Keputusan

197 26 16
                                    

Enaknya malem Sabtu kita menggalau bersama muehehe~

Sebelum baca, dibudayakan vote⭐️ ya guys. Spam komen juga dunn 😙😙😙














Happy reading~













Haidar pulang dengan perasaan marah, sangat marah. Ia membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia membawa mobil itu entah kemana. Sekarang ia butuh waktu sendiri.

Sampai ia menghentikan mobil di tepi jembatan yang di bawahnya terdapat sungai dengan air yang mengalir deras.

Ia keluar dari mobil, berjalan mendekat ke perbatasan jembatan. Angin sore itu mampu memporak-porandakan rambut halus Haidar.

Menikmati angin sore yang sejuk, tetapi berbeda dengan hatinya yang penuh amarah.

Melihat awan yang mulai gelap. Wajahnya terlihat kacau, matanya sudah menampung air mata yang ia tahan.

Dirinya juga bingung kenapa sesakit itu? Mungkin kalian bisa katakan itu berlebihan. Namun, untuk anak yang baru merasakan jatuh cinta dan kehangatan dari orang yang di suka adalah suatu keajaiban, tetapi setelah itu ia dijatuhkan sejatuh-jatuhnya.

Intinya, ia sedang galau dan bingung harus apa.

"Kak. Lo adalah cewek yang bikin gue bangkit dari masalah keluarga gue. Lo yang selalu hadir ketika gue butuh lo. Tapi, lo juga yang bikin gue sakit. Gue tau lo gak bahagia, tapi kenapa lo pilih itu?" Gumam Haidar menatap kosong ke arah depan.

"Rasa kecewa gue ke lo sekarang lebih besar daripada rasa sayang gue ke lo, Kak Ale."

🍩🍩🍩

"JADI DIA SIAPA KAMU?"

Jujur Echa rasanya ingin berontak, ia lelah dibentak sedari tadi oleh Elang.

Sejak kejadian di mal tadi siang, Echa lekas dibawa paksa oleh Elang ke apartment milik pria itu.

Ia menuntun Echa untuk duduk di hadapannya, ia menatap marah Echa.

"KALO AKU TANYA JAWAB!" Bentak Elang lagi, kini ia sudah berani main tangan. Pria itu mendorong tubuh Echa sampai punggungnya menghantam senderan sofa tersebut, walaupun empuk tetap saja Echa merasa sakit karena dorongan Elang cukup kencang.

"Dia temen aku, Mas." Jawab Echa pelan. Ia sudah menetaskan air mata sedari tadi, tapi ia tahan agar tidak terdengar suara isakannya.

"TEMEN?! KAN AKU UDAH BILANG KAMU JANGAN BERTEMEN SAMA COWOK! KENAL AJA GAK USAH TEMENAN!!"

"Maaf, Mas. Maaf."

Selain perfeksionis, Elang memang sangat posesif pada Echa. Ia bahkan tidak segan-segan selalu mengecek ponsel Echa setiap hari untuk mengetahui wanita itu berhubungan dengan siapa saja melalui ponsel.

Jika ketahuan memiliki pesan dengan pria lain, Elang akan memarahinya, walaupun perihal pekerjaan.

Jujur Echa bingung, ia sudah menyarankan untuk Elang ke psikiater karena laki-laki itu tidak dapat mengontrol emosi. Namun, lagi-lagi Echa malah dapat bentakan.

"DIA TEMEN KAMU DARI MANA!??"

"Dia... ponakan yang punya kosan waktu aku ngekos di Bandung, Mas." Jawab Echa tidak bohong.

"Denger ya, Alexia. Kamu udah dapat privilege dari keluarga saya, kalo kamu macam-macam jangan harap hidup kamu tenang." Walaupun tidak sekencang seperti tadi, perkataan Elang mampu membuat Echa semakin tertekan.

Bocil || Watanabe Haruto (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang