Jagung Bakar

294 41 16
                                    

Jujurly ini part tergemes menurut author. Aku yang buat, aku yang salting wkwkwk
































Setelah acara selesai, mereka pulang.

Ada yang langsung ke kosan, seperti Angel, Lia, Giselle, Mas Janu, dan Bu Yanti.

Ada yang lanjut nge-date, seperti Prima—Arjuna, dan Yesha—Daniel.

Kalau Asa dan Juan, entah mereka ke mana.

Jadi, di sinilah Echa dan Haidar, di depan gerbang pintu keluar saung milik Bu Yanti.

Dari awal Echa memang berangkat bersama Giselle menggunakan motor milik Giselle, lalu Haidar ikut bersama Bu Yanti dan Mas Janu dalam satu mobil.

Tetapi, saat tadi akan pulang Haidar menawarkan diri untuk tukeran dengan Giselle. Echa juga bingung dengan Haidar. Padahal dalam hati Echa berkata, "kalo gue sama nih bocil, pasti gue yang boncengin," bibir Echa mengerucut.

"Kenapa diem, Kak? Ayuk!" Ucap Haidar yang kini sudah duduk di belakang Echa.

"Dar, bawa motor sih. Gue males banget bawa motornya," keluh Echa.

"Gue kan gak bisa bawa motor, Kak." Jawab Haidar dengan wajah tanpa dosa itu, terlihat dari kaca spion.

Echa hanya menghela nafas.

"Yaudah, pegangan!"

Haidar mengangguk antusias, sampai helm yang dipakainya ikut goyang-goyang juga. Seboros-borosnya wajah, kalau masih bocil ya tetap saja bocil kelakukannya, pikir Echa.

Grep!

Saat wanita itu akan menjalankan motor tersebut, ia terhenti kaku, terkejut. Siapa sangka, Haidar memeluknya dari belakang, padahal Echa hanya menyuruh pegangan, kan bisa pegang jok belakang, atau memegang baju Echa bagian belakang. BUKAN PELUKAN.

"Dar, pegangan ya bukan pelukan," suara Echa rendah, mata mereka bertemu melalui kaca spion.

"Kata lo, seseorang kalo lagi ada masalah biasanya butuh pelukan. Gue rasa lo lagi butuh," Haidar menatap Echa yang susah diartikan, membuat sang empu menjadi gugup.

Akhirnya Echa tetap memutuskan membawa motor dengan keadaan hati yang gugup, dan posisi tangan Haidar yang setia melingkar di perut Echa.

"Please, Dar. Kita berantem aja ya. Kalo lo sok dewasa begini gak baik buat jantung gue!" batin Echa.

Saat diperjalanan mereka hanya diam saja, menikmati sore yang sangat damai dan tentram. Melihat beberapa pemandangan perkebunan yang asri juga.

"Kak, lo mau ke kebun stroberi deket sini gak?" Tawar Haidar.

"Iya ini ke kosan!" jawab Echa sedikit teriak.

Haidar bingung dengan jawab Echa yang tidak ada koherensinya.

"Gue mau ajak lo ke kebun stroberi, Kak!" Kini Haidar sedikit meninggikan suaranya.

"Jangan ngomong mulu, Dar. Gue gak denger!"

Haidar menghela nafasnya, "KAK LO MAU KE KEBUN STROBERI GAKKK!?" Suara Haidar naik oktaf, hampir seperti marah.

"HAH? NGAPAIN!?"

"GUE MAU MAKAN STROBERI! YUK KE SANA!"

Echa hanya mengangguk.

🍩🍩🍩

Duduk hanya beralasan tikar, kini dua anak Adam dan Hawa sedang menikmati beberapa cemilan seperti stroberi, jagung bakar, dan teh hangat sembari memandangi kebun stoberi dihadapan mereka. Langit juga sudah mulai menggelap.

"Dingin banget," ucap Echa sembari merapatkan jaket yang ia bawa dari kosan, begitu pula dengan Haidar.

"Gue cukup lama tinggal di Bandung, tapi baru tau ada tempat ini." Lanjut Echa dengan sorot matanya ke arah depan menikmati pemandangan tersebut.

Sama halnya dengan Echa, laki-laki itu menikmati suasana yang asri itu, terasa damai. "Dulu gue sering ke sini bareng keluarga gue, berempat," Haidar mulai mengingat-ngingat kehangatan keluarganya yang masih lengkap itu. Terlihat dari matanya yang nanar dan tersenyum tipis.

Echa menengok ke Haidar dari samping, ia merasa ada perasaan perih mendengar ucapan Haidar tadi.

"Makasih, ya udah ajak gue ke sini," ucap Echa tersenyum manis, Haidar menatap Echa dan membalas senyuman Echa.

Pandangan mereka bertemu, saling mengunci selama beberapa menit. Entah kenapa, mereka merasakan hal yang sama, yaitu suatu desiran yang terasa di dada mereka masing-masing.

Menyadari terlebih dahulu, Haidar memutuskan kontak mata mereka, ia kembali menatap ke arah depan. Begitu pula dengan Echa.

Sekali-kali mereka menikmati teh hangat dan stroberi yang tadi mereka pesan.

"Lo keren, Kak. Bisa lalui itu semua," ucap Haidar mendadak. Ia menatap Echa dari samping, atensi Echa pun penuh ke arah Haidar. Mereka saling tatapan lagi, tetapi tidak segugup seperti tadi.

Gadis itu terkekeh, "gue agak plong udah beresin ini masalah, setidaknya gue menetapkan diri untuk mundur suka sama Mas Janu. Cinta sendirian itu berat, Dar. Jadinya, kita harus move on bukan?" Echa menampilkan senyuman terbaiknya.

"Tapi kalo gue gak mau cinta sendirian, Kak. Gue gak mau mundur," ucap Haidar.

Echa mendengarkan ucapan Haidar sembari mengambil jagung bakar ke arah mulutnya, "lo lagi suka sama orang yaaa??" Ledek Echa.

"Iya."

"Bocil bisa jatuh cinta juga? Hahah. Siapa tuh?"

Echa sudah menggigit jagung bakarnya di bagian sisi kiri.

"Lo."

Mata gadis itu membuka lebar karena Haidar tiba-tiba saja menggigit jagung bakar yang Echa makan di bagian kanan. Jika orang lain yang melihatnya, mereka seakan-akan seperti sedang berciuman.

Echa masih terpaku dengan posisi yang sama, sedang gigit jagung bakar tersebut.

Haidar memundurkan wajahnya, ia menatap Echa sekilas lalu tersenyum, "manis, gue suka."

Setelah sadar Echa berkata, "HAIDAR!"

"Hahahaha. Santai Kak. Kok lo panik?"

Wajah Echa sudah memerah, ia sangat terkejut. Tidak sopan sekali bocah SMA dapat memporak-porandakan hati wanita semester tua ini.

"Maksud lo apa tadi!?"

"Yang mana?" Jawab Haidar pura-pura bodoh.

"Tadi! Sebelum lo gigit jagung gue!" Suara Echa sudah naik satu oktaf.

"Oh, iya gue suka sama lo. Gue gak mau jatuh cinta sendirian, jadinya tolong ya kerja samanya," ucap Haidar sembari menyatukan kedua tangannya, seperti sedang memohon, dengan mimik wajah yang minta dikasihani.

Echa diam, dirinya masih meresapi semua perkataan dan kelakuan Haidar secara mendadak itu.

"Kak! Kok diem?"

"Sejak kapan?"

"Apanya?"

"Suka gue."

"Gak tau, perasaan itu terjadi begitu aja."

Echa kembali diam. Haidar masih saja setia menatap gadis yang sekarang sedang melihat ke arah kebun stroberi tersebut.

"Yuk, pulang." Echa bangkit dari duduknya jalan ke arah tempat parkir motor.

Haidar bingung atas perubahan sikap Echa yang menjadi dingin seperti itu.

"Apa gue salah ya? Aduh kok jadi gini sih?" Keluh Haidar.






















————

Maaf ya part bagian ini dikit, gak sampe 1000 kata hehe.

Jangan lupa vomment😉

Bocil || Watanabe Haruto (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang