26

62.7K 5.4K 1.3K
                                    

A Frozen Flower
🥀

•1,5k vote - 1k komen for the next chapter•

Launa duduk manis di salah satu kursi dekat meja makan, ia memperhatikan punggung Alzion yang bergerak tegak penuh pesona. Pria itu tengah memasak mie instan untuk mereka nikmati bersama. Awalnya Launa yang ingin memasak, namun, Alzion yang begitu posesif tidak membiarkannya menyentuh dapur sedikit pun.

Cukup lama ia menunggu, akhirnya Alzion datang menghampirinya dengan membawa semangkuk hidangan yang sangat dinantinya. Launa menghirup aroma mie itu dalam-dalam saat Alzion meletakan mangkuknya tepat dihadapannya. Terakhir kali ia makan mie instan itu adalah bersama Jeff, dan itu—sudah sangat lama sekali.

"Selamat makan," ucap Alzion mengacungkan sumpitnya dan memberikan sumpit lainnya untuk Launa.

Launa tersenyum, namun saat ia hendak mengambil sumpit itu, Launa menyipitkan matanya melihat bercak kemerahan di dada Alzion. Launa cukup dewasa untuk langsung memahami tanda yang tertinggal di sana.

Senyum Alzion meluntur perlahan menyadari arah tatapan Launa, pria itu mengedip pelan mencoba memutar otaknya untuk mencari jawaban yang akan ia keluarkan nantinya.

Namun, beberapa detik mereka diselang keheningan. Tak keluar satupun pertanyaan dari bibir manis istrinya itu. Launa mengambil sumpit itu dari tangan Alzion. Ia langsung ikut mengaduk mie dan memasukan makanan instan itu ke dalam mulutnya. Perempuan itu seakan tidak mempermasalahkan apa yang baru saja dilihatnya.

Keterdiaman Launa tanpa menanyakan apapun nyatanya membuat Alzion sedikit gusar.

"Sayang?" Panggil Alzion membuat Launa yang sedang menunduk guna menikmati mie itu, mendongak menatap ke arah Alzion. Wanita hamil itu hanya menaikan alisnya sebagai respon. "Mmm—kau tidak bertanya tentang ini?" Tanya Alzion menunjuk dadanya.

Launa mengedip pelan, lalu menggeleng dan kembali memakan mienya.

"Kau tidak marah?" Tanya Alzion lagi.

Oh ayolah, Alzion yang semula takut Launa menuntut jawaban, ternyata dibuat semakin takut saat Launa malah diam dan seakan tidak mempermasalahkan. Mereka baru saja berbaikan beberapa jam yang lalu, dan Alzion tidak mau membuat huru-hara baru. Saat memasak tadi, Alzion membuka dua kancing kemejanya karena gerah. Dan melupakan ada jejak sialan yang masih mencetak jelas di dadanya.

"Kenapa aku harus marah?" Tanya Launa. Wanita itu sama sekali tidak menoleh ke arah Alzion dan sibuk menikmati mienya. Sesekali perempuan itu meniup mie itu saat dirasa masih begitu panas.

Alzion berdecak mendengarnya. Harusnya Launa marah karena melihat ada jejak kissmark di dadanya yang menunjukan bahwa dirinya habis disentuh wanita lain. Harusnya Launa menuntutnya jawaban. Harusnya Launa—cemburu.

Launa menggeser mangkuk mie yang tersisa setengah itu, ia menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya pelan-pelan.

"Sayang..." panggil Alzion sedikit merengek. Entah kenapa, pria itu dilanda risau melihat ketenangan istrinya itu. Alzion membenci dirinya yang semakin melemah berhadapan dengan kelinci kecilnya.

"Habiskan. Itu bagianmu," ucap Launa menunjuk mangkuk mie itu dengan ekor matanya.

Alzion menggeleng ribut, pria itu masih menatap Launa dengan air muka menahan kesal bercampur gelisah. "Marahi aku!" Launa menaikan sebelah alisnya mendengar ucapan Alzion yang seakan memerintahnya untuk memarahi pria itu.

A Frozen Flower [ Terbit ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat