Tunangan

217 24 9
                                    

Semenjak dua bulan yang lalu Echa dan Elang semakin dekat. Elang lebih terbuka kepada Echa, dan Echa sudah terbiasa.

Seperti sekarang, Elang menemani Echa untuk masak malam di apartment yang Elang belikan untuk Echa dan Ayah Dion. Apartment tersebut dekat dengan tempat kerja Echa.

"Gimana kamu betah gak tinggal di sini, Cha?" Tanya Elang sembari membantu Echa masak, ia memotong daun bawang, sedangkan Echa sibuk menumis masakannya.

"Lebih dari kata betah, Mas. Aku jadi gak enak sama kamu. Nanti masukin aja sama utang-utang aku ke kamu. Setidaknya di sini aku tetep bayar kaya ngontrak."

Elang yang mendengar ucapan Echa kurang suka. Pria itu mematikan kompor—ia ingin Echa fokus pada dirinya, bukan masakannya.

"Kenapa dimatiin Mas? Ini kan belum mateng!" Ketika Echa akan menyalakan kompor kembali, tangannya ditahan oleh Elang.

Pria itu menuntun Echa agar menatapnya.

Kini tatapan mereka bertemu. Elang menatap Echa secara dalam, ia mendekatkan jarak di antara mereka.

"Kamu udah jadi tunangan aku sebulan lalu. Tandanya, kebutuhan kamu itu jadi kewajiban aku juga untuk memenuhinya. Jangan gitu, Cha. Aku gak suka kamu masih bahas hutang-hutang kamu. Aku udah lupain itu semua, jadinya kamu gak punya utang lagi sama aku."

Echa menelan salivanya susah payah, ia merasa terintimidasi.

Sejak kejadian malam itu, ketika Ayah Dion memberi masukan kepada Echa, sejak saat itu juga Echa menyibukan dirinya. Ia membalas chat Haidar dengan lama, tidak memberi kabar terlebih dahulu, dan akhirnya ia memutuskan untuk lost contact. Bahkan bukan hanya pada Haidar, namun semua teman-temannya di Bandung, alias orang-orang yang mengenal Haidar.

Echa menetapkan diri untuk membuka hati dan menerima kehadiran Elang. Ia menerima semua kebaikan dan ketulusan dari Elang. Namun, hatinya masih memikirkan Haidar. Pria itu tidak bisa hilang begitu saja.

Ia sungguh masih mencintainya. Tapi apa daya? Karena kondisi, Echa memilih menjadi orang pengecut yang meninggalkan harapan kepada orang lain tanpa salam perpisahan.

Sampai sebulan yang lalu, Elang melamar Echa sebagai tunangannya, mereka melewati fase pacaran. Karena, mereka—ralat, Elang ingin memiliki hubungan yang lebih serius dan intens dengan Echa. Alhasil, kini mereka sudah tunangan.

"Maafin aku." Hanya kata-kata itu saja yang bisa keluar dari mulut Echa. Ia takut jika Elang sudah marah.

Ia sekarang sudah kenal sifat Elang bagaimana. Ia tahu, pria itu baik dan dermawan. Namun, ada sifat yang Echa kurang suka dari Elang, yaitu sifat yang tidak suka dibantah dan perfeksionis. Tetapi, Echa menanamkan pikirannya jika ia harus menerima kekurangan Elang. Karena kebaikan Elang sudah terlampau banyak untuk membantu keluarganya.

🍩🍩🍩

Hari sudah larut malam, Echa memutuskan untuk tidur.

Kegiatan Echa sebelum benar-benar masuk ke alam mimpi, ia akan membuka ponselnya. Sekedar scroll sosial media, namun semua akun Echa yang berteman dengan anak-anak kosan tidak ia aktifkan, ia hanya memiliki akun fake yang tidak diketahui oleh orang lain.

Echa mengetik nama Haidar di pencarian aplikasi Instagram itu, ia sangat rindu.

Haidar baru saja membuat story, Echa pun membukanya.

Di story laki-laki itu hanya berupa tulisan yang Echa paham maksud dari tulisan itu.

Tulisan itu berupa, "I just wanna you in here. For My Ale."

