22

67K 5.6K 928
                                    

Sekuntum bunga yang beku
🥀

Alzion duduk di sebuah kursi cafe seorang diri. Menggunakan kemeja soft blue dengan lengan yang digulung hingga siku, tatap matanya yang menyorot tenang begitu elegan terpandang. Aroma wewangian dari parfume yang disemprotkan pada spot tertentu perbagian tubuhnya menguar harum menambah pesona.

Cafe mewah bertaraf bintang lima yang terletak di kota bagian utara Polandia menjadi latar utamanya. Bukan tanpa alasan Alzion ke sini, tentu saja ada urusan yang harus ia selesaikan.

Mata gelapnya terus menatap lurus ke arah pintu cafe menunggu seseorang. Decakan kesal kembali keluar, sepertinya orang itu sengaja menguji kesabarannya yang setipis benang sutra.

Hingga akhirnya terlihat seorang gadis dengan penampilan anggunnya itu muncul di balik pintu kaca. Rambut tergerai dibalut aksesori cantik di sisi kanan, heels yang tidak terlalu tinggi yang memiliki warna senada dengan dress yang ia gunakan. Gadis cantik itu menurunkan sedikit kacamatanya lalu tersenyum ke arah seorang Alzion terduduk tenang menatap ke arahnya.

"Aku senang kau mau menungguku dengan sabar, Tuan Kalansi," ucapnya ketika sampai di hadapan Alzion. Gadis itu mendudukan bokongnya di atas kursi, lalu meletakkan tas jinjingnya di atas meja itu dan tersenyum ke arah Alzion seraya berkata, "sepertinya bukti yang aku temukan kali ini mampu menarik atensimu, hingga Tuan muda yang super sibuk ini mau meluangkan waktu untuk mengajakku bertemu," Kekehnya.

"Bagaimana penerbanganmu dari Belanda ke Polandia?" Gadis itu masih mendominasi pembicaraan, satu alisnya terangkat sebagai ekspresi pertanyaan. Ia menumpukan dagunya di atas tangannya dengan matanya yang tak lepas menatap ke arah Alzion. "Pasti melelahkan, bukan?"

Alzion nampak tak bereaksi apapun, mimik wajahnya masih sama saat perempuan itu belum datang maupun hadir dihadapannya sekarang. Sesekali Alzion mengedip menelisik penampilan perempuan cantik di depannya, sosok anggun yang memiliki performa hebat di negaranya, segudang prestasi yang diraupnya nyatanya tetap tak membuat gadis itu memiliki daya tarik dimatanya.

"Vera," ucap Alzion memulai pembicaraan. Mengabaikan basa-basi yang dikeluarkan gadis itu barusan. "Kau cantik, pintar, terkenal, dan bahkan—sangat berpengaruh di Polandia." Alzion sedikit memajukan posisi, ia mengamat dengan lekat wajah gadis kecil yang berambisi keras memilikinya.

"Semua bisa kau dapatkan, kecuali aku." Telak Alzion mengungkapkan. Jelas tanpa adanya basa-basi.

Vera nampak tak suka mendengarnya. Tangan kirinya yang berada di bawah meja terkepal kuat bukti kemarahan. Rona ketidakterimaan itu tentu saja dapat tertangkap oleh Alzion, walaupun Vera menyembunyikannya sebaik mungkin dengan ekspresi tenangnya.

Alzion mengambil satu tangkai bunga mawar yang tersedia di sana, ia mengunjukannya pada gadis di depannya.

"Grace Media, Plueserve grup information, dan—Linimasa Victoria." Alzion mengupas kelopak bunga itu sebanyak tiga kali. "Namamu gugur di sana dalam waktu satu malam," kata Alzion membuat Vera bungkam beberapa saat. Alzion dengan jelas mengungkapkan bahwa semua itu adalah ulahnya.

"Kau masih mawar untuk saat ini, tapi kelopakmu sudah tidak sempurna karena berani bermain dengan sang pemangsa." Kiasan yang Alzion berikan mampu ditangkap sempurna oleh Vera, gadis cantik itu menatap Alzion lama lalu kembali tersenyum setelahnya.

"Eksistensiku nyatanya tidak mudah redup begitu saja, Tuan Kalansi." Vera mengambil tangkai bunga itu dari tangan Alzion lalu menghirup wanginya sambil memejamkan mata. "Wangiku masih terasa bagi siapapun yang menyukainya," kata Vera kembali menatap Alzion memberikan balasan.

A Frozen Flower [ Terbit ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat