini terikat kuat oleh tali obsesi tak kasat mata yang Alzion ciptakan. Begitu erat dan menyakitkan. Tak memberikan Launa kelonggaran untuk hanya sekedar meminta keadilan.

"Apa maumu?!"

Tersungging tipis senyum Alzion, pria itu membasahi bibirnya yang sedikit kering dengan lidahnya.

"Kau," sahutnya tenang, dan kembali menghisap benda panjang yang menjadi candunya itu.

"Hahahahaha,"

Tawa miris Launa mengudara bersamaan dengan air matanya yang luruh jatuh tanpa permisi, membuatnya terlihat seperti gadis lemah nan rapuh. Ia menggigit bibir bawahnya merasa muak dengan semua hal yang tidak masuk akal, namun sialnya harus dia hadapi. Pria gila ini, Alzion Rimba Kalansi.

"Kau sedang bermimpi, Tuan Kalansi?"

Alzion tak bereaksi banyak, pria itu hanya membuang puntung rokoknya yang sudah tidak telalu menarik untuk ia terus nikmati, menginjaknya hingga baranya mati dan hancur.

"Berbicaralah yang sopan pada calon suamimu, sayang."

"I'm not Laura! I'm Launa!"

Alzion terkekeh pelan sambil mengangguk, "I know. But I don't care."

Launa muak, ia langsung lompat dari kasur dan mencoba berlari dari sana. Sial, pria itu dengan mudah menangkapnya dengan sekali tarikan.

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
A Frozen Flower [ Terbit ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat