13

79.8K 5.6K 638
                                    

Sekuntum bunga yang beku
🥀

Launa menunggu Alzion yang tengah melatih otot-ototnya itu di ruangan gym. Pria itu nampak gagah dan seksi, keringat yang membasahi tubuh shirtlessnya membuat Launa mengakui bahwa Alzion adalah pria sempurna dalam segi visualnya.

"Launa?" Panggil Alzion membuyarkan lamunan perempuan itu.

Dengan segera dan peka, Launa berjalan menghampiri membawa handuk kecil dan sebotol air minum yang sudah ia persiapkan untuk pria itu.

"Bersihkan keringatku," titah Alzion membuat Launa meneguk salivanya gugup. Dari dekat, pria itu nampak semakin seksi dan menawan.

"Cepat Launa." Dengan bibir tergigit dalam, Launa membersihkan keringat Alzion menggunakan handuk kecil yang dipegangnya. Ia mengusapnya pelan-pelan.

Alzion menyeringai tipis melihat Launa yang kini semakin patuh padanya. Dengan sengaja, pria itu menarik pinggang Launa membuatnya spontan terjatuh dalam pangkuannya. "Zion!" Sentak Launa kaget.

Alzion menaikan sebelah alisnya seakan mempertanyakan keterkejutan Launa atas aksinya barusan. Posisi Launa yang kini duduk di pangkuannya menyamping, dengan pingganggnya yang dipeluk erat oleh pria itu, membuat mereka begitu terlihat intim. Bahkan, nafas Alzion begitu terasa di telinganya.

"Yes, my love?" Alzion meniup telinga Launa pelan merayu, membuat Launa meremang kegelian. "Ayo lanjutkan, sayang," katanya lagi.

Launa perlahan membuka mata, ia menoleh ke kiri membuat hidung mereka nyaris bersentuhan karena jarak yang begitu dekat. "Haruskah dengan posisi seperti ini?" Tanya Launa.

Alzion mengangguk pelan, pria itu merapihkan juntaian rambut Launa dengan satu tangannya. "Ya, harus seperti ini," sahutnya tak mau terbantah.

Launa mengikuti, ia melanjutkan kegiatannya. Launa memiringkan wajahnya sedikit, mengelap bagian leher pria itu, embusan nafasnya begitu terasa di area leher Alzion.

Pria itu memejam menahan getaran, nafas Launa seakan menggodanya, memberikan sensasi memabukan yang membuat Alzion kian lebar menarik sudut bibirnya.

Launa mengelap bagian rahang Alzion pelan-pelan, setiap sentuhan yang ia berikan mampu membuat Alzion kian kuat terpejam. "Zion..." panggil Launa menghentikan kegiatannya sejenak.

"Hm?" Sahut Alzion tanpa membuka matanya.

Tangan Launa meraba bagian bekas luka yang ia temukan di rahang bawah Alzion. "Ini, luka apa?" Tanya Launa penasaran.

Mata Alzion terbuka spontan, ia menahan tangan Launa yang kini mengusap bagian bawah rahangnya itu. "Hanya luka kecil," sahutnya dengan nada dingin dan sorot mata yang melurus tak terbaca.

"Tapi, ini seperti bekas cekikan. Kau, tidak apa-apa kan?" Tanya Launa meringis melihat luka itu. Entah kenapa, ia sedikit kasihan pada Alzion. "Apakah, sakit?" Tanyanya lagi.

Alzion menoleh ke arah Launa, ia pandang dalam-dalam mata istrinya itu. Wajahnya tak berekspresi, sorotnya sedikit menajam dengan aura yang entah sejak kapan kembali menikam Launa.

Namun nyatanya itu hanya berlangsung beberapa detik, setelahnya, Alzion justru menarik senyumnya tipis. Pria itu mengusap dagu Launa. "Kau menghawatirkanku, Launa?" Tanya pria itu.

A Frozen Flower [ Terbit ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat