Sekuntum bunga yang beku
🥀• 500 vote - 500 komen for the next chapter •
Launa membuka matanya, perempuan itu menoleh ke samping dan terlihatlah wajah damai Alzion yang terpejam. Pria itu nampak begitu nyenyak, Launa jadi tidak tega membangunkannya mengingat sekarang masih pukul dua pagi.
Dengan perlahan dan penuh kehatian, Launa menggeser tangan Alzion yang memeluk pinggangnya itu. Ia berusaha bergerak tenang agar tidak membangunkan Alzion. "Diam sayang," ucap Alzion membuat Launa tersentak kaget.
Launa menoleh cepat ke arah pria itu yang masih memejamkan matanya. "Jangan banyak bergerak, dan kembali tidur." Launa menggigit bibir bawahnya, sepertinya Alzion tipikal pria yang mudah peka dengan sebuah pergerakan sekecil apapun.
Mendapati Launa yang tidak menuruti ucapannya, akhirnya Alzion membuka matanya. Pria itu menatap ke arah Launa yang tengah menatapnya dengan matanya yang berkaca-kaca. Alzion sontak keheranan, "aku menyuruhmu tidur Launa, bukan menangis."
Launa menunduk, gadis itu memilin ujung selimut. "Maaf," ucapnya pelan.
Alzion menghembuskan nafas pelan, pria itu sedikit bangkit dari posisinya dan bersandar di kepala ranjang. Lalu ia menarik Launa dalam pelukan. "Mau apa, hm?" Tanya pria itu peka.
Launa tidak pernah terbangun dimalam hari, ia tahu betul istri kecilnya ini tipikal orang yang kalau sudah tertidur sulit terbangun bahkan jika ada gempa kecil sekalipun. Walaupun Baru beberapa bulan usia pernikahannya, tapi, Alzion berani bertaruh bahwa ia sudah tahu 89,9% tentang Launanya.
"Butuh sesuatu?" Tanya Alzion lagi saat Launa masih saja menunduk dan memilin selimut yang menghangatkan tubuh mereka itu. "Katakan Launa."
Launa akhirnya mengangkat pandangannya, ia menatap ke arah pria itu takut-takut. Hal itu terlihat menggemaskan dimata Alzion, Launanya seperti kucing kecil yang tengah menghadapi singa.
"Aku mau mengidam, boleh?" Cicit Launa begitu pelan. Alzion menaikan sebelah alisnya sebagai respon, namun Launa menyalah artikan itu semua, ia panik karena mengira bahwa Alzion tidak suka dengan ucapannya.
"Tidak Zion, tidak jadi. Aku tadi hanya.." Launa menggigit bibir bawahnya tak tahu harus mengatakan apa.
Hal itu kontan membuat tawa Alzion mengudara, entah kenapa, sikap panik Launa barusan sungguh menggelitik. Kenapa Launa begitu ketakutan? Tentu saja ia boleh mengidam, bahkan Alzion akan mewujudkannya dengan senang hati.
"Kenapa tertawa?" Tanya Launa heran melihat respon pria itu. Launa kira Alzion akan memarahinya karena sudah berani mengatakan hal itu.
Alzion mendekatkan wajahnya ke arah Launa, pria itu merapikan rambut Launa yang berantakan. "Kenapa harus izin terlebih dahulu? Tentu saja boleh Launa."
Launa menarik senyumnya tipis, kalimat Alzion mampu membuatnya sedikit tenang dan meleburkan ketakutannya. "Aku kira kau akan marah," ucap Launa.
"Kenapa aku harus marah?"
Launa menggeleng tak tahu, ia hanya takut Alzion marah karena ia berani lancang mengidam untuk anak orang lain yang hidup di rahimnya.
"Katakan, kau mau apa, hm?" Tanya Alzion begitu lembut, kantuk pria itu tak lagi ia pedulikan. Keinginan Launa lebih penting, terlebih itu adalah permintaan pertama dari kecebong kecilnya.
ČTEŠ
A Frozen Flower [ Terbit ]
Romance• Obsession Series • [ SELAMAT MEMBACA ] Menggantikan saudari kembarnya untuk menjadi pengantin wanita dari seorang monster nan manipulatif adalah mimpi buruk bagi Launa. ***** Launa begitu mencintai kekasihnya, Jeff. Namun nasib sial menimpanya sa...