Echa paham sekali pasti Haidar bingung atas keputusan Echa yang di luar dugaan. Memutuskan kontak dengan orang tersayang bagi Echa sangat sulit. Namun, ia harus lakukan itu. Semua kebaikan Elang kepada keluarga Echa sangat berdampak bagi kehidupan Echa. Kini dirinya tidak perlu pusing-pusing membayar kontrakan, pusing memohon meminjam uang kepada saudara-saudaranya yang berujung tidak dapat dan hanya dapat sindiran saja.

Ini yang dari awal Echa inginkan, bisa hidup kecukupan dengan Ayahnya. Tapi, harus ada yang Echa korbankan, yaitu menghilang dari kehidupan Haidar.

Echa membuka galeri foto di ponselnya, ia melihat beberapa foto dirinya dan Haidar waktu mereka masih bersama.

Banyak sekali kenangan di sana. Sekian kalinya Echa menangis karena rindu dan menyesal kepada Haidar. Ia merasa orang terjahat memberi harapan kepada laki-laki remaja itu.

"Dar. Kamu baik-baik aja kan?" Gumam Echa sembari menatap foto dirinya dan Haidar yang bersama-sama menatap ke kamera dengan senyum lebar mereka, seperti bahagia sekali.

🍩🍩🍩

Selama seminggu di Bandung, Haidar memutuskan untuk balik ke Jepang. Informasi perihal Echa sama sekali tidak ada titik terang. Ia kecewa, kenapa ia tidak bisa menjaga hubungan mereka.

Saat ini dirinya sudah di pesawat, ia menatap ke arah jendela, melihat langit.

"Kak, kalo akhirnya kaya gini lebih baik aku gak mau ketemu sama kamu dari awal. Kenapa harus lost contact?" Batin Haidar.

Ia sudah lelah menangis dan mogok makan. Sampai Mas Janu dan Bu Yanti khawatir, mereka juga mencoba untuk menghubungi beberapa teman Echa lainnya, namun mereka juga tidak mendapatkan informasi apapun tentang wanita itu.

Dengan begitu, Haidar tidak ada harapan, ia memutuskan balik ke Jepang dengan perasaan kecewa, sangat kecewa.

🍩🍩🍩

Haidar sekolah seperti biasa, kini waktu istirahat telah tiba.

"Dar! Yuk, ke kantin!" Ajak Wony, mereka memang satu tempat duduk.

"Lo aja, gue males."

Wony menghela nafas, jujur ia kesal melihat tingkah Haidar yang hidup segan, mati pun tak mau.

"Sampe kapan lo galau begini?"

"Sampe dapet info Kak Ale," jawab Haidar lemas.

"Bukan lo doang, orang-orang di kosan Bude Yanti juga bantuin cari Kak Echa. Lo jangan lemes gitu! Hidup lo harus jalan juga, Dar!"

"Hidup gue udah direngut oleh Kak Ale. Kalo dia menghilang begini, berarti kehidupan gue juga udah gak ada artinya."

"Dar! Liat gue!"

Haidar menatap malas ke arah Wony, ia mengubah posisi saja malas.

"Lo masih ada Papa dan Mama, ya walaupun Mama tiri tapi mereka udah berusaha untuk kasih sayang ke lo. Lo punya sahabat yaitu gue dan Jojo, masih ada Mas Janu dan Bude Yanti. Intinya masih banyak orang yang sayang sama lo, Dar. Kehidupan tuh gak selalu cinta, lo boleh galau tapi lo harus tetep jalanin hidup. Kalo lo kenapa-napa, orang di sekitar lo jadi ikutan kenapa-napa. Syukuri apa yang masih lo punya, kalo Kak Echa jodoh lo pasti akan kembali sendirinya kok, Dar." Wony berusaha untuk menyemangati Haidar, walaupun hatinya nyeri.

Ia sedih ketika melihat laki-laki yang ia suka harus bersedih-sedih karena wanita lain. Ia sadar, dirinya hanya sahabat Haidar dan cintanya bertepuk sebelah tangan. Tidak apa-apa, setidaknya Haidar tidak membenci dirinya lagi, Wony sudah senang.

"Terus gue harus apa?" Tanya Haidar sembari menatap Wony.

"Lets, move on!"

















————

Jadinya ini karamin aja ya Haidar dan Echa?

Gimana gimana? Sad ending kayanya seru nih! Hehehe

Bocil || Watanabe Haruto (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang