Cerita Awal Haidar

624 48 8
                                    

Rumah yang tampaknya megah dan mewah, dengan konsep ala kerajaan classic yang berdominan warna emas dan warna putih itu, terlihat berkelas.

Tetapi, ada suatu kegelapan dalam rumah mewah itu. Kegelapan yang menjadi atmosfer dalam rumah tersebut menjadi negatif.

Sering kali terdengar suara teriakan yang saling menyahut, penuh emosi dan amarah yang memuncak.

Jika tidak ingat kalau membunuh itu dosa dan ilegal, remaja itu akan membunuh orang yang setiap hari membuat dirinya kesal. Mengingat masa lalu yang tidak pernah termaafkan.

Jujur saja, laki-laki remaja itu ingin rasanya mati dan pergi selama-lamanya. Namun, ia masih memikirkan kondisi Ibunda tercinta yang butuh rasa kasihan darinya.

Laki-laki itu memasuki pakaian-pakaiannya dari lemari ke dalam tas yang lumayan besar secara asal dan terburu-buru.

Di ambang pintu kamarnya terlihat laki-laki paruh baya menatap marah kepada lelaki remaja itu.

"Mau jadi apa kamu kalau hidup tanpa saya!?" Ucap pria paruh baya itu, atmosfer kamar tersebut menjadi mencekam. Aura pria paruh baya itu sangat dingin dan arogan.

"Jadi apapun, kecuali jadi diri lo!" Ucap lelaki remaja itu tanpa melihat orang tersebut.

"Sekali kamu pergi dari rumah ini, selamanya kamu tidak bisa masuk ke rumah ini lagi!"

Remaja itu berhenti dari kegiatannya, ia menatap pria paruh baya itu dengan tatapan menyalang, "gue gak bakal masuk ke rumah terkutuk ini lagi! Lo bisa bahagia sama cewek baru lo! Gak usah memperdulikan gue!" Walaupun tidak dengan nada tinggi, tetapi terlihat jelas lekaki remaja itu sedang menahan amarahnya dengan menekankan setiap perkataannya.

"Gue gak sudi punya bokap yang gila main cewek! Nikah lagi pas istrinya lagi koma, lo bener-bener orang terbrengsek!" Lanjut remaja itu kepada pria paruh baya yang tidak lain adalah Ayahnya sendiri.

"JAGA UCAPAN KAMU!" Bentak sang Ayah.

Remaja itu bangun dari posisinya, ia berdiri berhadapan dengan Ayahnya. Ia tersenyum kecut, "terus apa? Lo mau gue panggil apa selain brengsek? Oh! Manusia biadab, itu yang lo mau? Iya?"

PLAK!!

Suara tamparan yang sangat keras, wajah laki-laki remaja itu menghadap ke arah kanan setelah mendapat tamparan di wajah tampannya.

"Masih kurang lo bikin mental gue rusak? Sekarang lo mau bikin fisik gue rusak juga?" Mata laki-laki itu sudah merah, rasanya ingin ia bunuh Ayahnya juga sekarang.

"HAIDAR! JANGAN SONGONG KAMU SAMA SAYA!!" Bentak sang Ayah lagi.

Haidar, dia adalah laki-laki remaja itu. Masih menggunakan baju seragam SMA setelah pulang sekolah.

Pulang ke rumah niatnya untuk istirahat karena sudah melalui pelajaran yang membosankan di sekolah, tetapi sampai di rumah Haidar malah melihat pemandangan yang sangat menyayat hatinya, ia melihat sang Ayah bercumbu dengan wanita lain alias istri baru Ayahnya itu. Seharusnya Haidar sudah terbiasa, karena itu bukan pertama kalinya. Tetapi ia tidak kuat lagi menahan tingkah bejat sang Ayah.

Dengan begitu, ia melempar vas bunga ke arah Ayah dan istri kedua Ayahnya itu, walaupun tidak kena tetapi berhasil membuat kegaduhan di rumah tersebut.

"Lo mau dihargai, tapi tingkah lo gak mencerminkan sebagai Ayah dan suami yang baik. NYOKAP GUE LAGI KOMA TAPI LO MALAH SELINGKUH SANA-SINI! NIKAH LAGI! DUA TAHUN! LO UDAH MELAKUKAN HAL MENJIJIKAN ITU!" Urat-urat leher Haidar sudah menonjol, wajahnya sangat merah, apalagi ia masih terasa perih pada pipinya setelah dapat tamparan dari sang Ayah, walaupun luka di hatinya lebih perih.

Bocil || Watanabe Haruto (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang