Like a Queen

302 42 18
                                    

Hubungan Echa dan Haidar berjalan lancar, bahkan kehidupan Haidar kini lebih baik.

Terkadang ia balik ke rumah untuk sekedar bertemu dengan Ayah dan Ibu tirinya. Iya, hubungan mereka semakin membaik.

Sedangkan, Echa harus menyiapkan diri untuk sidang skripsi bulan ini. Maka Haidar selalu menemani Echa jika wanita itu butuh dirinya, ia tidak mau Echa merasa sendirian ketika sedang mengalami fase-fase sulitnya.

Seperti sekarang Echa sedang datang bulan, wanita itu sedikit manja, ia ingin mengerjakan skripsi ditemani oleh Haidar di dalam kamar. Walaupun Haidar harus diam-diam masuk ke kamar Echa tanpa sepengetahuan penghuni lainnya, terutama Bu Yanti.

Sebenarnya juga mereka tidak melakukan hal yang tidak senonoh, hanya saja Haidar terlalu takut untuk minta izin dan tidak yakin dapat izin.

Haidar sedari tadi gabut hanya bolak-balik duduk di lantai, lalu rebahan di kasur Echa. Begitu terus, buka ponsel juga hanya scroll-scroll saja, sedangkan Echa sibuk berkutit di depan laptopnya, duduk di lantai.

"Kak. Aku di sini ngapain sih? Kaka dari tadi gak ngajakin aku ngobrol? Aku pikir kamu mau curhat." Keluh Haidar, ia sudah sangat bosan. Ia ingin bermain game online, tetapi dilarang oleh Echa takut mengganggu konsentrasinya.

"Temenin aku di sini aja! Ini lagi edit-edit bentar," mata Echa masih tertuju pada layar benda pipih itu.

Haidar menghela nafas dan menidurkan tubuhnya di kasur Echa.

Setelah 30 menit berlalu, Echa mematikan laptop, ia merenggangkan tubuhnya yang lelah.

Sudut matanya melihat Haidar yang sedang tidur, ia tersenyum.

Wanita itu duduk di sebelah Haidar yang tidur, ia merapihkan poni Haidar yang sudah cukup panjang itu. "Ganteng," gumam Echa sembari mengelus poni Haidar.

Grep!

Echa terkejut ketika tangannya digenggam oleh Haidar.

"Loh kok bangun?"

"Iya aku emang ganteng," ucap Haidar, ia masih memajamkan mata dengan senyuman manis.

"Dih!"

"Aduh! Sakit Kak!"

Echa menjitak kepala Haidar tidak terlalu keras, tetapi lumayan sehingga membuat Haidar bangun dari posisinya dan menatap kesal Echa.

"Sok banget! Kalo punya muka ganteng jangan sombong!"

"Ya kan kenyataan! Pacarku sayangg~"

Echa hanya menggelengkan kepalanya saja.

Tiba-tiba, "aw!"

"Kenapa Kak!?" Panik Haidar ketika ia melihat Echa kesakitan sembari memegang perutnya.

"Aduh perut aku sakit bangett~ ini karena dateng bulan deh. Aduhh sakit, Darr." Wajah Echa sudah memerah, menahan tangis.

"Aku harus apa Kak? Aduh gimana?" Haidar tidak kalah paniknya.

"Udah udah. Aku cuma butuh obat pereda nyeri. Cuma aku susah ini jalannya, sakit banget."

"Yaudah aku yang beli!"

"Jangan kamu gak paham. Aku mau beli pembalut juga," ucap Echa wajahnya masih terlihat jika dirinya menahan sakit. Haidar tidak tega.

"Kasih tau fotonya sesuai merk yang kamu pake. Aku bakal ke market secepat mungkin!"

"K...kamu gak malu?" Tanya Echa ragu. Ia merasa aneh jika ada laki-laki yang mau membelikan seorang wanita pembalut dan obat pereda nyeri di market ataupun warung.

Bocil || Watanabe Haruto (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang