08

83.8K 6.2K 345
                                    

A frozen flower
Sekuntum bunga yang beku🥀

Launa membeku, tangannya sedikit gemetar melihat seringai tipis itu. Seringai penuh kemenangan yang membuat Launa bungkam.

Pria itu berjalan satu langkah membuat Launa spontan mundur kebelakang, tangannya siaga untuk menarik pelatuk dalam sakunya. "Kau terlihat pucat Nona, apakah, kau sakit?" Tanya sang supir itu lagi.

Ia menyandarkan satu tangannya pada badan mobil, satu tangannya lagi memutar kunci mobil itu. Terkekeh pria itu dibuatnya saat melihat raut tegang penuh kecemasan seorang perempuan di depannya. Perempuan yang tak lain adalah istrinya, Launa Belva Annalise.

"Kau pikir, semudah itu melarikan diri dariku, hm?" Kekehnya. Pria itu merentangkan kedua tangannya di hadapan Launa. "Ayo, peluk aku. Redakan emosiku. Dengan begitu hukumanmu akan sedikit lebih ringan, Launa."

Pria itu, Alzion Rimba Kalansi.

Bukannya menurut, Launa dengan sekali gerakan langsung mengeluarkan pelatuknya dan mengarahkannya pada pria itu. Nafasnya memburu, pegangannya pada pistol kecil itu sedikit gemetar.

 Nafasnya memburu, pegangannya pada pistol kecil itu sedikit gemetar

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Ah...kau suka bermain senjata api, sayang?" Tanyanya tenang, pria itu sedikit mengangguk kecil sambil mengeluarkan pelatuknya dari saku celananya. "Aku juga punya, kau ingin bermain di sini?"

"Berhenti menjadikanku bonekamu, Zion! Aku—bukan kak Laura! Aku tidak akan pernah bisa memberikanmu cinta sama besar sepertinya." Ucap Launa.

Tangan Launa masih mengarahkan pelatuknya ke arah Alzion, air matanya sudah luruh kembali turun. Sedangkan Alzion menatap datar tak terbaca, ia sesekali tertawa pelan melihat keringat yang membahasi pelipis istrinya itu.

Keringat yang merembes dari lapisan kulit Launa seakan mengajak Alzion untuk bercinta. Menyuguhkan malam hangat, penuh gairah dan menggoda, membawa keduanya pada ruang kenikmatan yang lekat kuat untuk saling memburu sentuhan. Liar nan memabukan, nikmat pun penuh kehangatan. Launa nampak sepuluh kali lebih memesona dari biasanya.

"Ingat ini baik-baik, sampai kapanpun, hatiku tidak akan pernah menjadi milikmu!" Ucap Launa dengan berderu kemarahan.

Alzion menatap Launa dalam, iris gelapnya menghantarkan gemetar pada Launa. Pria dengan segala tatapan tak terjemah pun gerakan tak terbaca itu, membuat Launa kehilangan daya.

Namun, ia tidak mau menyerah. Launa sudah berusaha sejauh ini. Walau pada akhirnya ia kembali jatuh pada perangkap apik Alzion.

"Aku tidak membutuhkan cintamu Launa. Kau hanya perlu disisiku, sebagai pemuasku." Alzion mengatakan itu dengan tatapannya yang tak lepas melurus pada bola mata indah kepunyaan Launa. "Pemuas nafsuku, pemuas kegilaanku. Karena kau—harus membayar penghianatan kakakmu."

A Frozen Flower [ Terbit ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat