27

55.9K 5.5K 1K
                                    

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

•1.5k vote - 1k komen for the next chapter•

Alzion mengangkat pergelangan tangannya, menghitung waktu kepergian Launa yang tak kunjung kembali. Sedikit kecemasan melingkupinya, ia tidak rela jika Launa digoda oleh laki-laki lain hingga tak ingat kembali padanya.

Namun, acara sudah terlanjur dimulai. Nick tengah berbicara di atas panggung kecil itu. Rasanya tidak sopan jika ia harus bangkit dan berlalu dari kursinya meninggalkan aula. Tapi, Launa juga penting.

Alzion menghela nafas berat dibuatnya. Launa begitu nakal dan keras kepala. Lihat! Tindakannya sekarang membuat api dalam dirinya terpantik mulai menyala.

"Dikesempatan ini, saya akan membagikan berita bahagia yang datang dari putri saya—," Nick menggantungkan ucapannya dan menoleh ke arah Vera yang terduduk di kursi dekat dengan Alzion. "Vera Pan Pazhick, atas pencapaian besar yang putri saya dapatkan di pengujung tahun ini. Mendapatkan reward sebagai Jurnalis terbaik sebenua Eropa."

Semua bertepuk tangan mendengarnya, dengan sopan Vera bangkit berdiri lalu menunduk pelan pada para tamu undangan. Hal itu membuat mereka semakin kagum dengan kecerdasan dan keberanian perempuan satu ini.

Lain dengan semuanya yang berfokus pada Vera, Alzion masih dilanda kerisauan akan Launa. Matanya terus mengerling kesekitar, ia hanya bertepuk tangan kecil sebagai bentuk apresiasi.

Nick memanggil Vera untuk maju ke depan memberikan sambutan, yang langsung dipatuhi oleh perempuan cantik itu. Vera berjalan anggun menuju podium, senyum manisnya tak pernah luntur menambah pesona.

Alzion sendiri menggerutu kesal karena Launa meninggalkan ponselnya, hal itu menyulitkan Alzion untuk menghubungi Launa. Karena tak tahan, akhirnya Alzion memutuskan untuk bangkit dan menyusul Launa. Namun, baru satu langkah ia beranjak dari sana, suara Vera berhasil menginterupsinya.

"Semua ini tak lepas dari support yang diberikan oleh Ayah dan Alzion." Langkah Alzion terhenti dengan tatap mata mendatar dan tangannya yang sedikit terkepal. "Boleh aku meminta kakakku itu untuk naik ke atas panggung, Ayah?" Ucap Vera pada Nick yang langsung mendapat anggukan dari pria itu.

"Tentu saja. Alzion adalah putraku juga, dan acara ini memang milik kita." Vera tersenyum mendengar jawaban ayahnya.

Alzion memejamkan matanya sejenak, mencoba menahan segerombolan emosi yang menyerangnya entah dengan alasan apa. Setelah itu, akhirnya Alzion berjalan menghampiri panggung dengan langkah gagahnya. Aura dominan yang begitu kuat memikat semua yang menatap ke arahnya. Termausk Vera—yang kini tersenyum penuh arti.

Saat sampai, Nick langsung merangkul pundak Alzion dengan bangga. Alzion kini memainkan ekspresinya dengan baik, seakan rona kemarahan yang tersimpan tadi melebur entah kemana. Seluruh tamu undangan begitu kagum akan keakraban mereka yang terjalin begitu baik.

Vera nampak celingukan mencari seseorang. "Kemana istrimu, Zion?" Tanya perempuan itu membuat Nick menyadari ketidakberadaan menantunya itu. "Tidak mungkin, 'kan, dia meninggalkan pesta saat belum dimulai?"

Kalimat Vera berhasil membuat beberapa tamu undangan berbisik-bisik akan hal itu. Seakan mereka menyalahkan Launa yang terlihat begitu tidak sopan meninggalkan pesta yang bahkan belum dimulai.

A Frozen Flower [ Terbit ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat